28.2 C
Jakarta
Jumat, 19 April, 2024

Kondisi Ekonomi Indonesia di Masa Pandemi, Apakah Mampu Bertahan Hadapi Krisis?

DuniaFintech.com – Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di masa pandemi? Sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang patut diperhitungkan di ASEAN, Indonesia mampu bertahan di tengah krisis ekonomi akibat Covid-19. Sebagai institusi perbankan yang senantiasa aktif memberikan wawasan komprehensif terkait ekonomi dan politik Indonesia, Bank DBS Indonesia kembali menyelenggarakan DBS Asian Insights Conference pada 16 Juli 2020 dengan tema ‘Navigating a brave new world’

Menjelang DBS Asian Insights Conference 2020 tersebut, Bank DBS Indonesia menyelenggarakan DBS Insights for Business Leaders, di mana Bank DBS Indonesia mengamati, menganalisis, dan menyajikan pandangan para pakar seputar kondisi ekonomi terkini. Pada sesi yang bertajuk ‘Economies in Transition (Indonesia)’, DBS Chief Economist, Taimur Baig berdiskusi dengan Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna dalam memaparkan pandangannya mengenai kondisi ekonomi Indonesia di tengah pandemi. 

Berikut adalah rangkuman terkait pembahasan kondisi ekonomi Indonesia di masa pandemi : 

1. Perbandingan antara krisis akibat pandemi tahun 2020 dengan krisis pada tahun 1998 

Sebelum krisis global yang terjadi akibat Covid-19, Indonesia pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 1998. Apabila dibandingkan dengan krisis 1998, ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dan sehat. Hal tersebut tercermin pada beberapa aspek termasuk peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga lima kali lipat menjadi 1,1 triliun Dolar AS, dan peningkatan cadangan devisa sekitar tujuh kali lipat menjadi 129 miliar Dolar AS. 

Selalu menjadi kekhawatiran, pinjaman luar negeri naik sebesar 3,1 kali lipat menjadi 404 miliar. Adapun, hal yang perlu di garis bawahi adalah rasio utang Indonesia terhadap PDB yang mengalami penurunan dari 57% menjadi 36%. Uniknya, tahun 1998 dan 2020 mencatat depresiasi Rupiah yang serupa yaitu sekitar Rp16.500 sampai Rp16.600. Hal yang berbeda di tahun 2020 adalah tingkat depresiasi sebesar 16%, dari 500% di tahun 1998. 

Baca juga :

2. Upaya menangkap peluang di tengah pandemi Covid-19 

Kendati ekonomi Indonesia mengalami krisis akibat Covid-19, Bank DBS Indonesia melihat potensi ekonomi digital mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional. Sebagai salah satu negara dengan partisipasi media sosial tertinggi, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat selama satu dekade terakhir, di mana Indonesia sudah memiliki enam unicorn yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, dan JD.ID. 

Dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi yang diterapkan pemerintah, sektor logistik merasakan dampak positif, mengingat masyarakat cenderung menghabiskan pengeluaran di e-commerce untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai salah satu pelopor perbankan digital di Indonesia, digibank by DBS juga mengamati adanya peningkatan popularitas dan ketergantungan masyarakat pada e-commerce di masa pandemi. 

3. Kondisi perekonomian Indonesia pasca-pandemi Covid-19 

Dikarenakan infrastruktur kesehatan Indonesia mengalami banyak tantangan dan diprediksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih, dibanding negara-negara ASEAN lainnya dengan infrastruktur kesehatan yang lebih kuat dan solid. Beberapa studi memperkirakan kondisi kesehatan Indonesia dapat pulih pada bulan September hingga Oktober 2020. 

“Tidak seperti kondisi kesehatan, perekonomian Indonesia justru diperkirakan akan pulih lebih cepat. Hal tersebut memungkinkan karena Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki permintaan domestik yang kuat,” jelas Paulus.

Secara historis, rata-rata rasio ekspor terhadap PDB Indonesia adalah sebesar 20% hingga 25%. Pada situasi normal, Indonesia tertinggal dari negara lain yang memiliki persentase yang lebih besar. 

Sependapat dengan Paulus, Taimur menambahkan, “Di tengah pandemi ini, negara seperti Indonesia justru mendapatkan keuntungan. Berbekal permintaan domestik yang kuat, Indonesia tidak perlu terlalu fokus terhadap ekspor dan dapat lebih fokus pada pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong perekonomian Indonesia.”

Dengan kata lain, kondisi saat ini membuat perekonomian beberapa negara yang awalnya tumbuh lebih cepat dari Indonesia kini menjadi lesu ketika permintaan eksternal melemah. Sebaliknya, negara-negara seperti Indonesia yang bergantung pada permintaan domestik berpotensi untuk bertahan lebih baik. 

(DuniaFintech/ Dinda Luvita)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE