DuniaFintech.com – Kementerian Kesehatan Afghanistan mengajak beberapa perusahaan farmasi lokal menggunakan blockchain untuk memerangi peredaran obat-obatan palsu.ย Pengembang blockchain yang terlibat dalam proyek ini bernama Fantom. Melalui perangkat bernama Opera Chain, Fantom digunakan untuk melacak 80.000 unit obat dari 4 produk farmasi yang berbeda di Afghanistan.ย
Jumlah unit tersebut merupakan proyek percontohan dari Fantom. Nantinya sistem akan ditingkatkan untuk menjangkau dan melacak berbagai produk lainnya tahun ini. 50.000 unit hand sanitizer, 10.000 tablet kunyah, krim lutut dan krim kaki bermerk Dioacare akan dilacak dalam tahap percontohan.
Proyek percontohan ini merupakan hasil kolaborasi antara Fantom, Kementerian Kesehatan dan perusahaan farmasi seperti Bliss GV, Royal Star dan Nabros Pharma. Selain itu, Fantom juga menciptakan sistem manajemen rekam medis rumah sakit menggunakan teknologi blockchain.
Baca juga:
- Pemerintah dan Swasta Tiongkok Ciptakan Infrastruktur UKM
- Raup Untung Besar Investasi di P2P Lending, Return Profit Hingga 20%
- Sejumlah Perusahaan Pinjaman Online Tetap Jaga TKB90 Meski Pandemi
Blockchain Bantu Pemerintah Afghanistan Lacak Obat Palsu
Proyek blokchain untuk melacak peredaran obat palsu di Afghanistan menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi selama ini. Fantom mengatakan, penegak hukum setempat pernah menemukan 100 ton obat palsu, kadaluarsa dan dibawah standar pada 2017.
Dengan melacak hilir produk obat, Fantom akan menciptakan jejak audit yang immutable atau tidak dapat diubah, serta memastikan produk tidak dirusak selama berada di jalur rantai pasokan.
Segala produk yang telah terlacak memiliki label pengiriman yang akan dipindai setiap berganti status tahap proses distribusi. Setiap saat label terpindai, hash atas nama produk, nomor produksi, tanggal kadaluarsa hingga informasi lainnya akan tercatat dalam jaringan blockchain.
DuniaFintech/Fauzan