27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Peran Media Sosial Berantas Terorisme

duniafintech.com – Beberapa hari ini, Indonesia kembali dihebohkan dengan peristiwa terorisme. Kekejian yang dilakukan oleh para napi teroris di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat menewaskan 5 anggota kepolisian.

Aksi kejam ini tak ayal mengundang perhatian tak hanya masyarakat Indonesia, tapi juga dunia. Ungkapan duka pun datang dari Presiden Joko Widodo dan pesohor dunia. Pemberitaan media massa internasional pun tak luput dari peristiwa ini.

Melalui akun Instagramnya, Brigjen Krishna Murti membagikan foto yang menjadi petunjuk aksi kejam para teroris tersebut terhadap anggota Polri. Foto itu menunjukkan betapa para penjahat itu memang tak mengenal ampun. Foto itu jelas mengundang kemarahaman seluruh rakyat Indonesia dan sekali lagi memberi pukulan telak betapa terorisme adalah sesuatu yang nyata.

Baca juga: PERUSAHAAN BLOCKCHAIN EROPA MEMONETISASI ASET DIGITAL

Terorisme dan Media Sosial

Anda pasti masih ingat saat beberapa waktu lalu, aplikasi chatting Telegram sempat dibanned di Indonesia karena digunakan untuk komunikasi dalam kegiatan terorisme. Tak hanya itu, bahkan Facebook pun yang sudah cukup besar, masih menjadi tempat empuk bagi para teroris merekrut anggota baru. Singkatnya, perkembangan media sosial ternyata tak selamanya membawa manfaat yang positif.

Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Mengingat tujuan media sosial awalnya adalah untuk menjadi penghubung bagi kita di dunia maya. Yang menjadi PR besar perusahaan sosial media raksasa dunia sekarang adalah membalikkan keadaan: bagaimana menjadikan media sosial sebagai sarana untuk membasmi kegiatan terorisme. Dan beberapa langkah nyata sudah mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Baca juga: SEMUA TENTANG BITCOIN TERBARU DI SINI

Langkah Perusahaan Media Sosial Raksasa Dunia Atasi Terorisme

Media sosial adalah alat yang kuat untuk kelompok yang terlibat dalam kegiatan teroris. Konten ekstremis yang mereka posting telah memicu perubahan luas di jejaring sosial. Tapi, apakah perubahan itu cukup? Itulah pertanyaan yang diajukan perwakilan dari Facebook, Twitter, dan YouTube Januari lalu di hadapan Komite Senat AS tentang Perdagangan, Sains, dan Transportasi dalam sidang di Washington, D.C.

Sidang ini dirancang untuk melihat upaya jejaring sosial saat ini dalam mengekang konten ekstremis, membuka diskusi tentang peran perusahaan teknologi dalam meminimalisir penyebaran propaganda daring. Sementara perusahaan-perusahaan sebelumnya telah bersaksi tentang campur tangan Rusia dalam pemilihan AS, sidang ini adalah pertama kalinya perusahaan-perusahaan itu berbicara kepada komite perdagangan tentang konten ekstremis.

Facebook misalnya, sekarang sudah menghapus 99 persen konten yang berhubungan dengan ISIS dan Al Qaeda dengan menggunakan sebuah mesin bertenaga AI. Twitter sudah mematikan jutaan akun yang diduga terkait terorisme sejak tahun 2015. Sementara Youtube, menghapus lebih dari 70 persen konten yang dianggap ekstrim dan berbahaya. Ini merupakan langkah yang cukup bagus untuk menghentikan pergerakan dan perkembangan para ekstrimis dunia.

Sejak tahun lalu, pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya sudah menegaskan akan memaksimalkan penggunaan media sosial untuk membendung paham terorisme dan radikal. Kita sebagai masyarakat tinggal pintar-pintar memercayai konten agar tidak terpengaruh pada hal-hal negative dari media sosial.

Written by: Dita Safitri

1 KOMENTAR

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU