31.7 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Milenial Dominasi Pasar Modal, Tapi Literasi Investasinya Masih Rendah

JAKARTA, duniafintech.com – Meski mendominasi pasar modal dengan proporsi sebanyak 53% sebagai investor, tetapi generasi milenial Indonesia belum didukung dengan literasi investasi yang mumpuni. Hal ini sebagai tampak pada Indeks Inklusi Keuangan dan Indeks Literasi Keuangan Indonesia. Dalam hal ini, tingkat inklusi keuangan nasional mencapai 76,19%, sementara tingkat literasinya hanya 38,03%.

Padahal, jumlah investor muda ini sangat naik beberapa waktu belakangan, yang didukung oleh terjadinya pandemi dan kian meleknya generasi ini terhadap tren baru berinvestasi.

“Artinya, peningkatan akses terhadap produk keuangan cenderung dari masyarakat belum diikuti sepenuhnya oleh pemahaman terhadap risiko-risikonya,” ucap Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam diskusi bertajuk “Kala Gairah Investasi Tak Dibandingi Literasi” di Jakarta, Kamis (2/12), seperti diberitakan Detikcom.

Peningkatan literasi pasar modal, imbuhnya, sangat penting dilakukan, mengingat jumlah investor yang terus meningkat signifikan pada masa pandemi ini. Dalam paparannya, Purbaya menyatakan bahwa jumlah investor pasar modal pada 2018 baru mencapai 1,6 juta, sementara per Oktober 2021, jumlahnya melonjak tajam sebesar 6,75 juta investor.

Adapun jumlah investor jenis produk reksadana dan investor saham jauh diktahui lebih tinggi ketimbang jumlah investor surat berharga negara (SBN). Berdasarkan sisi demografi, investor pasar modal di Indonesia didominasi oleh kelompok umur di bawah 30 tahun dengan persentase mencapai 59,50% dan besaran aset mencapai Rp40,56 triliun.

Selanjutnya, ada investor berusia 31—40 tahun dengan proporsi 21,51% dan kepemilikan aset sebesar Rp 90,3 triliun. Di sisi lain, berdasarkan jenjang pendidikan, mayoritas berlatar belakang sekolah menengah atas (SMA) dengan persentase mencapai 56,75% dan total aset sebesar Rp169,44 triliun.

Kemudian, berdasarkan pekerjaan, investor didominasi oleh pegawai (swasta dan ASN) serta pelajar, dengan proporsinya masing-masing 33,48% dan aset sebesar Rp283,3 triliun untuk pegawai dan 27,59% dengan aset sebesar Rp16,14 triliun untuk pelajar.

“Melihat data ini, jelas banyak terjadi peningkatan di investor muda atau investor pemula. Ini yang harus jadi target edukasi. Karena ini momentum, tak pernah selama ini terjadi peningkatan drastis di katagori investor muda seperti pelajar dan mahasiswa. Ini harus dijaga,” ucapnya.

Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ini pun mengakui bahwa belum banyak yang dilakukan oleh pihaknya di KSSK untuk memberikan edukasi. Namun, ke depannya, pihaknya berkomitmen bakal memberikan literasi, termasuk menyediakan sejumlah alat untuk memantau pergerakan saham yang dapat digunakan oleh investor muda.

“Kalau sekarang, belum banyak yang kami lakukan ya, cuma ke depan kami sadar bahwa kaum milenial kami 53% berinvestasi di pasar modal harus dibekali dengan pemikiran ke depan (dan) memberikan semacam pelatihan,” sebutnya.

“Jadi, di mata kami, perkembangannya amat bagus karena ini modal untuk investor kami tumbuh, tapi kalau tidak kami latih dan mereka kecewa, mereka akan lari. Akibatnya, base investor kami nggak bisa naik (serta) pendalaman finansial sektor kami yang selama ini kami cari-cari dan kami kembangkan, tidak bisa terjadi. Nanti, yang ingin kami dapat stabilitas sistem finansial yang didukung oleh base investor yang kuat,” tutupnya.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU