JAKARTA, duniafintech.com โ Berita ekonomi hari ini terkait Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menguak kondisi perekonomian global tahun 2023.
Menurut Ani, sapaannya, seluruh negara, khususnya negara maju, masih mengalami tantangan berat yaitu pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih lambat dari tahun 2022.
Ia pun melihat untuk seluruh negara di dunia pertumbuhan ekonomi 2022 relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2021. Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 5,3 persen.ย
โIndonesia masih relatif dalam situasi yang baik dibandingkan negara-negara di Asean maupun G20,โ ujar dia dalam konferensi pers APBN Kita di akun YouTube Kemenkeu RI pada Rabu, 22 Februari 2023, seperti dilangsir dari Tempo.co.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Resesi Ekonomi Global Guncang Indonesia? Begini Ramalan Mantan Menkeu
Berita Ekonomi Hari Ini: Masih Ada Potensi Resesi
Dalam pandangannya, tren melemahnya ekonomi di negara maju masih berlanjut, dan masih adanya potensi resesi.
Disampaikannya, peranan dari pertumbuhan ekonomi global melambat disumbangkan oleh beberapa negara, antara lain, Amerika Serikat dan negara di Eropa.ย
Untuk China, meskipun diperkirakan akan tumbuh, tetapi masih di bawah dari target pemerintah Presiden China Xi Jinping.
โIni tentu akan menjadi pengaruh yang sangat menentukan bagi perekonomian Indonesia juga,โ imbuhnya.
Ia pun membeberkan data global commodity index yang naik 15 persen Year on Year (YoY). Sementara itu, inflasi di berbagai negara dalam hal ini mencapai 4 dekade atau 40 tahun terakhir tertinggi.
Ditambah lagi dengan dolar indeks yang juga mengalami penguatan ini karena kondisi Amerika yang masih positif meskipun inflasi tinggi.
โSehingga dari sisi kebijakan moneter Amerika yang diperkirakan masih bertahan dengan suku bunga tinggi dengan cukup lama menyebabkan dolar Amerika mengalami penguatan,โ sebutnya.
Stock Saham Turun 20 Persen
Dari sisi stock saham, untuk negara berkembang mengalami penurunan 20 persen. Ini biasanya terjadi pada interest rate yang tinggi kemudian harga saham mengalami tekanan. Sementara itu, dari Purchasing Managers Index (PMI) global juga mengalami pelemahan terendah dalam 2,5 tahun.
Bendahara negara mengatakan itu menggambarkan bahwa situasi dunia masih tertekan ekonominya, terutama dimotori oleh negara di Eropa yang terkena imbas langsung dari perang di Ukraina.
Amerika dalam hal ini yang terlibat dalam perang di Ukraina, tetapi pada saat yang sama inflasi dalam negeri tinggi.
โSementara di Cina sebagai negara dengan perekonomian kedua terbesar mengalami pemulihan sesudah adanya pembukaan dari kebijakan lockdown-nya,โ tuturnya.
Ia menambahkan, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi 2022 5,3 persen merupakan prestasi.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: BI Proyeksikan Ekonomi Indonesia 2023 Melesat 5,3 Persen
Hal itu sekaligus menjadi landasan bahwa Indonesia bisa optimistis karena dari sisi perekonomian menunjukan resiliensi dan momentum pemulihan ekonomi yang sangat kuat.ย
Berita Ekonomi Hari Ini: Kata Menkeu soal APBN Awal 2023 Surplus Rp 90,8 T
Di lain sisi, Sri Mulyani Indrawati juga melaporkan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) awal 2023 mengalami surplus Rp 90,8 triliun atau 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“APBN mengalami surplus yang mengalami lonjakan tinggi dibandingkan tahun sebelumnya ini tentu menjadi landasan tambahan,โ ujarnya.
Di samping itu, Sri Mulyani pun mengungkap bahwa keseimbangan primer bahkan surplus Rp 113,9 triliun. Kinerja APBN ini diperoleh dari konteks kondisi ekonomi global dan Indonesia.
โSituasi dari RI yang terus optimis, namun tetap waspada itu tergambarkan pada APBN pelaksanaan bulan pertama 2023,โ paparnya.
Ia menilai, kinerja APBN pada Januari sangat baik. Pendapatan negara pun melonjak naik 48,1 persen atau mencapai Rp 232,2 triliun.
Kenaikan pendapatan itu lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2022 atau lebih tinggi 9,4 persen persen dari target.
โIni tentu mencerminkan kondisi perekonomian yang baik secara keseluruhan,โ papar Sri Mulyani.
Sementara itu, belanja negara juga masih sangat suportif di mana tetap tumbuh sebesar Rp 141,4 triliun atau 11,2 persen secara Year on Year (YoY) atau tumbuh 4,6 persen dari target.
Bendahara negara mengaku optimis tapi tetap tak boleh lengah dengan kondisi perekonomian Indonesia yang tetap terjaga.
Karena memang evidence-based menunjukkan bahwa Indonesia patut untuk optimistis, tetapi tetap waspada, dan APBN akan terus menjadi instrumen penting di dalam menjaga masyarakat danย perekonomian.
“APBN sendiri juga akan dijaga kesehatannya sehingga dia bisa menjadi instrumen yang memberikan solusi, memberikan perlindungan pada masyarakat dan ekonomi. Danย mendukung transformasi ekonomi untuk terus menjadi ekonomi yang makin kuat dan maju,” tandasnya.
ย Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: 2022, Pendapatan per Kapita Indonesia Naik Jadi Rp71 Juta
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com