DuniaFintech – Ketika datang metode-metode digital dalam mengelola keuangan untuk diadopsi, negara Cina dan India merupakan konsumen terdepan di seluruh dunia dalam hal ini. Menurut laporan dari EY, dikatakan bahwa adopsi tersebut banyak berhubungan dengan pembayaran digital.
Menurut survei EY’s, sekitar 69% dari orang-orang yang aktif secara online di Cina telah menggunakan dua atau lebih layanan fintech dalam enam bulan, dan di India sekitar 52%, 42% di Inggris, 33%, di Amerika Serikat dan Jepang hanya 14%.
Dalam laporan tersebut juga dituliskan bahwa JPMorgan menghabiskan lebih dari $9 miliar per tahun untuk teknologi, tetapi tidak dianggap sebagai sebuah perusahaan fintech. Sementara Alipay, yang merupakan bagian dari kerajaan online Jack Ma dengan keuntungan $360 milyar per tahun, langsung dianggap fintech.
Startup Fintech melayani hal-hal baru, seperti pinjaman dan investasi, pembayaran, dan pengiriman uang. Adopsi smartphone dalam hal ini sangat membantu, seperti penetrasi di Cina yang sangat tinggi, yakni 20% lebih tinggi daripada rata-rata negara lain secara global.
Sebagai perbandingan dengan PayPal, yang mencakup layanan person-to-person, Venmo memiliki sekitar 200 juta pemegang rekening aktif dan volume pembayaran mencapai $354 milyar di tahun lalu. Sebuah konsorsium bank-bank besar telah mengumpulkan layanan Venmo, yang menargetkan sekitar 86 juta konsumen.
Perusahaan elit dunia barat mungkin akan mengambil inovasi dari negara-negara berkembang, seperti mengikat pilihan pembayaran di apps mereka dan media sosial, dan mungkin menggunakan data yang dikumpulkan. Di tempat-tempat seperti Cina, Laporan PBB menunjukkan dampak yang sudah lebih mendalam, yaitu dengan memberikan akses ke tabungan dan kredit. Di mana hal tersebut bisa membantu kekuatan ekonomi yang lebih luas, dan juga meningkatkan standar hidup bagi jutaan orang-orang yang terputus dari sistem keuangan formal atau tidak memiliki akses layanan perbankan.
Source: qz.com
Writter: Romy Syawal