JAKARTA, duniafintech.com – Jalan terjal harus dihadapi oleh sejumlah startup atau perusahaan rintisan besar. Di situ, ada yang beruntung sebab mampu eksis dan mengembangkan bisnis, tetapi sebagian startup lainnya malah harus menghentikan operasionalnya alias gulung tikar.
Hal itu terjadi disebabkan oleh faktor kehabisan dana atau modal. Sekalipun sebelumnya perusahaan rintisan tersebut sempat memperoleh pendanaan dalam jumlah cukup besar, tetapi hal itu nyatanya tidak membuat mereka mampu tetap berkibar di dunia bisnis.
Deretan Startup Besar yang Akhirnya Gulung Tikar
Berikut ini adalah daftar 6 startup besar yang akhirnya terpaksa gulung tikar, sebagaimana dikutip dari idxchannel.com, Rabu (8/6).
- Airy
Airy pada Mei tahun 2020 lalu secara resmi mengumumkan untuk memberhentikan layanannya secara permanen. Perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pelayanan perhotelan dan tiket pesawat terbang ini menyatakan bahwa alasan utama mereka memutuskan untuk tutup adalah karena perusahaan terkena imbas dari corona.
Ketika virus corona merebak, industri pariwisata melemah lantaran adanya pembatasan masyarakat untuk beraktivitas di luar. Hal itu menyebabkan Airy tidak dapat menanggung kerugian yang dialami selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Inilah Produk yang Dilayani Fintech
Pada akhirnya, Airy memutuskan untuk berhenti secara permanen. Perusahaan yang merupakan mitra bisnis startup pariwisata Traveloka tersebut telah berdiri sejak tahun 2015. Sepanjang beroperasi, Airy sudah mempunyai jaringan sebesar 2.000 dan total kapasitas kamar lebih dari 30.000 kamar.
- OneWeb
OneWeb, sebuah perusahaan rintisan asal Inggris, juga terkena imbas dari merebaknya virus corona. Oneweb adalah startup yang berkecimpung dalam layanan provider internet satelit. Pada Maret 2020 silam, perusahaan ini menyatakan bahwa alasannya untuk memutuskan berhenti beroperasi lantaran kesulitan untuk bertahan dalam kondisi di tengah corona.Â
Lantas, Oneweb terpaksa menutup peluangnya untuk mendapatkan investasi baru. Lantaran sulit bertahan saat pandemi, OneWeb juga sempat melakukan PHK terhadap sebagian besar karyawannya.
Startup ini sebelumnya sudah memperoleh mendapat kucuran dana sekitar Rp54 triliun dari berbagai investor besar, di antaranya SoftBank, Airbus SE, Qualcomm Inc. Akan tetapi, pada Desember 2020, OneWeb mampu bangkit setelah keluar dari status perlindungan kebangkrutan.
Bahkan, perusahaan ini kembali meluncurkan satelit internet ke luar angkasa. Setelah melakukan restrukturisasi, OneWeb dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari pemerintah Inggris dan Bharti Global yang menggelontorkan dana USD1 miliar.
- MPL
Fokus pada game mobile dan e-sport, Mobile Premier League (MPL), startup asal India ini kemudian mengumumkan penutupan kantornya di Indonesia per 30 Mei 2022. Sebelumnya, perusahaan asal India ini pun melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sebagian karyawannya.
Adapun penyebab MPL harus gulung tikar dari Indonesia adalah lantaran tingkat return di Indonesia yang lebih rendah ketimbang di India dan Amerika Serikat. MPL sendiri adalah startup yang sudah memiliki status unicorn, dengan nilai valuasi mencapai USD2,3 miliar.Â
Didirikan pada tahun 2018, pengguna aplikasi MPL di Android dan iOS sudah mencapai jumlah sekitar 90 juta pengguna. Di samping dari India, mayoritas penggunanya berasal dari Indonesia, Eropa, dan Amerika Serikat.
- NiceTuan
Startup yang merintis di bidang e-commerce ini terpaksa harus tutup meskipun mereka telah menerima suntikan biaya yang besar dari berbagai investor terkenal. Bahkan, Nice Tuan diketahui menerima dana sekitar USD1,2 miliar dari DST Global, Alibaba Group, dan GGV Capital.
Baca juga:Â Mengenal Jenis, Manfaat, dan Cara Klaim Asuransi Jiwa Berjangka
Lain dari dua perusahaan rintis sebelumnya, Nice Tuan bukan gulung tikar lantaran tercekik biaya saat pandemi corona berlangsung. Pasalnya, Nice Tuan mulai mengakhiri runway saat berkembang di kota-kota kecil di China.
Untuk menarik pelanggannya, Nice Tuan menjual barang dengan harga di bawah biaya. Hal itu mengakibatkan terjadinya kenaikan biaya kelola perusahaan secara tidak proporsional. Bahkan, untuk memenuhi target penjualan, pembeli palsu pun mulai bermunculan dan membuat regulator khawatir.
Bukan itu saja, Nice Tuan juga kian terpuruk lantaran didenda pada bulan Maret sebesar 1,5 juta yuan atau sekitar Rp3,2 miliar atas penipuan dan pembuangan. Dua bulan kemudian, yakni pada Mei, Nice Tuan akhirnya kembali didenda karena iklan yang menyesatkan.Â
- Jawbone
Perusahaan rintis perangkat keras ini sejatinya sudah mendapat suntikan dana sebesar USD929,9 juta dari investor seperti Khosla Ventures, Sequoia Capital, hingga Kleiner Perkins Caufield & Byers.
Akan tetapi, Jawbone tetap harus gulung tikar dan menjual asetnya pada tahun 2017. Alasan utama Jawbone tutup adalah lantaran kegagalan mempertahankan pangsa pasar yang signifikan untuk lini pasar headset, speaker nirkabel, dan pelacak kebugaran.
- KupiVIP
Ini adalah perusahaan rintis ritel online yang bergerak untuk produk busana dan beroperasi di Rusia. Kabarnya, KupiVIP terpaksa memberhentikan layanannya secara permanen lantaran tidak mampu bersaing dengan generasi baru ritel online raksasa di Rusia.
Di samping itu, perlu biaya yang besar untuk memasarkan KupiVIP, mengingat ukuran pasar Rusia yang luas. Lebih jauh lagi, tidak semua pemain lokal mampu atau mau berinvestasi di perusahaan yang membuat perusahaan jatuh bangkrut.Â
KupiVIP sendiri sebelumnya sudah menerima dana sebesar USD119,5 juta dari berbagai investor, di antaranya Accel, Intel Capital, MCI Capital, dan Balderton Capital. KupiVIP diketahui melakukan operasional bisnisnya via situs web, aplikasi seluler, dan toko ritel fisik.
Baca juga:Â Review Lengkap Asuransi Jiwa Tugu Mandiri Hanya di Sini
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada