JAKARTA, duniafintech.com – Berdasarkan Statistik utang luar negeri (ULN) Indonesia yang dirilis Bank Indonesia (BI), terdapat 21 negara yang saat ini memberikan pinjaman untuk Indonesia. Singapura tercatat menjadi kreditur ULN Indonesia terbesar.
Hingga akhir Maret 2022, Singapura memberikan utang kepada Indonesia sebesar US$60,9 miliar. Namun, jumlah itu turun 3,3% dibandingkan pada akhir Desember 2021 yang sebesar US$62,9 miliar.
Setelah Singapura, ada Amerika Serikat (AS) yang memberikan pinjaman sebesar US$31,8 miliar untuk Indonesia. Jumlah itu turun tipis dari US$31,9 miliar pada akhir tahun lalu.
Kemudian, Jepang tercatat memberikan utang kepada Indonesia sebesar US$25,8 miliar hingga kuartal I 2022. Jumlah itupun turun dari US$26,9 miliar pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, ULN Indonesia dari Tiongkok bertambah dari US$20,95 miliar pada akhir Desember 2021 menjadi US$22 miliar pada akhir Maret 2022. Begitu juga ULN dari Hong Kong yang naik dari US$16,3 miliar menjadi US$16,8 miliar.
Baca juga: Harapan Sri Mulyani Terhadap Tiongkok, Minta Keringanan Utang?
Selain dari negara lain, ULN Indonesia juga berasal dari berbagai sumber seperti lembaga keuangan dunia salah satunya Asian Development Bank (ADB) dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Total utang yang berasal dari pinjaman negara lain adalah US$210,8 miliar hingga akhir Maret 2022, sedangkan utang dari lembaga internasional sebesar US$43,2 miliar. Sementara, utang Indonesia sebesar US$157,5 miliar berasal dari lembaga lainnya.
Adapun, secara total ULN Indonesia hingga akhir Maret 2022 sebesar US$411,5, turun dibandingkan akhir Desember yang sebesar US$415,7 miliar.
ULN tersebut terdiri atas ULN swasta sebesar US$206,4, ULN pemerintah sebesar US$196,2 miliar, dan ULN bank sentral sebesar US$8,9 miliar.
Utang Luar Negeri Indonesia dari China Nambah Rp17 Triliun Sebulan
Sementara itu, Utang Luar Negeri (ULN) baik pemerintah ataupun swasta menurun di Maret tahun ini. Namun, utang dari China mengalami lonjakan.
Berdasarkan Bank Indonesia, Utang Luar Negeri per akhir Maret tercatat US$ 411,5 miliar, turun 1,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan bulan sebelumnya, utang luar negeri turun 1,31%.
Utang pemerintah tercatat US$ 196,25 miliar, turun 3,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Utang swasta per akhir Maret tercatat US$ 206, 36 miliar atau turun 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan bulan sebelumnya, utang swasta turun 0,27%.
Baca juga: Jalan Tol Jokowi Kerap Dibangun, Tapi Dijual Untuk Bayar Utang?
Kendati turun, utang dari sejumlah kreditor terutama China melonjak. Utang dari kreditor China per Maret tercatat US$ 22,01 miliar. Sebagai catatan, utang dari kreditor China per Maret 2021 yang tercatat US$ 21,30 miliar sementara per Februari 2022 sebesar US$ 20,82 miliar.
Secara nominal, utang dari kreditor China meningkat 3,3% secara tahunan (year on year/YoY) dan melesat 3,8% dibandingkan bulan Februari 2022 (month to month/MtM).
Secara nominal, utang dari kreditor China bertambah US$Â 10,8 triliun dibandingkan per Maret 2021. Dibandingkan Februari 2022, utang dari kreditor China bertambah US$ 1,19 miliar atau meningkat Rp16,9 triliun dalam sebulan.
Lonjakan utang juga datang dari kreditor Hong Kong. Pada Maret tahun ini, utang dari kreditor Hong Kong tercatat US$ 16,85 miliar. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan Maret 2021 (US$ 14,25 miliar) tetapi turun dibandingkan Februari 2022 (US$ 16,97 miliar).
Kenaikan utang dari kreditor China dan Hong Kong berbanding terbalik dengan sejumlah negara seperti Singapura, Jepang, serta Amerika Serikat.
Per Maret tahun ini, utang dari kreditor swasta dari Singapura tercatat US$ 60,94 miliar, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu (US$ 68,21 miliar) ataupun bulan Februari (US$ 62,15 miliar).
Utang dari kreditor Jepang tercatat US$ 25,76 miliar, turun jauh dibandingkan Maret 2021 (US$ 27,19 miliar) ataupun Februari 2022 (US$ 26,76 miliar).
Utang dari kreditor Amerika Serikat tercatat US$ 31, 83 miliar per Maret 2022. Jumlah tersebut turun dibandingkan Maret 2021 (US$ 31,42 miliar) ataupun Februari 2022 (US$ 31,85 miliar).
Sebagian besar utang dari China diserap swasta. Utang swasta dari kreditor China melonjak baik YoY maupun MtM. Per Maret 2022, utang dari kreditor China mencapai US$ 20,43 miliar atau Rp290,11 triliun.
Pada Maret 2021, utang swasta dari kreditor China tercatat US$ 19,58 miliar sementara di Februari 2022 tercatat US$ 19,22 miliar. Dengan demikian, utang swasta dari kreditor China naik 4,33% YoY dan merangkak 6,3% MtM.
Secara nominal, utang swasta dari kreditor China bertambah US$ 1,2 miliar atau Rp17,2 triliun dalam sebulan.
Baca juga: Tanpa Ngutang, Begini Cara Beli Mobil Cash dengan Mudah