30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Segera Jadi BUMN, BSI Disarankan Tambah Modal

JAKARTA, duniafintech.com – Pada tahun 2022 ini, PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI akan segera menjadi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Target ini sejalan dengan adanya kesepakatan para pemilik saham dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Namun, upaya memperkuat BSI sendiri diharapkan memang tidak berhenti hanya di situ. Adapun bank syariah hasil merger Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah ini disarankan perlu menambah tebal permodalan. Hal itu dimaksudkan agar BSI bisa menjadi lokomotif ekonomi syariah yang dapat diandalkan.

Seperti diketahui, bank merupakan bisnis yang sarat permodalan. Terkait hal itu, kian tebal modal inti sebuah bank maka kredibilitasnya bakal naik di mata nasabah dan juga investor. Menurut Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Sulistyo, penambahan modal BSI merupakan kebutuhan mendasar sekarang ini untuk meningkatkan manfaat bank itu terhadap ekonomi syariah.

Pasalnya, kata dia, dengan menjadi bank BUMN papan atas, BSI bakal memperoleh mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menghimpun lebih banyak dana pihak ketiga (DPK).

“Preferensi masyarakat Indonesia itu, kalau menabung di bank BUMN, merasa lebih aman, apalagi kalau banknya besar,” ucapnya, dikutip dari Liputan6.com, Selasa (8/3/2022).

Diterangkannya, DPK bakal menyokong fungsi intermediasi bank. Dengan likuiditas yang mumpuni, bank bakal lebih leluasa untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor potensial di Indonesia.

Di sisi lain, berdasarkan kinerja satu tahun usai merger, BSI diketahui sudah menunjukan performa positif, baik dari sisi aset maupun kemampuan mencetak keuntungan. Hingga Desember 2021 lalu, laba bersih bank ini naik 38,42 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp3,03 triliun. Capaian itu sanggup bersanding dengan 10 besar bank di tanah air.

Adapun capaian laba ini juga tercermin dari rasio keuangan sepanjang tahun lalu. Tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) BSI meningkat dari 11,18 persen menjadi 13,71 persen. Lalu, return on Asset (ROA) pun mengalami perbaikan, yakni dari 1,38 persen menjadi 1,61 persen.

Tidak berhenti di situ, bank syariah terbesar di Indonesia ini pun berhasil meningkatkan efisiensinya. Diketahui, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BSI turun dari 84,61 persen menjadi 80,46 persen. Untuk periode yang sama, aset bank ini naik 10,73 persen yoy menjadi Rp265,29 triliun. Hal itu ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp171,29 triliun atau naik sekitar 9,32 persen yoy.

Jika dirinci, pembiayaan konsumen mencapai Rp82,33 triliun atau naik sekitar 19,99 persen yoy. Disusul pembiayaan gadai emas yang bertumbuh 12,92 persen yoy. Pada periode yang sama, pembiayaan mikro tumbuh 12,77 persen yoy dan pembiayaan komersial naik 6,86 persen yoy.

Ruang gerak BSI untuk menyalurkan pembiayaan pada tahun ini juga masih sangat lebar. Hal itu didukung dengan kualitas pembiayaan atau NPF net perseroan yang sangat baik atau senilai 0,87 persen. Di samping itu, rasio kewajiban penyediaan modal minimum (capital adequacy ratio/CAR) pun cukup tebal atau 22,09 persen. Pada saat yang sama, likuiditas bank terbilang longgar, yaitu dengan posisi financing to deposit ratio (FDR) 73,39 persen.

 

 

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU