Gopay sebagai produk dari startup GoTo mendorong investasi digital dari reksa dana sampai cryptocurrency
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) merilis kajian mereka yang bertajuk “Peran GoTo Finansial Terhadap Inklusi Keuangan Indonesia tahun 2021″.
Dalam temuan tersebut disebutkan bahwa layanan pembayaran Gopay memiliki andil dalam mendorong masyarakat untuk melakukan investasi secara digital, baik itu ke produk konvensional seperti reksa dana maupun produk yang lebih baru seperti cryptocurrency.
Peneliti LD FEB UI, Alfindra Primaldhi menjelaskan, dari total 5.639 konsumen yang diteliti, sebanyak 2.577 konsumen mengatakan bahwa mereka tertarik untuk mencoba investasi secara digital setelah menggunakan layanan Gopay.
“Kita lihat tidak hanya sebagai alat pembayaran, pengguna Gopay itu juga berinvestasi secara digital. Jadi dari seluruh konsumen ada 2.577 yang melakukan investasi digital,” katanya dalam launching riset tersebut secara virtual, Selasa (5/10).
Dari Reksa Dana Hingga Cryptocurrency
Alfindra pun mengungkapkan, pengalaman konsumen mengunakan Gopay atau layanan digital payment telah mendorong konsumen untuk mencoba berbagai produk investasi digital, baik itu reksa dana, emas digital, hingga cryptocurrency.
Dia pun memaparkan, dari total 2.577 konsumen yang tergerak untuk mencoba investasi digital, sebagian besar mengarah ke produk reksa dana dengan 46% konsumen, yang diikuti oleh emas digital 39%, dan cryptocurrency 25%.
“Jadi investasi digitalnya lebih memiliki variasi-variasinya mulai dari yang paling tradisional seperti reksa dana, sampai yang tertinggi cryptocurrency,” ujarnya.
Kemudahan dan Rasa Aman Mendorong Orang Untuk Memulai Investasi Digital
Dia pun mengatakan, kemudahan layanan yang ditawarkan oleh Gopay menjadi salah satu pendorong konsumen untuk memulai berinvestasi secara digital. Selain kemudahan, rasa aman juga menjadi faktor pendorong konsumen untuk masuk ke investasi digital.
Maka dari itu, tak heran tiga dari lima konsumen Gopay telah mencoba perencanaan keuangan yang lebih baik dengan masuk ke iklim investasi digital.Â
“Ini mudah untuk digunakan jadi konsumen merasa untuk sesuatu yang baru, ini mudah untuk mereka gunakan dan merasa sistemnya aman. Jadi kemudahan dan rasa aman ini sepertinya mendorong orang untuk mencoba hal-hal baru,” ucapnya.
Dapat Dimulai Oleh Siapapun
Selain itu, produk investasi yang ditawarkan juga relatif terjamin dan dapat dimulai dengan nominal yang kecil, sehingga menjembatani siapapun untuk dapat memulai investasi pertamanya.
Umumnya, sambung Alfindra, investasi digital berkaitan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan pengguna. Semakin tinggi penghasilan dan pendidikan maka semakin tinggi pula investasi yang ditanamkannya.
Namun, Gopay melampaui batasan-batasan tersebut, sehingga siapapun, baik yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maupun rendah, atau yang memiliki penghasilan tinggi maupun tanpa penghasilan dapat terjun ke investasi digital.Â
Karena, produk investasi yang ditawarkan dapat dimulai dari nominal yang rendah.
“Jadi layanan Gopay membuka akses dan mereduksi barrier to entry, siapa pun bisa berinvestasi,” ujarnya.
Didominasi Kelompok Penghasilan Tinggi
Dia memaparkan, saat ini investasi lewat Gopay didominasi oleh kelompok dengan penghasilan Rp10 juta ke atas dengan proporsi sebanyak 46%, lalu diikuti oleh kelompok dengan penghasilan Rp5 juta-Rp10 juta dengan proporsi 33%.
Kemudian, kelompok dengan penghasilan Rp2,5 juta-Rp5 juta dengan proporsi 28%; kelompok penghasilan Rp1,5 juta-Rp2,5 juta dengan proporsi 29%; kelompok dengan penghasilan Rp1 juta-Rp1,5 juta dengan proporsi 29%; dan kelompok dengan penghasilan Rp1 juta ke atas dengan proporsi 30%.
Namun, tidak hanya kelompok berpenghasilan yang mulai berinvestasi, kelompok yang tidak memiliki penghasilan seperti mahasiswa dan ibu rumah tangga juga memiliki porsi dalam investasi digital, yaitu sebesar 23%.
“Jadi rata-rata 3 dari 10 orang dari setiap kelompok penghasilan itu melakukan investasi digital dengan Gopay, begitu juga dari tingkat pendidikan SMP ke atas itu sepertiga hanya SD ke bawah yang kecil,” tuturnya.
Bahkan, menariknya investasi tersebut juga dilakukan oleh mitra dari driver Gojek sendiri, yang merupakan layanan transportasi dalam ekosistem GoTo.
“Hampir seperempat persen ini lakukan investasi digital dengan aplikasi yang mereka gunakan. Jadi tidak hanya menggunakannya (aplikasi Gojek) sebagai mata pencaharian, tapi menggunakannya juga sebagai investasi,” terangnya.
Reporter : Nanda Aria
Editor : Gemal A.N. Panggabean