26.3 C
Jakarta
Rabu, 25 Desember, 2024

Mengenal Tokenisasi dan Bedanya dengan Sekuritisasi

Tokenisasi adalah sebuah proses untuk mengubah suatu benda menjadi sebuah aset digital. Untuk memahaminya, asumsikan bahwa kamu memiliki sebuah sawah bernilai 100 juta rupiah. Dalam sawah tersebut terdapat lumbung, sapi, kelinci, kuda, dan lain-lain. 

Namun, saat keadaan mendesak dan membutuhkan uang, maka kamu bisa saja menjual sawah tersebut – mengurus berkas administrasi, menunggu pembeli, menyetujui harga, dan sebagainya. Akan tetapi, bagaimana jika Anda hanya membutuhkan uang sebesar 50 juta dan ingin tetap memiliki setengah dari sawah tersebut?

Nah, coba bayangkan jika Anda mencetak 100 juta token secara digital dengan simbol “SWH” misalkan, dengan begitu setiap SWH bernilai 1% dari sawah kamu, atau nilai lainnya yang merepresentasikan sebagian dari sawah tersebut.

Secara teknis, maka bisa membuat sebuah algoritma yang akan digunakan sebagai smart contract di atas blockchain. Algoritma ini akan menggambarkan semua fitur token kamu: nilainya, jumlahnya, denominasi, nama, dan lainnya.

Lantas, bagaimana cara menjual token SWH tersebut sehingga siapapun dapat membeli dan menjualnya di platform-platform exchange? Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka kamu membutuhkan sebuah platform yang mendukung fitur smart contract. Karena nantinya kamu membutuhkan sebuah template smart contract, text editor, dan alamat wallet Ethereum.

Dengan begitu, token SWH kamu sudah ada di sirkulasi pasar. Karena token SWH sudah memasuki pasar, maka nilai token tersebut dapat mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan permintaan.

Apa sekarang Anda sudah paham bagaimana blockchain dapat membantu dalam mentokenisasikan benda? Dengan mengambil contoh sebuah sawah dan membuat representasi digitalnya yang ada di atas sebuah blockchain. Secara singkat, maka sawah ini sekarang adalah sebuah aset yang sudah di tokenisasi.

Pada dasarnya, dalam hal ini bukanlah termasuk sebagai konsep baru, tapi konsep ini serupa dengan konsep sekuritisasi. Sekuritisasi adalah pengkonversian sekelompok piutang menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan.

Apa Beda Tokenisasi dan Sekuritisasi?

Secara singkat, keduanya berbeda karena prosesnya dilakukan di atas Blockchain. Akan tetapi, mari mencoba menggali lebih dalam dan lihat apa arti sebenarnya dari kata “token”. Secara sangat sederhana, token adalah sebuah representasi dari sebuah aset atau kegunaan tertentu.

3 Jenis Token

Biasanya, terdapat 3 jenis token yang akan sering kamu temukan. Berikut ini adalah ketiga jenis token tersebut, antara lain:

1. Token Mata Uang atau Currency Token

Currency token adalah jenis token yang paling jelas. Contohnya adalah aset kripto yang paling sering kita temui, yakni Bitcoin. Currency token atau token mata uang ini dibangun di atas teknologi blockchain-nya sendiri. Namun, token ini tidak berbasis aset, akan tetapi nilainya terhubung langsung dengan mekanisme distribusi token itu sendiri. Seperti namanya, tujuan dari currency token itu sendiri adalah untuk diperjualbelikan, dibelanjakan, dan diterima. Sama seperti layaknya mata uang fiat tradisional.

2. Token Utilitas atau Utility Token

Token utilitas atau Utility Token ini sedikit lebih rumit dibandingkan dengan currency token. Utility token akan memberikan kamu akses akan suatu produk atau jasa tertentu, dengan begitu uang yang kamu bayarkan akan digunakan untuk mendanai startup guna mengembangkan produk tersebut.

Contoh paling utama dari utility token adalah Basic Attention Token (BAT) yang merupakan sebuah alat untuk meningkatkan sebuah iklan digital. Pengiklan akan membeli iklan menggunakan token BAT dan kemudian, akan didistribusikan kepada para publisher dan juga pengguna browser sebagai kompensasi karena telah menayangkan iklan atau menonton iklan tersebut.

Utility token ini umumnya tidak seharusnya digunakan sebagai investasi. Namun, sekarang ini ada banyak orang yang menggunakan utility token sebagai investasi dan berharap nilainya akan naik seiring dengan meningkatnya permintaan produk atau jasa tersebut.

3. Token Sekuritas atau Security Token

Security token adalah jenis token yang akan merepresentasikan sebuah investasi langsung. Jika melihat sebuah token ini dan menanyakan beberapa pertanyaan: Apakah token sekuritas dijual sebagai sebuah investasi? Apakah ada ekspektasi keuntungan? Akankah keuntungan tersebut bergantung hanya pada usaha dari pembuatnya? Jika semua jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “Ya”, maka tandanya kamu sedang berhadapan dengan security token.

Masih ingat dengan token SWH di atas? Sebagai contoh, gunakan token SWH tersebut untuk ditanyakan seperti pertanyaan di atas. Pertama-tama Token SWH dijual sebagai peluang investasi dan para investor akan bergantung pada kamu sebagai pemilik sawah untuk menjaganya supaya tetap menguntungkan. Lantas, apakah ada ekspektasi keuntungannya? Tentu saja ada, kalau tidak ada ekspektasi keuntungannya untuk apa para investor membeli token SWH?

Untuk dapat merangkumnya, token sekuritas dapat merepresentasikan aset apapun yang bisa diperjualbelikan dan sepadan. Security token ini tidak didukung dengan whitepaper – secara esensial, Security Token adalah saham yang berada di dalam sistem blockchain.

Mengapa Tokenisasi Menggunakan Blockchain?

Karena, setiap transaksi yang dibuat dengan SWH akan dicatat ke dalam blockchain Ethereum, sebab token SWH tersebut dibangun di atas Ethereum. Ethereum yang merupakan public blockchain kekal dan tidak ada orang yang dapat mempertanyakan atau melupakan kepemilikan kamu akan token SWH. Karena hak dan kewajiban legal akan ditempelkan langsung pada token tersebut.

Selain itu, blockchain juga membuat tokenisasi jauh lebih murah. Daripada harus membayar banyak pihak untuk mengurus surat-surat administratif, melalui Teknologi Blockchain hanya perlu memprogram sebuah smart contract. Setelah itu, biaya administrasi membeli dan menjual token SWH mencapai hampir nol. Selain itu, dengan banyaknya aktivitas trading crypto sekarang ini, maka token SWH dapat diperjualbelikan 24/7 di manapun di seluruh dunia, sehingga akan membuatnya sangat mudah diakses.

Dan untuk masalah 0.01% dari sawah tersebut – kamu memiliki sebagian kecil sawah dalam bentuk token SWH adalah salah satu keuntungan utama tokenisasi. Hal ini disebut sebagai kepemilikan fraksional dari aset nyata, dalam hal ini akan memberikan investor beberapa pilihan untuk memperbanyak portfolionya.

Kekurangan Tokenisasi

Token-token ini harus sepenuhnya patuh pada hukum, meski patuh pada hukum hal ini sulit diregulasi dan hal ini sulit untuk diwujudkan. Karena menggantikan entitas legal yang biasanya akan melindungi pembeli dari risiko dengan menggunakan smart contract dan blockchain masih terasa kurang meyakinkan dengan yurisdiksi manapun.

Hubungan antara token dan aset dasarnya seharusnya tidak terpisahkan. Sebab, apa yang bisa kamu lakukan dengan token SWH ketika sawah tersebut hancur karena puting beliung? Harusnya para investor mempunyai hak legal atas sawah ini dan hanya regulator yang dapat melakukan ini.

Akan tetapi, ada beberapa startup mengklaim sudah memiliki solusi untuk memecah masalah ini seperti Standard Tokenization Protocol (STP) dan juga Tokenized. Namun, tetap saja masih tidak jelas bahwa solusi ini terbukti sukses untuk menyelesaikan masalah tokenization ini secara riil.

Secara umum, maka cara menjual token sekuritas secara legal dan mematuhi hukum disebut dengan Security Token Offering (STO).

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU