JAKARTA, 17 Desember 2024 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan sesi I. Investor tampaknya bersikap hati-hati menjelang pengumuman kebijakan suku bunga dari bank sentral pekan ini.
IHSG turun 0,89% ke level 7.259,47 setelah sempat menyentuh posisi psikologis 7.200 di awal sesi dengan penurunan hingga 1,2%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,6 triliun, melibatkan 12,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 654.840 kali. Rinciannya, 138 saham menguat, 432 melemah, dan 219 stagnan.
Seluruh sektor saham berada di zona merah, dengan sektor properti, teknologi, bahan baku, transportasi, konsumer non-primer, kesehatan, dan infrastruktur terkoreksi lebih dari 1%.
Saham yang Menekan IHSG
Beberapa emiten menjadi penekan terbesar IHSG, termasuk PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang menurunkan indeks sebesar 11,4 poin. Saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga menyumbang penurunan masing-masing 4,6 poin.
Fokus Investor pada Keputusan Suku Bunga
Investor saat ini menanti keputusan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada Rabu siang dan Kamis dini hari.
The Fed diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 0,25%, menandai pemangkasan suku bunga ketiga berturut-turut sejak September 2024. Kebijakan ini diambil untuk menyesuaikan kondisi setelah sebelumnya menaikkan suku bunga dengan cepat guna menekan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam empat dekade.
Di sisi lain, BI diprediksi mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember 2024. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah yang belakangan mengalami tekanan.
Rilis Data Ekonomi dari China dan Indonesia
Selain menunggu kebijakan bank sentral, investor juga memantau sejumlah data ekonomi. Dari China, mitra dagang terbesar Indonesia, dirilis data produksi industri periode Januari-November 2024 yang diperkirakan stagnan di angka 5,8%, sama seperti bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran November 2024 diproyeksi turun menjadi 5% dari 5,1% pada Oktober, sementara penjualan ritel diperkirakan tumbuh 4,8%, naik dari 3,2% pada September.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan periode November 2024. Konsensus pasar memproyeksikan surplus sebesar US$ 2,21 miliar, lebih rendah dibandingkan Oktober yang mencapai US$ 2,48 miliar, akibat tingginya impor. Jika tercapai, surplus ini akan menandai 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, mencakup periode pemerintahan Joko Widodo hingga Prabowo Subianto.
Ekspor Indonesia pada November diprediksi tumbuh 6,07% secara tahunan (year-on-year/yoy), sementara impor meningkat 6,36% yoy. Sebagai perbandingan, pada Oktober 2024 ekspor naik 10,3% yoy dan impor melonjak 17% yoy.