30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Berita Fintech Indonesia: AFPI Komitmen Dorong Literasi Keuangan dan Akses Pendanaan Produktif

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia hari ini terkait komitmen dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Hal itu dilakukan oleh AFPI bersama Taralite dalam rangka mendorong literasi keuangan dan akses terhadap pendanaan produktif di Indonesia.

Komitmen ini pun sebagai bentuk tanggapan atas tren industri fintech lending yang tercatat tumbuh positif pada awal 2023.

Sebelumnya, berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 2018 hingga Februari 2023, jumlah total penyaluran pendanaan telah mencapai Rp 564 triliun yang disalurkan 1 juta pemberi pinjaman kepada 106 juta penerima pinjaman, termasuk untuk pendanaan produktif.

Adapun data OJK pada 3 April 2023 mencatat industri fintech lending telah membukukan profit sebesar Rp 98,25 miliar pada Februari 2023.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Kontan.co.id.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Kredit Pintar Dapat Suntikan Dana dari Patrick Walujo Cs, Ini Fokusnya

Berita Fintech Indonesia: Potensi Layanan Pendanaan Masih Sangat Besar

Terkait hal itu, Direktur Pengawasan Financial Technology OJK, Tris Yulianta, mengatakan potensi layanan pendanaan di Indonesia masih sangat besar.

Ia menyatakan, kehadiran layanan fintech lending atau Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) sudah menjadi mesin penggerak penyaluran dana pinjaman di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Disampaikannya, saat ini, ada sebanyak 102 penyelenggara fintech P2P lending yang terus bertumbuh dan dapat menjadi alternatif sumber pendanaan bagi masyarakat.

“Oleh karena itu, OJK terus mendorong P2P lending untuk meningkatkan porsi penyaluran pendanaan kepada sektor produktif,” katanya, dikutip pada Senin (8/5).

Kendati tren industri fintech lending cenderung positif, ia menerangkan hal itu belum berbanding lurus dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat di lapangan, yakni rendahnya literasi finansial masyarakat serta akses terhadap pendanaan yang belum merata.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dikeluarkan oleh OJK akhir 2022 mencatat indeks literasi keuangan masyarakat baru mencapai 49,68%.

Melihat pertumbuhan fintech lending yang cukup menjanjikan awal tahun ini, Sekretaris Jenderal AFPI, Sunu Widyatmoko, mengatakan bahwa pihaknya mengajak para pelaku industri fintech lending agar dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk mendorong akses dan edukasi layanan pendanaan bagi masyarakat.

Utamanya, untuk pendanaan produktif bagi kelompok unbanked dan underbanked, seperti pelaku UMKM dan pekerja lepas.

Hal itu juga berguna untuk mendorong inklusi keuangan sekaligus meningkatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 di Indonesia.

Berita Fintech Indonesia: Industri Fintech P2P Lending Masih Dibayangi Kredit Macet

Di sisi lain, industri fintech P2P lending diketahui belum bisa terlepas dari risiko kredit macet. 

Akibatnya, sejumlah perusahaan masih harus dalam pantauan khusus regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut catatan OJK per Maret 2023, TWP90 yang menjadi indikator kredit macet di fintech lending meningkat, baik secara tahunan maupun bulanan menjadi 2,81%. 

Pada periode yang sama tahun di level 2,32% dan bulan Februari 2023 di level 2,69%.

Bukan hanya itu, jumlah perusahaan yang dalam pengawasan khusus karena TWP90 di atas 5% juga mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang sebanyak 19 menjadi 23 perusahaan. 

Itu juga lebih tinggi dari tahun lalu yang sebanyak 21 perusahaan dalam pengawasan khusus.

Direktur Pengawasan Fintech OJK, Tris Yulianta, menyadari bahwa memang ada kenaikan dari tingkat TWP90 tersebut. 

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Tingkatkan Kesejahteraan Anak, Julo Gandeng Unicef

Namun, ia melihat secara industri itu masih tergolong baik mengingat di bawah standar OJK yaitu 5%.

“Naik tapi fluktuatif kok, kalau dilihat trennya tidak lebih buruk,” kata Tris, akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan, saat ini kondisi fintech P2P lending memang terbilang dinamis karena kondisi pasar. 

Itu artinya, TWP90 tiap perusahaan tak tentu selalu lebih buruk pada tiap bulannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi TWP90 saat ini adalah kemampuan platform memfasilitasi penyaluran dana sehingga dapat memengaruhi outstanding pendanaan dan besarnya pendanaan yang masuk dalam periode macet.

Ditambah, kualitas credit scoring kepada calon penerima pinjaman. Ia menambahkan, saat ini satunya-satunya fintech P2P lending yang tergolong parah dan memang terus diawasi oleh OJK adalah Tanifund.

Dalam hal ini, ia melihat bukan hanya kesalahan peminjam yang mengalami kredit macet, melainkan juga ada kesalahan manajemen sebab tidak memiliki monitoring yang kuat.

Berita Fintech Indonesia

Terjadi dalam Jangka Pendek

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, mengungkapkan, kenaikan TWP90 saat ini terbilang hanya akan terjadi dalam jangka pendek. 

Alasannya, terdapat beberapa sektor produktif yang memang terganggu oleh kondisi global.

Ia menjelaskan, selama ini fintech-fintech yang memiliki TWP90 lebih rendah biasanya yang menyalurkan pinjaman untuk sektor produktif dibandingkan untuk yang konsumtif. 

Namun, kalau ada salah satu sektor produktif sedang bermasalah maka TWP90-nya bisa naik lebih tinggi.

“Harusnya konsumtif ya (yang TWP90) nya selama ini lebih tinggi,” jelasnya.

Di tengah kondisi industri yang seperti itu, kabar tak sedap pun muncul dari salah satu pelopor di industri fintech P2P lending, yakni Investree.

Pasalnya, para pemberi dana atau kerap dikenal lender menyerukan kesulitan mereka mendapatkan dananya kembali.

OJK pun mulai meminta klarifikasi dan dalam tahap monitoring terhadap perusahaan yang memiliki TWP90 di kisaran 4,7% tersebut berdasarkan situs resminya.

“Apabila dijumpai pelanggaran, maka akan dilakukan tindakan sesuai ketentuan yang berlaku,” tutur Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Lembaga Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Kata Pengamat soal Kinerja Industri Fintech Lending pada 2023

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU