JAKARTA, 5 November 2024 – Investor dunia Warren Buffett dilaporkan terus meningkatkan cadangan uang tunainya, dengan nilai terbaru mencapai US$ 325 miliar (sekitar Rp 5.124 triliun). Cadangan ini terkumpul setelah Buffett secara berkelanjutan menjual sahamnya di Apple Inc dan Bank of America, meskipun belum ada tanda-tanda akan ada akuisisi besar yang diumumkan.
Pada kuartal ketiga (Q3), Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Buffett, kembali melepas sekitar 100 juta saham Apple, setelah sebelumnya juga mengurangi investasinya secara signifikan pada kuartal sebelumnya. Akibatnya, kepemilikan Buffett di Apple kini tersisa 300 juta saham, dengan nilai mencapai US$ 69,9 miliar (sekitar Rp 1.102 triliun) per akhir September 2024. Meskipun begitu, Apple tetap menjadi investasi terbesar Berkshire.
Dilansir dari Associated Press (AP), langkah Buffett yang terus menambah cadangan uang tunai ini memicu pertanyaan dari analis dan investor mengenai pandangannya terhadap kondisi ekonomi saat ini.
โApakah mereka lebih pesimis tentang situasi ekonomi dan pasar di masa depan dibandingkan dengan pandangan orang lain?โ ujar Cathy Seifert, analis dari CFRA Research.
Alasan Warren Buffett Menjual Sejumlah Saham
Buffett sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu alasan penjualan sebagian saham Apple adalah antisipasi terhadap potensi kenaikan tarif pajak, seperti yang ia sampaikan dalam rapat tahunan perusahaan pada bulan Mei.
Sementara itu, Jim Shanahan, analis dari Edward Jones & Co, menduga keputusan Buffett untuk menjual saham Apple juga mungkin dipengaruhi oleh wafatnya wakil ketua Berkshire, Charlie Munger, tahun lalu. Penjualan saham Apple dimulai tidak lama setelah Munger meninggal, dan Shanahan menyebut bahwa Buffett mungkin merasa kurang nyaman dengan sektor teknologi dibandingkan Munger.
Pada akhir pekan lalu, Berkshire melaporkan lonjakan laba pada kuartal ketiga (Q3) berkat keuntungan investasi, dengan laba mencapai US$ 26,25 miliar (sekitar Rp 413 triliun), atau US$ 18.272 per saham Kelas A. Sebagai perbandingan, setahun yang lalu, kerugian investasi yang belum terealisasi membuat laba perusahaan merosot hingga mengalami rugi US$ 12,77 miliar, atau US$ 8.824 per saham Kelas A.
Memiliki Portofolio Bisnis yang Luas
Berkshire juga melaporkan bahwa laba operasionalnya turun sekitar 6%, menjadi US$ 10,09 miliar (sekitar Rp 159 triliun), atau US$ 7.023,01 per saham Kelas A, dari sebelumnya US$ 10,8 miliar. Pendapatan perusahaan cenderung stabil di angka US$ 92,995 miliar (sekitar Rp 1.466 triliun), hampir tidak berbeda dengan pendapatan tahun lalu yang mencapai US$ 93,21 miliar.
Berkshire Hathaway memiliki portofolio bisnis yang luas, termasuk perusahaan asuransi seperti Geico Corp, perusahaan kereta api BNSF Railway Co., serta beberapa utilitas besar. Selain itu, Berkshire juga memiliki bisnis ritel dan manufaktur yang beragam, mencakup merek-merek ternama seperti Dairy Queen dan See’s Candy.