JAKARTA, duniafintech.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong transformasi perusahaan BUMN dengan mendukung keterwakilan perempuan di jajaran direksi dan pemimpin dari generasi muda di perusahaan BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan saat ini sekitar 17 persen, perempuan menduduki jajaran direksi di perusahaan BUMN. Dia menargetkan perempuan yang menduduki tingkat direksi berkisar 25 persen di tahun 2023, sehingga masih terjadinya gap 8 persen dalam kurun waktu lebih 1 tahun 3 bulan.
“Saya optimistis bisa tercapai, walaupun tidak mudah karena ini percepatan yang saya rasa sangat signifikan,” kata Erick.
Baca juga: Kinerja Positif Kementerian BUMN Tercapai di Tahun 2021
Erick juga mendorong (generasi muda) usia dibawah 42 tahun untuk menduduki jabatan tingkat direksi BUMN. Menurutnya saat ini umur dibawah 42 tahun menduduki tingkat direksi sudah mencapai lebih dari 5 persen. Dia mengaku optimis angka tersebut akan bertambah hingga 10 persen di tahun 2023.
“Angka ini terus kita jaga dan tingkatkan, mestinya bisa. Kita lakukan ini karena kita harus mulai berinvestasi kepada future leader kita,” kata Erick.
Dia mengungkapkan bentuk transormasi perusahaan BUMN bukan hanya transformasi business model, people, human capital, business process dan lain-lain. Tetapi memastikan transformasi melalui laporan keuangan yang terkonsolidasi.
“Sebagai BUMN, penting sekali punya buku yang bisa kita baca bersama-sama. Ini merupakan bagian dari transparansi dan good corporate governance yang kita ciptakan selalu, dimana keterbukaan itu menjadi penting,” kata Erick.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan pencapaian kerja berada dalam posisi positif ditengah situasi pandemi global di tahun 2021. Hal itu tidak terlepas dari berbagai agenda transformasi yang dituangkan dalam road map BUMN.
Baca juga: Erick Thohir Kantongi Tujuh Laporan Pelanggaran Direksi BUMN
Generasi Muda & Perempuan Jabat Direksi BUMN – Laporan Keuangan yang Terkonsolidasi
Erick mengungkapkan laporan tahunan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja masing-masing BUMN yang berfungsi sebagai early warning system untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan serta strategi BUMN ke depannya.
Dia mencatat terjadi peningkatan revenue 18,8% menjadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan APBN. EBITDA margin meningkat menjadi 20,4%, artinya berada dalam kondisi sehat.
Total utangnya (BUMN) Rp1.579,6 triliun dan tentu equity atau modal (tahun 2021), mencapai Rp2.778,3 triliun. Debt to invested capital berkisar 36 persen.
Erick menambahkan peningkatan revenue, EBITDA margin, dan penurunan rasio utang, kinerja BUMN yang semakin baik dapat dilihat pula dari penurunan bunga konsolidasi yang awalnya Rp91,5 triliun di tahun 2020 menjadi Rp73,5 triliun di tahun 2021.
Tak hanya dari sisi keuangan, Kementerian BUMN pun secara konsisten melakukan efisiensi jumlah BUMN melalui pembentukan klaster BUMN.
โKita tidak menutup mata ada juga BUMN yang kurang sehat, maka sejak awal kita bentuk portofolio daripada perbaikan BUMN-BUMN. BUMN-BUMN yang tidak masuk ekosistem, akan berada di bawah Danareksa dan juga PPA. Dan InsyaAllah, jumlah BUMN terus kita lakukan konsolidasi karena kita ingin memastikan bukan banyaknya BUMN tetapi justru impact BUMN kepada industri dan tentunya kepada masyarakat,โ kata Erick.
Baca juga: Catatkan Kinerja Positif, Xendit Tumbuh hingga 250% di Tahun 2021
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com