DuniaFintech.com – Kabar mengenai adanya resesi ekonomi yang disebabkan pandemi semakin terlihat jelas. Beberapa negara seperti Jerman, Singapura hingga Malaysia sudah mengumumkannya. Meski demikian, terdapat berbagai cara untuk melakukan mitigasi atas potensi merosotnya perekonomian Tanah Air lebih dalam.
Penyelenggara teknologi jasa keuangan, atau fintech di Indonesia dinilai akan menerima respon yang beragam atas adanya ancaman kemerosotan perekonomian. Mulai dari terciptanya peluang, hingga hambatan dan ancaman kegagalan juga turut menyertai industri.
Masa pandemi menjadi salah satu ‘ujian’ nyata setiap penyelenggara fintech di Indonesia melaluinya. Mulai dari potensi macetnya pengembalian pinjaman, hingga adanya peluang untuk ‘memutar-balik’ keadaan ekonomi melalui berbagai metode.
Teka-teki dan tantangan yang dihasilkan oleh bayang-bayang resesi akan menghasilkan dua hal, yakni peluang atau sebaliknya ancaman.
Peluang Bangkitkan Ekonomi
Pergerakan industri fintech pembiayaan dan permodalan dinilai menjadi ‘motor’ bangkitnya perekonomian di masa menjelang resesi. Ada pun klaster pinjaman personal (P2P Lending) hingga urun dana (crowdfunding) dinilai berperan penting untuk memberikan harapan di tengah ancaman kemerosotan ekonomi.
KoinWorks yang bermain di sektor pinjaman produktif mulai berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendampingi pembiayaan dan permodalan ratusan ribu pengusaha mikro dan menengah.
Baca juga:
- Moon Bitcoin, Dapatkan Bitcoin Gratis Tiap 5 Menit Sekali
- OJK: Pengakses Fintech Pinjaman di Indonesia Mencapai 25 Juta
- Mau Bisnis Untung? Lakukan Strategi ini agar Produk Anda Laku Keras
Peluang dan Ancaman Penyelenggara Fintech Indonesia
Selanjutnya, penyelengara fintech pinjaman syariah Alami juga telah menggandeng Penyelengara BPJS Kesehatan untuk melakukan pembiayaan hingga Rp 2 miliar. Pembiayaan ditujukan untuk Fasilitas Kesehatan, mulai dari Rumah Sakit hingga Apotik mengakses pembiayaan.
Industri kesehatan dinilai menjadi komoditas utama yang memiliki nilai dan sedang mengalami tren, lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat.
Naiknya Kredit Macet
Sebagaimana diketahui, fintech pembiayaan dan pinjaman menjadi klaster yang tumbuh subur di Indonesia. Kehadirannya semakin diminati oleh masyarakat dan pengguna, utamanya saat masa pandemi.
Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas layanan tersebut, para penyelenggara juga dihadapkan akan adanya ancaman meningkatnya non performing loan alias kredit macet.
Saat ini, jumlah Total Kredit Berjalan di hari ke-90 (TKB90) per Juni 2020 menurun menjadi 93,87% atau mengalami kredit macet sebanyak 6,13%. Angka kredit macet terus meningkat per bulannya, tercatat peningkatan dimulai sejak April 4,93% dan Mei 5,1%.
DuniaFintech/Fauzan