duniafintech.com – Belakangan, teknologi Blockchain terus berkembang. Selama tahun 2018 ini, permintaan berbagai sektor industri terhadap teknologi terbaru di balik kripto aset ini semakin berkembang. Jumlah penambang Bitcoin pun terus naik. Perkembangan itu tak terkecuali di Eropa.
Lusinan perusahaan besar dunia berlomba-lomba untuk memasuki ceruk pasar terlepas dari kemerosotan yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir.
Dunia desentralisasi digital sedang booming tidak seperti sebelumnya. Agar siap untuk revolusi kriptografi ini, 22 negara Eropa membentuk kemitraan untuk bertukar pengalaman terkait Blockchain pada bulan April tahun ini. Selama beberapa dekade terakhir, perusahaan-perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat sering mengungguli perusahaan-perusahaan Eropa dengan mudah, dalam hal adopsi teknologi. Kali ini, bisa jadi giliran Eropa untuk mengambil kepemimpinan global.
Baca juga: Handphone Terbaik Untuk Main PUBG
Sistem Finansial
Pada 2017, hampir setiap bank di dunia tertarik untuk menerapkan teknologi Blockchain. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa keingintahuan ini tidak hanya didasarkan pada pertimbangan teoretis, tetapi telah diadaptasikan ke dalam praktik. Pada 3 Juli, platform Blockchain We.Trade, yang dikelola oleh IBM, melakukan transaksi pelanggan real-time pertama antara beberapa lembaga perbankan besar Eropa.
Terlepas dari peserta We.Trade Santander, UniCredit dan Deutsche Bank, ada juga beberapa bank Eropa lainnya, seperti UBS dan ING, yang saat ini terlibat dalam berbagai konsorsium Blockchain internasional, yang semuanya bertujuan untuk mengembangkan industri pembiayaan perdagangan senilai $ 10 triliun.
Secara rinci, kelompok ini mengeksplorasi potensi Blockchain, untuk meminimalkan kasus penipuan, upaya akuntansi dan waktu perputaran dokumen. Selain itu, beberapa agenda juga termasuk menyelidiki kontrak cerdas, yang dapat sangat meningkatkan perdagangan lintas batas dan berpotensi mengubah industri rantai pasokan.
Baca juga: ERC-20 Usulkan Model ICO Baru Anti Penipuan
Namun, bank bukan satu-satunya entitas keuangan yang telah menunjukkan minat untuk terhadap industri ini. Sebagaimana dinyatakan oleh para ahli industri yang beragam, seperti profesor Universitas Stephen McKeon, token keamanan cenderung mengganggu modal ventura dalam waktu dekat. Unit digital ini dapat mewakili kepemilikan di semua jenis aset keuangan, paling sering digunakan untuk saham dan obligasi.
Pasar saham Eropa tampaknya sangat tertarik dalam membangun pertukaran untuk sekuritas berupa token. Bursa saham utama di Malta, Gibraltar dan Swiss sebelumnya mengumumkan untuk melakukan pertukaran token keamanan mereka sendiri, sedangkan pasar saham luar negeri sebagian besar tetap menunjukkan iklim yang menjanjikan untuk pertukaran token keamanan.
Melihat perkembangan ini, sepertinya tidak butuh waktu lama sampai Eropa benar-benar mengukuhkan diri bukan hanya sebagai pengadopsi terbesar tapi juga sebagai kiblat Blockchain dunia.
Source: entrepreneur.com
Written by: Dita Safitri