JAKARTA, duniafintech.com – Performa industri Security Crowdfunding menjanjikan pada triwulan II (kedua) pada tahun 2022 ini, seperti terungkap pada pertemuan yang digelar oleh Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI).
Tujuan dari kegiatan yang diadakan bersama para anggota dan rekan media itu adalah dalam rangka menyampaikan laporan triwulan kedua 2022 mengenai pertumbuhan industri Securities Crowdfunding (SCF).
Baca juga: Mengenal ALUDI, Asosiasi Resmi Layanan Urun Dana di Indonesia
Securities crowdfunding sendiri merupakan skema pendanaan dengan sistem penggalangan dana (raising fund)—biasa diistilahkan sebagai patungan—melalui pasar modal.
“Securities crowdfunding lahir di tengah-tengah krisis pada tahun 2020 yang menimpa semua aspek di bumi pertiwi, yakni pandemi Covid-19. Awal tahun setelah pandemi berakhir, badai krisis masih dalam pemulihan, namun insya Allah tidak berdampak pada industri kecil,” kata Ketua Umum ALUDI, Reza Avesena, melalui keterangan pers, pada Kamis (7/7).
Seluruh instrumen investasi saat ini tengah cenderung turun. Akan tetapi, menariknya, mengacu pada laporan ALUDI, industri SCF justru meningkat.
Adapun total kumulatif investasi yang ditawarkan SCF tumbuh mencapai 45,01%, dengan total Rp609.302.057.246. Sementera itu, total kumulatif yang dihimpun SCF naik hingga 32,71%, dengan total Rp548.35 miliar.
Dengan demikian, industri SCF per akhir tahun 2022 mendatang diperkirakan akan tumbuh hingga Rp750 miliar untuk capital market. Pertumbuhan industri SCF tentunya beriringan dengan peningkatan investornya. Menurut laporan ALUDI, tercatat bahwa jumlah investor pada industri ini meningkat hingga 25,39%,, di mana pada tahun 2021 lalu hanya 93.777, sedangkan tahun ini melonjak menjadi 117.585 investor.
Di samping itu, saham yang berhasil ditransaksikan (lembar) sebanyak 20.557.672, dengan total nilai transaksi sebesar Rp3.564.731.896.
Baca juga: OJK Resmi Menunjuk ALUDI Sebagai Asosiasi Layanan Urun Dana Digital di Indonesia
“Kenaikan industri SCF ini tampak menggiurkan bagi masyarakat, terutama pengelola bisnis UMKM,” paparnya.
“Pertumbuhan anggota UMKM pada industri SCF tahun 2022 meningkat hingga 34,36% dibanding tahun 2018—2021. Rincinya, terdapat 23 jenis UMKM yang tersebar di 24 provinsi Indonesia,” jelas Reza.
Diketahui, masyarakat umum pun turut serta merasakan dampak positif dari industri ini. Tersedianya usaha sudah membuka sebanyak 786 lapangan pekerjaan dan bisa membantu mengurangi jumlah pengangguran. Sisi positif dari hal itu adalah meningkatkan pendapatan per kapita.
Adapun laporan yang disampaikan ALUDI berdasarkan akumulasi data yang diperoleh dari seluruh anggotanya, yang terdiri atas community partner, penerbit, investor ECF/SCF, OJK, pihak ketiga, dan 41 platform SCF lainnya.
Hal itu pun menjadi salah satu alasan ALUDI dipercaya sebagai komunitas yang memahami betul industri SCF. Fokus utama ALUDI diketahui terletak pada ekosistem, yang terwujud dari kerja samanya dengan sejumlah universitas, komunitas lainnya, dan pemerintah.
Baca juga: Equity Crowdfunding: Definisi hingga Keuntungannya
Lebih jauh, sosialisasi pun gencar dilakukan komunitas ini dengan menyebarkan buku-buku panduan industri SCF serta melakukan webinar dan workshop. ALUDI juga berencana untuk menyosialisasikan kembali industri SCF pada workshop legal dan valuasi SCF pada Juli ini. Kedua kegiatan itu menjadi bentuk kepedulian ALUDI terhadap literasi masyarakat akan industri baru ini.
Baca terus berita fintech Indonesia dan berita kripto terkini hanya di duniafintech.com.