JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait isu gagal bayar yang menerpa platform fintech peer to peer lending Investree.
Dalam hal ini, lender atau pemberi pinjaman perorangan atau ritel disebut mengalami keterlambatan pembayaran dan mengeluhkan hal tersebut ke media sosial.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari detikcom.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kata Modalku Terkait Rencana OJK Cabut Moratorium Izin Fintech
Berita Fintech Indonesia: Rasio Kredit di Bawah NPL Industri
Menurut Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, rasio kredit bermasalah atau NPL di Investree saat ini tercatat 2,93% atau di bawah NPL industri yang sebesar 4,3%.
Diterangkannya, mengenai keluhan para lender di media sosial, Investree sejatinya sudah memberikan disclaimer risiko pada halaman pertama website Investree.
Pada disclaimer itu dijelaskan bahwa layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi adalah kesepakatan perdata antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman sehingga segala risiko yang timbul dari kesepakatan tersebut ditanggung sepenuhnya oleh masing-masing pihak.
Dijelaskannya, risiko kredit atau gagal bayar ditanggung sepenuhnya oleh pemberi pinjaman.
Adapun dalam hal ini, tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko gagal bayar tersebut.
“Kami juga ada disclaimer, pemberi pinjaman atau lender yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman pinjam meminjam disarankan untuk tidak menggunakan layanan ini,” ucapnya, dikutip pada Kamis (25/5/2023).
Kemudian, untuk sisi penerima pinjaman juga harus mempertimbangkan tingkat bunga pinjaman dan biaya lainnya sesuai dengan kemampuan dalam melunasi pinjaman.
Di samping itu, pengguna juga harus membaca dan memahami informasi ini sebelum membuat keputusan menjadi pemberi pinjaman atau penerima pinjaman,” jelasnya.
Berkomunikasi dengan Pemberi Pinjaman
Untuk menyelesaikan kasus terlambat atau gagal bayar ini, ia pun menyebut bahwa Investree berupaya untuk berkomunikasi dengan jelas kepada seluruh pemberi pinjaman melalui saluran komunikasi resmi.
Lantas, ia menjelaskan tentang pemahaman risiko kredit seperti makin tinggi keuntungan, semakin tinggi risiko.
Adapun risiko berada di tangan lender atau diversifikasi portofolio.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Terkait Peluang Bisnis Fintech P2P Lending, Begini Kata Bos OJK
“Bukan Investree yang macet melainkan Borrower. Investree dilarang menjamin atau mengembalikan pendanaan sebagaimana tertuang dalam POJK 10/2022,” terangnya.
Saat ini, Investree juga mengupayakan percepatan penyelesaian pinjaman. Misalnya dengan mendorong Borrower untuk segera menyelesaikan pinjamannya melalui beberapa cara seperti restrukturisasi atau tindakan hukum kepada peminjam berdasarkan perjanjian atau kesepakatan.
Berita Fintech Indonesia: Fintech JULO Luncurkan Fitur Biaya Pendidikan, Ini Keunggulannya
Sebelumnya, mengutip JPNN.com, sebagai bentuk komitmen pemberdayaan untuk masyarakat Indonesia, PT. JULO Teknologi Finansial (JULO), perusahaan teknologi asal Indonesia menjadi pionir layanan kredit di bidang edukasi.
Kali ini, JULO meluncurkan fitur biaya pendidikan yang dapat digunakan oleh jutaan pengguna kredit digital JULO di lebih dari 250 ribu institusi di penjuru Indonesia.Â
Head of Marketing JULO, Mikhal Anindita mengatakan fitur baru tersebut membawa angin segar di tengah penggunaan layanan serupa yang didominasi oleh pinjaman dana tunai dan paylater untuk keperluan konsumtif semata.Â
“Memiliki visi untuk membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih berdaya melalui kredit digital, rilis fitur pionir cicil biaya pendidikan ini merupakan komitmen JULO untuk melanjutkan rangkaian inovasi fitur,” ujar Mikhal dalam keterangan tertulis.
Di samping itu, fitur tersebut menjadi satu-satunya layanan kredit digital perorangan di Indonesia yang memfasilitasi pembiayaan berbagai keperluan pendidikan secara menyeluruh, seperti biaya sekolah, SPP, uang kegiatan, kuliah hingga pendidikan informal, dan pelatihan kursus.Â
“Berkaca dari riset konsumen JULO di mana 72 persen penggunaan kredit JULO ditujukan untuk peningkatan kualitas hidup termasuk biaya pendidikan sehingga fitur ini dapat membantu masyarakat Sabang sampai Merauke untuk menjadi lebih produktif dengan mengenyam pendidikan secara lebih baik,” ungkapnya.Â
Sebagai informasi, pada bulan pertama dirilis fitur ini telah digunakan konsumen JULO lintas jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMK, universitas di berbagai kota di Indonesia termasuk Medan, Pekanbaru, Jabotabek, Malang, Gorontalo, hingga Jayapura.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: AFPI Sebut Pencabutan Moratorium Izin Fintech Tingkatkan Inklusi Keuangan
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com