29.8 C
Jakarta
Selasa, 30 April, 2024

Mengenal Charlie Lee, dari Miner Menjadi Developer Litecoin

duniafintech.com – Bagi para investor yang menggeluti investasi kripto aset, nama-nama besar seperti Bitcoin dan Ethereum mungkin menjadi pusat perhatian Anda. Tapi perlu diketahui, bahwa selain dua nama besar tersebut, ada kripto aset yang juga tumbuh tidak kalah besar seperti EOS dan Ripple. Selain itu, masih ada Litecoin. Kripto aset yang masuk peringkat 10 besar sebagai aset digital terbesar di dunia berdasarkan market cap ini sekarang memiliki sirkulasi token sebesar $9 miliar.

Bagi sebagian penggemar yang berdedikasi, Litecoin termasuk salah satu aset yang dianggap menjanjikan. Bahkan nama kreatornya, Charlie Lee juga disejajarkan dengan Vitalik Buterin (founder Ethereum) dan Satoshi Nakamoto (founder Bitcoin). Siapa sebenarnya Lee dan bagaimana perjalanannya sampai dia berhasil menciptakan Litecoin?

Baca juga:

Permulaan Karir

Lahir di Pantai Gading, Lee bersama keluarganya pindah ke Amerika Serikat saat usianya 13 tahun. Ia lalu menempuh pendidikan di sana dan meraih gelar di bidang ilmu komputer di salah satu universitas bergengsi dunia, MIT.

Sejak awal karirnya, Lee sudah menunjukkan ketertarikan yang besar pada komputer. Sejak tahun 2000, ia sempat bekerja untuk berbagai perusahaan besar dunia termasuk Google dan Guidewire Software. Masa-masa kerjanya di Google-lah yang kemudian menginspirasinya menciptakan Litecoin.

Dari Seorang Miner Menjadi Developer

Bersama para pengadopsi awal Bitcoin, Lee yang berbakat dalam ilmu komputer juga mulai menjajaki aktivitas sebagai miner atau penambang. Ia lantas bertemu dengan Mike Hearn, seorang pengembang yang bekerja untuk pengembangan perangkat lunak Blockchain untuk Bitcoin. Dari sana, Lee kemudian mulai mengembangkan ide untuk membuat mata uang digitalnya sendiri yang mencontek model Bitcoin. Lee menjadi satu-satunya insinyur ilmu komputer yang mencoba hal ini di saat banyak pengembang bermimpi bisa membuat ‘the next Bitcoin’.

Proyek kripto pertama Lee adalah Fairbrix yang diluncurkan pada September 2011. Bersama timnya, Lee membuat kripto aset ini dengan menggunakan source code dari Tenebrix. Sayangnya, rencana ini tidak berjalan mulus karena ada berbagai masalah yang membuat Fairbix rawan diretas. Namun, apa yang dikerjakan Lee untuk Fairbix tidak lantas berakhir sia-sia. Dia kemudian mengadopsi sistem contoh dari Fairbrix untuk membuat Litecoin.

Pengembangan Litecoin

Hanya selang beberapa minggu setelah kegagalan perilisan Fairbrix, Lee merilis Litecoin. Litecoin dimodelkan dengan menggunakan inti kode Bitcoin, dengan beberapa penyesuaian yang menurut Lee akan membuatnya lebih baik dari Bitcoin. Ini termasuk protokol hashing itu sendiri, waktu transaksi untuk blok dan total nilai batas pasokan maksimum.

Meskipun Litecoin dibuat dengan Bitcoin sebagai modelnya, Lee telah bekerja keras untuk menyajikan cryptocurrency lain sebagai alternatif untuk Bitcoin, bukan sebagai pesaing. Lee percaya bahwa Litecoin lebih berguna untuk transaksi yang lebih kecil seperti belanja online, sementara Bitcoin bisa lebih berguna untuk transaksi internasional besar.

Sejak rilis Litecoin, Lee telah bekerja di Coinbase, pertukaran mata uang digital yang populer. Pada Juni 2017, Lee meninggalkan Coinbase untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam pengembangan Litecoin. 

Sementara litecoin telah meraih sukses besar, pada musim semi 2018 rumor mulai beredar bahwa Lee berencana meninggalkan dunia kripto aset. Lee menyatakan bahwa ia pada akhirnya akan meninggalkan mata uang itu karena ia percaya bahwa keterlibatannya sebagai pemimpin jaringan akan mencegah produk asuhannya tersebut menjadi sepenuhnya terdesentralisasi. 

-Dita Safitri-

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE