TaniHub Group, perusahaan di sektor agrikultur meluncurkan TaniFund, sebuah perusahaan fintech untuk pendanaan petani.
Apa itu TaniFund? TaniFund adalah platform teknologi finansial (tekfin) atau fintech peer to peer (p2p) lending pertama. Aplikasi ini memberikan akses pembiayaan ke sektor pertanian. Melalui TaniFund, TaniHub Group berharap dapat menjadi solusi permodalan produktif kepada para petani.
Selain memberikan akses ke fasilitas permodalan, TaniFund juga kerap memberikan edukasi dan pembinaan kepada para mitranya. Di antaranya adalah para petani, peternak, dan pengusaha lokal. Hal ini agar usaha yang dibangun oleh mitranya selaku borrower atau peminjam modal dapat berjalan sebagaimana diharapkan.
Baca Juga : Aplikasi BPJSTKU, Cek saldo dan Klaim Asuransi Jaminan Hari Tua
Baca Juga : Tips Menabung untuk Orang Boros
Natalia Rialucky Marsudi selaku Chief Strategy Officer TaniHub Group menyebut bahwa TaniFund ingin mensejahterakan petani dan pelaku UKM lokal. Mereka menawarkan akses inklusi keuangan serta permodalan. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini ulasan soal TaniFund.
Sekilas Tentang TaniFund Fintech
TaniFund, perusahaan fintech yang berdiri sejak 2017 ini menyediakan solusi pembiayaan untuk petani dan UKM lokal. TaniFund berdiri dengan tujuan menyediakan fasilitas atau menjadi wadah kepada pemberi pinjaman atau investor (lender) dan peminjam (borrower). Ini agar inklusi keuangan dapat tercapai.
Terkait dengan izin usaha, TaniFund telah memiliki izin resmi beroperasi yang terbit pada 2 Agustus 2021 ini dari Otoritas Jasa Keuangan yang tertuang dalam Surat Tanda Berizin Kep-64/D.05/2021. Artinya, segala jenis kegiatan yang dijalankan di TaniFund adalah legal dan telah diawasi OJK.
Sejak TaniFund berdiri sampai kini, perusahaan fintech ini telah menyalurkan permodalan yang diberikan masyarakat kepada peminjam yang mayoritas petani dan pelaku UKM sebesar Rp 300 miliar. Hingga kini, total lender (investor) lebih dari 10 ribu yang terdiri dari investor perseorangan dan institusi.. Pinjaman modal tersebut telah disalurkan kepada 4 ribu lebih peminjam.
Natalia juga menyebut bahwa TaniFund mempunyai target terdepan yaitu mencapai 1 juta borrower yang merupakan petani dan UKM. Dengan lisensi yang telah diberikan oleh OJK, Natalia berharap TaniFund dapat menyalurkan pendanaan hingga Rp 700 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Legalitas yang telah berhasil didapatkan TaniFund ini juga menjadi salah satu hal yang membuat para petani dan pelaku UKM lokal menaruh kepercayaannya. Di samping itu, para investor atau lender juga dapat diyakinkan untuk menaruh dananya ke platform pembiayaan TaniFund.
Layanan yang Dimiliki TaniFund Fintech
Selain memfasilitasi borrower dan lender dalam menyalurkan permodalan usaha, TaniFund juga punya layanan marketplace yang bernama TaniHub. Marketplace TaniHub ini dapat digunakan pelaku UKM dan petani memasarkan produk-produknya. Produk-produk pertanian dan usaha UKM di marketplace TaniHub akan dipasarkan dengan konsep yang menarik. Sebagai contoh, produk buah-buahan SommerVille, produk ikan Vis, produk ayam telur dan bebek Fowler, dan produk sayur-mayur Goldfarm.
Salah satu manfaat dari marketplace ini tentu saja dapat memotong biaya pengeluaran para petani dan pelaku UKM. Tidak seperti biasanya, di mana para pelaku usaha harus menjual produk yang dihasilkannya kepada tengkulak yang memberikan harga yang cukup murah.
Strategi TaniFund dalam Mengembangkan Sistem
Ada beberapa strategi yang dilakukan oleh TaniFund untuk mengembangkan dan memajukan sistemnya, yang pertama, TaniFund akan terus mengembangkan teknologi digitalnya agar dapat menjangkau mitra petani dan pelaku UKM lebih besar melalui medium online.
Strategi ini tentu saja bersifat interaktif antara pemilik sistem dengan para petani dan pelaku UKM. Pada tahap ini, TaniFund akan memberikan edukasi terkait teknologi digital kepada para petani dan pelaku UKM, sebab saat ini masih cukup banyak petani yang belum memahami betul bagaimana kerja suatu produk digital.
Kemudian, TaniFund juga akan menjalin banyak kolaborasi dengan lembaga keuangan, lembaga fintech, dan lembaga yang masih berkaitan dengan sektor pertanian atau agrikultur secara garis besarnya, seperti BUMN dan BUMD.
Melalui kolaborasi kolaborasi tersebut, maka TaniFund dapat menjangkau lebih banyak petani yang membutuhkan fasilitas modal usaha secara instan dan tidak begitu membebankan. Selain itu, kolaborasi tersebut juga bertujuan untuk mendukung platform dalam hal pembiayaan. Pasalnya belum banyak masyarakat yang benar-benar tertarik dengan sektor ini.
Strategi ketiga, TaniFund akan memperluas ekspansinya lagi. Jika saat ini fokus atau prioritas perusahaan fintech ini masih tertuju pada pulau Jawa dan Bali, maka ke depan TaniFund akan melebarkan sayapnya hingga ke Indonesia bagian barat dan timur agar seluruh petani yang sulit mendapatkan akses pembiayaan bisa terbantu.
Penulis : Kontributor
Editor : Gemal A.N. Panggabean