30.7 C
Jakarta
Rabu, 27 November, 2024

Mendag: Ekonomi Digital Gerek PDB Nasional hingga Rp24.000 Triliun di 2030

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di dalam negeri akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional.

Dia memperkirakan, pada 2030 kontribusi ekonomi digital akan mampu membawa PDB nasional mencapai Rp24.000 triliun. Nilai tersebut meningkat 1,5 kali lipat dibandingkan dengan nilai PDB saat ini yang sebesar Rp15.400 triliun.

“Pada 2020 ekonomi digital baru berkontribusi 4% PDB, namun 2030 PDB Indonesia tumbuh setidaknya 1,5 kali lipat dari Rp15.400 triliun menjadi Rp24.000 triliun setidaknya,” katanya dalam video conference yang dikutip, Jumat (15/10).

Lutfi pun mengungkapkan, saat ini kontribusi ekonomi digital hanya sebesar 4% terhadap PDB. Namun, di 2030 diperkirakan kontribusi ekonomi digital akan mencapai 18% terhadap PDB.

“Ekonomi Digital Indonesia akan tumbuh delapan kali lipat. Nilainya akan meningkat, dari sebesar Rp 632 triliun pada hari ini, menjadi Rp4.531 triliun di 2030,” ujarnya.

E-commerce Jadi Kontributor Terbesar

Lutfi menjelaskan, perdagangan elektronik melalui e-commerce masih akan menjadi kontributor terbesar dari pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia pada 2030, dengan porsi sebesar Rp 1.908 triliun atau 33% dari total pertumbuhan ekonomi digital.

“E-commerce diperkirakan masih akan menguasai peta ekonomi digital Indonesia pada 2030 dengan kontribusi mencapai Rp1.908 triliun atau sekitar 33%,” ucapnya.

Sedangkan, kontributor ekonomi digital lainnya akan bersumber dari business to business (B2B) termasuk rantai nilai dan logistik, yang sebesar Rp763 triliun atau 13%. Lalu, online travel sebesar Rp575 triliun atau 10% dan corporate services sebesar Rp529 triliun atau 9%.

Dia menjelaskan, peningkatan pertumbuhan ekonomi digital di dalam negeri ini didorong oleh penetrasi internet yang semakin dalam di tengah masyarakat. Saat ini, akses internet telah dinikmati oleh 197 juta penduduk dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 250 juta di 2050.

Tiga Fokus Utama Pengambangan Transformasi Digital

Lutfi mengungkapkan, transformasi dan akselerasi ekonomi digital Indonesia menjadi prioritas pemerintah saat ini. Oleh karena itu, pemerintah mengembangkan cetak biru transformasi digital yang fokus pada tiga hal.

Pertama, pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Pasalnya, saat ini Indonesia baru menempati peringkat 56 dari 63 negara dalam IMD World Digital Competitiveness (WDC) ranking.

“Karena itu, kita perlu meningkatkan jumlah talenta digital baik di instansi pemerintah, pelaku usaha, akademisi, hingga masyarakat umum,” ucapnya.

Menurutnya, talenta yang memiliki keterampilan dan kemampuan era digital akan mendorong inovasi dan mempersiapkan jalan Indonesia menuju sistem ekonomi digital yang produktif di masa depan.

Kedua, adalah pengembangan infrastruktur. Dibandingkan negara lainnya pengeluaran per kapita Indonesia untuk pengembangan infrastruktur teknologi informasi (TI) masih tertinggal.

Karenanya, pemerintah telah melakukan langkah-langkah percepatan investasi infrastruktur untuk memastikan potensi ekonomi digital Indonesia. Tidak hanya berpusat di kota besar, tapi hingga ke pelosok nusantara agar memastikan tidak ada lagi kesenjangan digital.

Ketiga adalah mengembangkan ekosistem inovasi, regulasi dan kebijakan yang harus adaptif, proaktif dan kolaboratif terhadap ekonomi digital yang bergerak sangat cepat. Katanya, pemerintah akan hadir memfasilitasi inovasi dan memastikan lingkungan bisnis yang adil dan inklusif.

Tak Hanya Fokus Ke Unicorn

Pemerintah, sambungnya, tidak hanya memfasilitasi pertumbuhan unicorn namun akan memastikan investasi dan inovasi juga terjadi pada perusahaan-perusahaan dengan skala lebih kecil.

“Sehingga memberi manfaat dan dampak besar bagi semua warga negara Indonesia,” tuturnya.

Lebih jauh dia mengatakan, transformasi ekonomi digital di Indonesia tidak bisa dihindari, bahkan transformasi ini harus terus diakselerasikan dan diberlakukan di atas prinsip-prinsip kesetaraan dan inklusivitas untuk seluruh warga negara Indonesia.

“Siap tidak siap kita harus bergerak,” ujarnya.

Untuk itu, tambahnya, semua entitas harus berkolaborasi dengan seluruh pihak, pemerintah, swasta, akademisi dan seluruh warga negara sehingga tidak ada yang tertinggal dalam memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut.

“Saya percaya transformasi digital tidak hanya mendorong pemulihan dan mendorong ekonomi ke depan tapi juga mendorong ekonomi di masa depan,” tegasnya.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU