25 C
Jakarta
Selasa, 24 Desember, 2024

Apa Itu Crypto Winter? Ternyata Begini Sejarah dan Dampaknya

JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Istilah yang satu ini belakangan memang kian sering terdengar dan menarik perhatian.

Barangkali, istilah ini pun masih terasa asing di telinga sebagian besar orang. Namun, di komunitas kripto, istilah ini memang kerap kali muncul.

Menukil laman CNBC, istilah yang satu ini menjadi ungkapan yang mengacu pada saat pasar tengah lesu, utamanya di pasar uang digital.

Untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter dan Jurus Ampuh Menghadapinya

Apa Itu Crypto Winter?

Menukil berita Forbes, istilah “crypto winter” ini kemungkinan berasal dari serial hit HBO, “Game of Thrones.”

Dalam pertunjukan itu, moto House of Stark adalah “Winter is coming.” Hal itu pun dianggap sebagai peringatan bahwa konflik abadi bisa turun di tanah Westeros kapan saja.

Demikian pula, masalah yang berkepanjangan mungkin terjadi di pasar crypto. Selama masa sulit ini, investor harus tetap waspada dan bersiap menghadapi kekacauan yang melanda pasar tanpa banyak peringatan.

Secara lebih harfiah, musim dingin kripto merupakan saat harga kripto terkontraksi dan tetap rendah untuk waktu yang lama. Para analis pun percaya bahwa roda musim dingin kripto yang muncul sudah bergerak lebih awal pada tahun 2022.

“Pasar crypto sudah merasakan efek dari peristiwa dunia, terutama konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan gejolak dalam keuangan global,” ucap CEO DBX Digital Ecosystem, Igor Zakharov.

Ia mencatat, inflasi yang tinggi sudah mendorong kenaikan suku bunga di AS, yang merupakan pemain terbesar dalam crypto.

“Pada saat TerraUSD dan Luna runtuh dan menggerakkan efek domino di dunia kripto, musim dingin kripto telah dimulai,” tuturnya.

Sejak November 2021, pasar crypto telah turun 60% atau turun drastis dari US$ 3 triliun menjadi kurang dari US$ 1 triliun saat ini.

Sejarah di Balik Apa Itu Crypto Winter

Crypto Crash 2013-2014

Crypto crash 2013 adalah salah satu periode downtrend harga Bitcoin yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Ketika itu, harga Bitcoin meningkat drastis dari $13 di awal 2013 menjadi $1200 di akhir 2013.

Namun, setelahnya, harga Bitcoin mengalami penurunan drastis hingga di bawah $300 dan membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk bisa kembali ke harga $1200 yang pernah dicapai sebelumnya di tahun 2013.

Di masa itu, istilah crypto winter memang belum ditemukan. Akan tetapi, ada pola yang serupa dengan musim dingin kripto yang terjadi di tahun 2017—2018.

Musim Dingin Kripto 2017—2018

Istilah crypto winter pertama kali muncul pada tahun 2018. Pada masa itu, harga Bitcoin turun drastis ke angka di bawah $8000 setelah sebelumnya sempat melonjak ke angka $20.000 pada akhir 2017.

Selama musim dingin kripto 2018, Michael J. Casey melaporkan bahwa harga Bitcoin turun sekitar 75% dari level harga tertingginya, harga Ether turun sekitar 90%, dan kapitalisasi pasar crypto keseluruhan turun hingga 80%-nya.

Dampak Musim Dingin Kripto

William Luther, seorang profesor ekonomi di Florida Atlantic University, memandang bahwa fenomena Crypto Winter semacam ini dianggap sebagai hal yang lumrah dalam perdagangan mata uang kripto.

Melangsir CNBC, Luther mengingatkan investor untuk tetap tenang dan menjaga pandangan mereka dalam jangka panjang.

Adapun kerugian akibat merosotnya nilai mata uang kripto dikatakan hanya sebagai fenomena sesaat.

“Dilihat dari pengalaman masa lalu, cenderung ada pasang surut ini di pasar crypto,“ ucapnya.

Ia menyampaikan, fenomena musim dingin kripto bisa menjadi pengingat bagi para investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi, khususnya pada industri yang mudah sekali mengalami pasang surut.

Di tengah kerugian dalam investasi mata uang kripto saat ini, dirinya menyarankan investor agar dapat untuk mengalokasikan asetnya ke beberapa sektor, seperti saham dan obligasi, bukan hanya ke mata uang kripto.

Dengan demikian, ketika nilai salah satu aset tengah turun, misalnya mata uang kripto, investor tidak mengalami kerugian secara penuh sebab sudah terdiversifikasi dengan memegang aset lainnya.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Ini Sederet Kebangkrutan pada Crypto Winter 2022

Musim dingin kripto pun berdampak terhadap ruginya investor saat ini. Selain ke investor,  musim dingin kripto pun berdampak buruk terhadap mereka yang bekerja atau karyawan pada perusahaan penyedia layanan transaksi kripto.

Di tengah musim dingin kripto, investor cenderung untuk menghentikan atau mengurangi aktivitas perdagangan kripto mereka. Dengan demikian, pendapatan perusahaan dengan layanan transaksi kripto juga bakal menurun.

Kondisi itu pada akhirnya memaksa perusahaan untuk mengurangi ongkos produksi layanan, salah satunya dengan mengurangi atau memecat karyawan.

Coinbase, salah satu perusahaan dengan layanan dompet digital mata uang kripto, dikabarkan akan melakukan pemecatan sebanyak 18 persen dari total karyawan dengan status penuh waktu.

Untuk saat ini, Coinbase memiliki total karyawan penuh waktu sebanyak 5.000 orang. Dengan persentase itu, berarti terdapat 1.100 karyawan penuh waktu yang bakal dipecat dari Coinbase.

Menurut CEO Coinbase, Brian Amstrong, kemungkinan resesi bakal terjadi setelah 10 tahun lebih terjadi ledakan ekonomi. Resesi dikatakan bisa memicu Crypto Winter yang berikutnya.

Untuk mempersiapkan resesi dan Crypto Winter, Coinbase melakukan efisiensi pada operasional perusahaan, termasuk dengan melakukan pemecatan pada ribuan karyawannya. 

Lantas, kapan musim dingin kripto ini akan berakhir?

Amstrong kemudian juga menjelaskan bahwa berakhirnya Crypto Winter masih belum bisa atau sulit untuk diprediksi. Kemungkinan besar Crypto Winter bisa berjalan dalam waktu yang cukup lama.

Apa Itu Crypto Winter

Cara Bertahan dalam Kondisi Apa Itu Crypto Winter

Investasi yang sesuai dengan profil risiko

Pada dasarnya, crypto memang menjadi investasi yang masih cukup baru di dunia. Instrumen yang satu ini sangat berisiko dan fluktuatif.

Maka dari itu, investor yang cerdas biasanya akan menghindari untuk memasukkan lebih dari yang mereka mampu untuk kehilangan/loss.

Lakukan riset pada aset yang akan dibeli

Di samping itu, setiap koin dan token terikat pada entitas pengelola/kelompok pengembang yang berbeda. 

Beberapa di antaranya bahkan telah terbukti sebagai penipuan. Maka dari itu, penting untuk mengevaluasi setiap proyek kripto dengan cermat sebelum memutuskan berapa banyak yang akan diinvestasikan di instrumen ini.

Jangan FOMO

Meski komunitas online menjadi tempat yang menyenangkan untuk mempelajari dan mendiskusikan investasi, tetapi itu tidak berarti kamu harus mengikuti saran semua orang.

Pasalnya, tempat diskusi online biasanya diisi dengan penggemar yang bukan teman kamu dalam kehidupan nyata dan mereka pun barangkali tidak peduli saat kamu kehilangan aset di pasar crypto.

Oleh sebab itu, tetaplah fokus pada tujuan pribadi kamu dan toleransi risiko sendiri ketika berinvestasi.

Lakukan penyesuaian portofolio

Barangkali tampak logis untuk melakukan tambahan nilai aset yang sudah turun. Dalam hal ini, kamu tidak perlu HODL ke crypto yang sedang down kalau kamu tidak berpikir harganya tidak akan kembali. 

Singkatnya, tidak apa-apa untuk menjual dan melakukan penyesuaian portofolio kapan pun kamu anggap perlu.

Sebaliknya, kalau kamu yakin bahwa penurunan mata uang kripto bersifat sementara maka kamu mungkin ingin membeli dengan harga lebih rendah dan berharap untuk membeli rendah serta melihat nilai portofolio tumbuh saat pasar pulih.

Kalau kamu ragu maka  sebaiknya kamu berkonsultasi dengan seorang profesional investasi di dunia crypto yang bertindak sebagai fidusia.

Dalam artian, kamu harus mengutamakan kepentingan terbaikmu saat terjadi crypto winter, seperti tahun ini.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Begini Fenomena Crypto Winter 2022

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU