30 C
Jakarta
Sabtu, 23 November, 2024

Berita Fintech Indonesia: Fintech Lending Raup Keuntungan Rp50,48 M pada Januari

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terbaru kali ini terkait keuntungan yang sukses diraup oleh industri fintech P2P lending.

Tercatat, industri ini berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp50,48 miliar pada Januari 2023.

Adapun laba bersih tersebut dicatatkan untuk pertama kalinya oleh fintech lending sejak berdiri, sejalan dengan skala usaha yang meningkat sambil memperhatikan aspek efisiensi.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Beritasatu.com.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kata OJK soal Moratorium Fintech P2P Lending

Berita Fintech Indonesia: Pengelolaan Bisnis Lebih Efisien

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri fintech lending mencatat rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 89,16% pada Januari 2023.

Posisi ini menunjukkan pengelolaan bisnis yang lebih efisien, dibandingkan Desember 2022 dengan BOPO sebesar 97,78%.

Apalagi, kalau dibandingkan Januari 2022 maka BOPO fintech lending berada di di level 107,96%.

Itu berarti, beban operasional yang dibukukan lebih tinggi dibandingkan pendapatan operasional.

Kala itu, fintech lending masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 16,14 miliar. Dengan BOPO 89,16%, fintech lending memang membukukan total beban operasional sebesar Rp 890,49 miliar atau tumbuh 56,79% year on year (yoy) hingga Januari 2023.

Beban ini utamanya masih dikontribusi biaya ketenagakerjaan, pemasaran dan periklanan, beban umum dan administrasi, serta biaya pengembangan dan pemeliharaan IT.

Akan tetapi, di samping itu, total pendapatan operasional berhasil melesat sampai dengan 81,79% (yoy) menjadi sebesar Rp 998,79 miliar.

Seluruh pos pendapatan menjadi penyokong pertumbuhan, mulai dari pendapatan atas pengembalian pinjaman, pendapatan atas pemberian pinjaman, dan pendapatan atas denda.

Tren pendapatan dan pengendalian beban tersebut yang pada akhirnya mampu mengerek perolehan laba dari industri fintech lending.

Disampaikan Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Tambunan, industri fintech P2P lending telah beroperasi setidaknya selama enam tahun sehingga bukan tidak mungkin kini industri mulai berorientasi pada profitabilitas dan keberlangsungan usaha.

“Ini seiring dengan meningkatnya skala usaha para pemain industri ini mulai bisa meningkatkan pendapatannya. Faktor penentunya adalah bagaimana bisa terus meningkatkan pendapatan sambil terus mempertahankan efisiensi dan menekan pengeluaran,” katanya kepada Investor Daily, kemari.

Ia menyebut, fintech lending tidak lagi melakukan growth at all cost melainkan fokus pada sustainability.

Hal itu dilakukan oleh pelaku usaha agar mendapatkan basis pengguna yang besar serta menjaga tingkat gagal bayar yang berkelanjutan, sehingga bisa mengenakan margin fee yang memadai kepada pemberi maupun penerima pinjaman.

Di Akseleran sendiri, imbuhnya, pendapatan tumbuh dengan rata-rata lebih dari 140% per tahunnya dari tahun 2018—2022.

Sekalipun secara tahunan masih merugi, terdapat beberapa bulan di tahun 2022 yang mampu mencatatkan arus kas operasional positif.

Dengan demikian, Akseleran pun mencanangkan bisa mencetak laba di tahun ini. “Di tahun 2023 sendiri Akseleran menargetkan untuk mencetak laba dengan pertumbuhan pendapatan lebih dari 100% dari tahun 2022,” imbuh Ivan.

Ia pun menambahkan, kinerja Akseleran dan industri yang sedang dalam jalur positif ini masih akan berlanjut kedepannya. Termasuk pertumbuhan pada volume penyaluran pinjaman dan peningkatan fee/margin yang dikenakan kepada pemberi pinjaman (lenders) maupun penerima pinjaman (borrowers).

Sementara itu, menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, masih ada sebanyak 57 dari 102 penyelenggara fintech lending yang membukukan kerugian. Jumlah ini berkurang dari catatan di akhir tahun 2022, dimana sebanyak 65 penyelenggara mencatatkan kerugian.

Berdasarkan data OJK, fintech lending di akhir 2022 memang sudah mencatatkan laba operasional sebesar Rp 218,07 miliar, yang tercermin dari rasio BOPO sebesar 97,78%. Namun industri ini masih membukukan rugi sebesar Rp 41,05 miliar di akhir tahun lalu.

Cermati Risiko Pinjaman

Selain mencermati penyelenggara yang masih merugi, OJK juga terus memantau perkembangan tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90) dari industri fintech lending. Pasalnya tidak sedikit dari penyelenggara yang mencatatkan pinjaman bermasalah cukup tinggi. OJK mencatat, masih ada 25 penyelenggara dengan TWP 90 di atas 5%.

“Untuk perusahaan yang punya TWP 5%, OJK memberikan surat pembinaan dan meminta mereka mengajukan action plan, perbaikan pendanaan macet. OJK memonitor pelaksanaan action plan tersebut dengan ketat. Jika kondisi lebih buruk, OJK akan melakukan tindakan pengawasan lanjutan,” beber Ogi.

Dalam cakupan industri, TWP 90 fintech lending per Januari 2023 tercatat di level 2,75%, lebih tinggi dibandingkan Januari 2022 sebesar 2,52%. Kendati demikian, TWP 90 ini dalam tren penurunan pada empat bulan terakhir, dimana per September 2022 sempat mencapai posisi 3,07%.

Penurunan TWP 90 tidak terlepas dari penyaluran pinjaman baru baru mencapai Rp 18,80 triliun atau tumbuh 16,75% (yoy). Hal ini yang turut membuat outstanding pinjaman tetap tumbuh 63,47% (yoy) menjadi Rp 51,03 triliun.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Lebih dari 50 Persen Pajak Sektor Fintech Disumbang oleh Kripto

Berita Fintech Indonesia: Daftar Lengkap Pinjol P2P Lending dengan Kredit Macet Tertinggi

Menukil Bisnis.com, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan sebanyak 25 perusahaan pinjaman online atau pinjol financial technology peer-to-peer (P2P) lending memiliki tingkat wanprestasi atau TWP90 di atas lima persen pada periode Januari 2023.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Ogi Prastomiyono menuturkan bahwa sebanyak 25 perusahaan fintech P2P lending memiliki tingkat wanprestasi 90 hari di atas lima persen.

“Data per Januari 2023, jumlah perusahaan fintech P2P lending yang TWP90 hari di atas lima persen ada 25 perusahaan,” ungkap Ogi dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Februari 2023 secara virtual, Senin (27/2/2023).

TWP90 sendiri merupakan ukuran tingkat wanprestasi atau kelalaian penyelesaian kewajiban yang tertera dalam perjanjian di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.

Lebih lanjut, OJK juga memberikan surat pembinaan dan meminta perusahaan terkait untuk mengajukan action plan berupa perbaikan kredit macet kepada sejumlah perusahaan fintech P2P lending yang memiliki TWP90 hari di atas lima persen.

Bukan hanya itu, Ogi mengatakan bahwa sebanyak 19 perusahaan fintech P2P lending masih memiliki ekuitas di bawah Rp2,5 miliar. Sedangkan 57 perusahaan fintech P2P lending terpantau masih mengalami kerugian. 

Mengutip dari laman resmi OJK pada Selasa (28/2/2023), sampai dengan 20 Januari 2023, total jumlah penyelenggara fintech P2P lending yang berizin di OJK adalah sebanyak 102 perusahaan.

OJK menjelaskan bahwa terdapat perubahan nama sistem elektronik milik PT Komunal Finansial Indonesia, dari semula bernama Komunal menjadi Komunal P2P.

Berdasarkan penelusuran Bisnis, ada 17 P2P lending dengan tingkat keberhasilan 90 (TKB90) kurang dari 95 persen. Dengan demikian TWP90 mereka berada di atas 5 persen.

berita fintech indonesia

Daftar 102 Pinjol Fintech P2P Lending dengan TKB90 Paling Rendah

  1. modalku – https://modalku.co.id

TKB90: 92,6 persen

  1. KTA KILAT – http://www.pendanaan.com

TKB90: 95 persen

  1. Finmas – https://www.finmas.co.id

TKB90: 90,1 persen 

  1. KoinP2P – https://koinp2p.com

TKB90: 94 persen 

  1. Indodana – indodana.id

TKB90: 94,11 persen

  1. Pinjam Modal – pinjammodal.id 

TKB90: 94,52 persen 

  1. Cashcepat – http://cashcepat.id

TKB90: 93,45 persen 

  1. Pintek – http://pintek.id

TKB90: 33,73 persen

  1. Cairin – www.cairin.id

TKB90: 91,27 persen

  1. TrustIQ – http://trustiq.id

TKB90: 63,36 persen 

  1. Modal Nasional – www.modalnasional.co.id

TKB90: 93,66 persen

  1. TaniFund – www.tanifund.com

TKB90: 36,07 persen

  1. iGrow – igrow.asia

TKB90: 72,04 persen

  1. KrediFazz – www.kredifazz.id

TKB90: 94,95 persen

  1. Jembatan Emas – www.jembatanemas.id

TKB: 90,05 persen

  1. SAMIR – www.samir.co.id

TKB90: 75,02 persen

  1. Findaya – https://www.findaya.co.id

TKB90: 89,39 persen

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: 6 Pinjol Cepat Cair Berizin OJK

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU