34 C
Jakarta
Kamis, 2 Mei, 2024

Soal Impor Pakaian Bekas, Indonesia Harus Belajar dari Kenya dan Chile

JAKARTA, duniafintech.com – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menilai maraknya impor pakaian bekas akan membawa dampak negatif bagi Indonesia yaitu dapat mengurangi jumlah tenaga kerja pada industri tekstil. 

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkapkan kasus maraknya impor baju bekas pernah terjadi di negara Kenya dan Chile. Untuk negara Kenya, masuknya pakaian bekas impor ilegal secara drastis mengurangi jumlah tenaga kerja pada industri tekstil.

Baca juga: Pemerintah Bolehkan Barang Bekas Ini untuk Impor

Menurutnya pada masa jayanya, sekitar 30 persen dari jumlah pekerja formal dapat terserap untuk di industri tekstil. Namun, industri tekstil yang pernah mempekerjakan lebih dari 200.000 pekerja kini hanya dapat menyerap kurang lebih 20.000 pekerja karena tingginya jumlah impor baju bekas. 

Sedangkan di Chile, Arsjad mengungkapkan sebanyak 50.000 ton sampah tekstil didatangkan dari berbagai penjuru dunia, sampah-sampah tersebut kemudian menggunung karena mayoritas tidak dapat terserap pasar. Sedangkan di Indonesia, jika mengacu terhadap data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan nilai impor baju bekas meroket sebesar 607,6 persen pada bulan Januari sampai September 2022. 

Dia menilai tren kenaikan impor tersebut sangat perlu diwaspadai pemerintah dan pelaku industri pakaian dalam negeri untuk menghindari dampak negatif dari impor pakaian bekas. 

Baca juga: Kementerian Perdagangan Musnahkan Impor Pakaian Bekas Senilai Rp10 Miliar

“Dalam konteks ini, menjadi jelas bahwa thrifting pakaian bekas impor adalah bentuk ekonomi sirkular yang tidak tepat dan merugikan bagi negara, termasuk Indonesia. Indonesia harus melindungi produsen dan brand industri pakaian dalam negeri apabila kita ingin melihat industri pakaian dalam negeri kita maju dan bersaing di pasar global,” ujar Arsjad.

Menurut Arsjad, saat ini Indonesia memiliki banyak brand pakaian lokal yang memiliki kualitas mumpuni dan bahkan sudah merambah pasar global. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan di Indonesia perlu fokus pada upaya dan kampanye bangga belanja dan mengenakan produk buatan Indonesia, bersama-sama mempromosikan produk terbaik UMKM tanah air.

“Mari bersama-sama mempromosikan produk-produk lokal yang berkualitas dan mendukung perekonomian kita. Dengan cara ini, kita dapat membangun industri pakaian Indonesia yang kuat dan berkelanjutan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Arsjad.

Baca juga: Dirjen Bea Cukai: Jalur Tikus Datangkan 26,22 Ton Pakaian Impor Bekas

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE