JAKARTA, 3 Oktober 2024 – Dampak konflik Iran-Israel turut memengaruhi sejumlah sektor kehidupan secara global.
Menanggapi persoalan itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung meminta semua pihak mewaspadai dampak perang di Timur Tengah tersebut.
Menurutnya, pihaknya akan terus mencermati dan mengelola risiko yang dapat timbul akibat konflik tersebut.
Terutama terhadap harga minyak dan rantai pasok global.
Dampaknya kata Juda bergerak begitu cepat hingga turut memengaruhi ekonomi dan keuangan secara global.
“Dampaknya berkembang begitu cepat, termasuk risiko geopolitik yang kita saksikan dalam hari-hari ini di Timur Tengah yang tentu saja memiliki implikasi pada ekonomi,” tutur Juda.
Konflik Iran-Israel, Ekonomi RI Hadapi Tantangan?
Juda menilai, ini merupakan salah satu tantangan yang dipaparkan Juda dalam kaitan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia.
‘Ini tantangan pertama yang akan dihadapi merupakan kondisi global,” jelasnya.
Tantangan itu kata Juda, yakni bagaimana memanfaatkan siklus keuangan global yang sudah longgar untuk mendapatkan pembiayaan yang produktif bagi ekonomi RI.
Kedepan kata Juda, terutama di tahun-tahun ke depan tentunya kebutuhan akan pembiayaan ekonomi semakin berkembang.
Selanjutnya tambah Juda, ekonomi Indonesia mengalami tantangan kedua.
“Merupakan risiko operasional dari digitalisasi keuangan,” tambahnya.
Juda menyebutkan, dampak perang timur Tengah tersebut merupakan ancaman pertama dari digitalisasi keuangan yakni berkembangnya kejahatan siber.
Kejahatan tersebut kata Juda meliputi: seperti peretasan, malware, ransomware, dan phising.
Hal ini kata Juda kemudian menimbulkan risiko keamanan bagi data pelanggan dan kepercayaan terhadap integritas dari sistem keuangan.
Risiko Fraud
Menurut Juda, peningkatan penggunaan platform digital membuat peluang penipuan.
Untuk itu perlu diwaspadai terutama penipuan berkedok pencurian identitas, transaksi palsu, manipulasi data, judi online, dan beberapa penipuan daring lainnya.
Dengan demikian, Juda menyatakan pihaknya terus memperkuat sistem deteksi terhadap terjadinya fraud pada institusi keuangan. Kedepan, pihaknya juga akan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence untuk dapat mendeteksi praktik fraud.
Kemudian kata Juda, ada pola-pola tertentu yang kita bisa amati dengan menggunakan AI.
“Misalnya beli bubur ayam, beli bubur ayam tengah malam seribu kali dengan jumlah yang sama. Itu kan jelas sesuatu yang perlu dicurigai,” katanya mencontohkan.
Anomali, sehingga ini perlu deteksi.
“Itu salah satu contoh, ada banyak,” kata Juda.
Risiko Operasional
Juda juga mengingatkan bahaya terutama dalam mewaspadai risiko operasional yang ditimbulkan layanan pihak ketiga penyedia teknologi kritikal.
Pasalnya, infrastruktur sektor keuangan semakin banyak bergantung pada penyedia teknologi pihak ketiga dan eksposur tersebut berpotensi menimbulkan risiko sistem di sistem keuangan.
Menurutnya, tantangan terakhir yang diwaspadai pihaknya merupakan risiko perubahan iklim.
“Dampak risiko perubahan iklim tidak hanya menyebabkan bencana alam saja, namun mengarah pada risiko transisi,” paparnya.
Hal yang perlu diwaspadai kata Juda, seperti penurunan nilai aset berbasis energi fosil.
“Ataupun kesulitan pendanaan akibat aktivitas bisnis yang bersifat ‘brown’ [tidak ramah lingkungan],” tutupnya.
Dampak penembakan 200 rudal balistik yang dilepaskan Iran ke Israel membawa dampak secara global.
Menanggapi serangan itu, Presiden Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, aksi Iran sebagai ‘kesalahan besar’ dan ia bersumpah akan membuat Iran membayarnya.
Sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), aktif menyiapkan persiapan untuk membela Israel.
Iran kata Benyamin, telah melakukan kesalahan besar dan mereka akan membayarnya.