JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini mengulas tentang pentingnya literasi keuangan di industri finansial teknologi (fintech).
Saat ini, kemudahan mengakses jasa keuangan melalui industri yang satu ini menyebabkan beberapa resiko. Hal ini apabila tidak dibarengi dengan pengetahuan yang memadai.
Untuk itu, literasi keuangan memiliki peran penting di sini. Salah satunya yaitu sebagai edukasi bagi masyarakat di tanah air. Mari kita simak ulasan berita fintech Indonesia.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Alami Bidik Penyaluran Kredit 3 Kali Lipat
Jadi Perhatian Kadin, Literasi Keuangan Penting di Era Digital– Berita Fintech Indonesia
Saat ini, kita sepakat bahwa kemudahan mengakses jasa keuangan melalui fintech juga dapat menyebabkan beberapa resiko apabila tidak diiringi dengan tingkat pengetahuan yang memadai.
Dari data Satgas Waspada Investasi (SWI) melaporkan, total kerugian dari investasi bodong selama 10 tahun terakhir mencapai Rp 117,5 triliun dan hingga Mei 2022 sekitar 1.120 platform investasi ilegal telah diblokir.
Fenomena tersebut menjadi fokus dari diskusi publik “Transformasi Digital sebagai Pendorong Pertumbuhan Literasi Keuangan” yang diadakan Badan Pengembangan Keuangan Digital Kamar Dagang atau KADIN Indonesia (KADIN BPKD).
Diskusi tersebut bertujuan mengungkap upaya peningkatan literasi keuangan dari perspektif regulator, pelaku usaha, dan masyarakat.
Kepala KADIN BPKD, Pandu Sjahrir berharap diskusi ini dapat mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk membangun kepercayaan publik terhadap sektor fintech yang tumbuh pesat dalam empat tahun terakhir ini.
“Saya suka menggunakan analogi fintech sebagai ‘bayi ajaib’ melihat pertumbuhan industri saat ini sangat pesat pada usia yang masih dini,” ujar Pandu dalam siaran pers yang dikutip pada Sabtu (10/9/2022).
Namun, menurut Pandu, masyarakat harus mengejar pertumbuhan itu, karena pertumbuhan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan yang telah memperluas akses jasa keuangan digital ini belum diimbangi oleh tingkat literasi keuangan yang baik di tengah masyarakat.
Kesenjangan antara tingkat inklusi dan literasi ini pun menjadi celah yang rentan dimanfaatkan pelaku penipuan berkedok investasi atau investasi bodong.
Tingkat Literasi Keuangan di Tanah Air– Berita Fintech Indonesia
Berdasarkan survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, tingkat literasi keuangan masih berada di angka 38,03 persen meskipun tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 76,19 persen.
Baca juga: OJK Akui Kesulitan Pidanakan Pelaku Fintech Ilegal
Artinya, sebagian besar masyarakat Indonesia yang sudah berpartisipasi dalam sektor keuangan belum benar-benar memahami produk dan jasa keuangan yang digunakan.
Diperlukan Sinergi Berbagai Pihak
Upaya peningkatan literasi keuangan secara masif membutuhkan sinergi antar kementerian dan lembaga, maupun antara pemerintah dengan pelaku usaha dan masyarakat.
Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih paham tentang keuangan digital saat ini. Industri fintech yang semakin maju harus tetap dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan digital tersebut.
Salah satu kemajuan yang sudah terjadi, adalah bentuk sinergi yang diangkat adalah inisiatif pelaku industri untuk membuat kode etik bersama melalui asosiasi, sebagai bentuk self-regulation yang melengkapi pengaturan dari pemerintah.
Di sisi lain, satu per satu lembaga jasa keuangan juga mulai menjual produk dan layanan jasa keuangan secara digital. Selain untuk mempercepat pelayanan kepada konsumen, hal ini juga untuk menghemat biaya operasional.
Lembaga jasa keuangan khususnya bank bisa menghemat biaya karena tidak perlu lagi berinvestasi dengan mendirikan kantor layanan fisik yang banyak seperti saat ini. Bahkan, layanan fintech lainnya juga demikian.
Saat ini kemampuan literasi keuangan digital bukan sekadar kebutuhan, melainkan juga telah menjadi lifestyle di era Revolusi Industri 4.0 sekarang.
Pembatasan pergerakan manusia di saat terjadinya pandemi Covid-19 ini menyebabkan transaksi digital makin diminati dan dibutuhkan. Hadirnya Industri fintech dan layanan jasa keuangan secara digital membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mengakses layanan tanpa perlu datang secara fisik ke kantor lembaga penyedia tersebut.
Selain itu dalam jangka panjang diperkirakan semua transaksi keuangan akan beralih ke teknologi digital dan menuju cashless transactions.
Oleh karenanya, kita perlu mempersiapkan diri dengan kemampuan literasi keuangan digital yang mumpuni. Kemampuan literasi digital ini bukan hanya untuk kepentingan transaksi keuangan, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitas kehidupan lainnya yang berbasis digital, terutama dalam memanfaatkan Industri fintech yang berkembang saat ini.
Itulah berita seputar fintech Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda.
Baca juga: Berita Fintech Hari ini: Kanal Digital Kembangkan UMKM Daerah
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada