29.9 C
Jakarta
Minggu, 12 Mei, 2024

Internal Rate of Return (IRR): Pengertian hingga Cara Menghitungnya

JAKARTA, duniafintech.com – Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian modal dari suatu proyek atau investasi. 

Fungsi utama dari IRR adalah untuk membantu dalam mengevaluasi keuntungan atau potensi laba dari suatu bisnis atau investasi. Contoh perhitungan IRR dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti spreadsheet atau kalkulator keuangan.

Dengan mengetahui IRR, kita dapat membandingkan tingkat pengembalian dari berbagai proyek atau investasi.  Semakin tinggi IRR, semakin baik pemanfaatan modal dan semakin menjanjikan proyek atau investasi tersebut. 

Namun, perlu diingat bahwa IRR juga memiliki batasannya dan tidak dapat menjadi satu-satunya faktor penentu dalam pengambilan keputusan investasi. Berikut ini ulasan selengkapnya.

Internal Rate of Return

Baca juga: Deposito 10 Juta Dapat Bunga Berapa? Ternyata Begini Cara Hitungnya

Apa Itu Internal Rate of Return?

Internal Rate of Return adalah indikator dalam keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian modal yang digunakan untuk menjalankan usaha atau bisnis. IRR dapat memberikan informasi tentang efektivitas penggunaan modal dalam menghasilkan laba usaha.

Fungsi IRR adalah sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi keberhasilan suatu usaha dalam menghasilkan laba yang memadai. Jika nilai IRR suatu usaha lebih tinggi dari bunga pinjaman atau kredit bank yang menjadi sumber modal usaha, maka usaha tersebut dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman. Sebaliknya, jika nilai IRR lebih rendah dari bunga kredit bank, maka usaha tersebut mungkin tidak layak untuk mendapatkan pinjaman dari bank.

Contoh perhitungan IRR dapat dilakukan dengan menggunakan rumus matematis yang kompleks. Namun, dalam prakteknya, perhitungan IRR biasanya dilakukan dengan bantuan perangkat lunak atau aplikasi keuangan yang dapat menghasilkan nilai IRR secara otomatis berdasarkan arus kas yang diharapkan dari investasi atau proyek bisnis.

Fungsi Internal Rate of Return

Berikut adalah fungsi Internal Rate of Return dalam perhitungan bisnis:

1. Fungsi Internal Rate of Return: Evaluasi Kesuksesan Bisnis

IRR digunakan untuk menilai apakah suatu usaha atau bisnis berpotensi untuk mencapai keberhasilan atau menghasilkan laba dalam jangka waktu tertentu.

Internal Rate of Return

2. Pemantauan Pertumbuhan Aset

IRR digunakan sebagai alat untuk mengukur apakah nilai aset akan meningkat atau tidak, membantu dalam perencanaan dan pengelolaan aset dengan lebih efektif.

3. Penilaian Kinerja Investasi

IRR memberikan gambaran tentang laju pengembalian investasi, memungkinkan evaluasi yang akurat terhadap kinerja operasional dan keberlanjutan kegiatan investasi.

  1. Penentuan Persetujuan Pendanaan atau Investasi

IRR berperan sebagai kriteria untuk menilai apakah suatu proyek atau investasi layak dilakukan dari segi keuangan, membantu dalam pengambilan keputusan terkait pendanaan atau investasi.

Kelebihan dan Kekurangan Internal Rate of Return 

Setelah memahami bahwa Tingkat Pengembalian Internal adalah parameter untuk mengukur pengembalian modal dalam suatu usaha, selanjutnya kita dapat meninjau kelebihan dan kekurangan IRR.

Kelebihan IRR terletak pada kemampuannya sebagai indikator yang jelas untuk mengevaluasi kelayakan pendanaan atau investasi dalam suatu usaha. Metode IRR mempertimbangkan semua arus kas yang terlibat, mengakomodasi konsep nilai waktu uang, dan mempertimbangkan risiko arus kas di masa depan terhadap pengembalian modal investasi.

Namun, ada kelemahan pada metode IRR, yaitu perhitungannya bersifat estimatif, sehingga tidak selalu memberikan hasil yang sangat akurat. Selain itu, metode IRR hanya efektif untuk menunjukkan hasil maksimal ketika investasi melibatkan modal dalam bentuk rasio.

Rumus Menghitung Internal Rate of Return

Berikut rumus untuk menghitung besaran Internal Rate of Return.

IRR = (Laba usaha : Modal sendiri) x 100%

Rumus lain dari IRR sebagai berikut.

IRR = i1 + (NPV1 : NPV1 + NPV2) x (i2 – i1)

Keterangan:

  • i1: tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
  • i2: tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
  • NPV1: Net Present Value positif
  • NPV2: Net Present Value negatif

Diperlukan pemahaman bahwa tingkat diskonto merujuk pada potongan atau bunga yang harus dibayar oleh individu yang menjual wesel atau surat dagang sebelum jatuh tempo. 

Sementara itu, NPV adalah selisih antara nilai arus kas masuk dan keluar pada periode waktu tertentu. Rumus IRR memberikan panduan dalam menilai keuntungan relatif dan tingkat pengembalian investasi.

Baca juga: Cara Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Agar Bisnis Makin Cuan!

Internal Rate of Return

Contoh Soal dan Cara Menghitung IRR

Berikut contoh perhitungan IRR dalam suatu usaha.

Contoh soal 1

Diketahui: Seorang pengusaha mengeluarkan modal senilai Rp25 juta untuk usaha yang baru dirintisnya. Menurut estimasinya, usaha tersebut akan mendatangkan laba senilai Rp4 juta.

Ditanya: Berapa IRR usaha tersebut? Apakah usaha tersebut layak mendapatkan pinjaman atau kredit bank jika bunga yang ditawarkan sebesar 12 persen?

Jawab:

IRR = (Laba usaha : Modal sendiri) x 100%

= (4.000.000 : 25.000.000) x 100%

= 16% per tahun

Jadi, usaha dengan modal Rp25 juta itu dapat mendorong usaha untuk menghasilkan laba sebesar 16 persen per tahun.

Artinya, IRR usaha tersebut yang sebesar 16 persen lebih tinggi dari bunga kredit bank sebesar 12 persen per tahun, sehingga usaha tersebut layak diberikan kredit.

Contoh soal 2

Diketahui: Sebuah perusahaan mengusulkan nilai investasi sebesar Rp150 juta dengan asumsi akan menghasilkan arus kas sebesar Rp30 juta selama lima tahun.

Perusahaan mengasumsikan IRR sebesar 15 persen dengan nilai NPV1 sebesar Rp720 ribu dengan diskonto sebesar 10 persen dan NPV2 sebesar Rp8 juta dengan diskonto sebesar 12 persen.

Ditanya: Apakah IRR tersebut sesuai dan usaha layak mendapat investasi?

Jawab:

IRR = i1 + (NPV1 : NPV1 + NPV2) x (i2 – i1)

= 10% + (Rp720 ribu : (Rp720 ribu + Rp8 juta) x (12% – 10%)

= 10% + (0,08%) x (2%)

= 10% + 0,16%

= 10,16%

Jadi, hasil perhitungan IRR sebesar 10,16% lebih kecil dari asumsi IRR dari perusahaan sebesar 15%. Artinya, usaha tersebut tidak layak mendapatkan investasi.

Baca juga: Investasi Emas atau Reksa Dana, Mana yang Lebih Menguntungkan?

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU