duniafintech.com – Anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas. Selain itu, keberadaan mereka tidak jarang menjadi ‘masalah’ bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, anak jalanan juga memerlukan perhatian dari berbagai pihak untuk menelurkan kebijakan atau tindakan solutif.
Jumlah anak jalanan pada tahun ini mengalami penurunan dibandingkan dengan data tahun lalu. Penurunan terutama terjadi di 21 provinsi. Berdasarkan data dari Pusat data dan Informasi Kesejahteraan Kementerian Sosial, jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia pada 2006 sekitar 232.894 anak dan sampai Agustus 2017 populasi menjadi 16.290 orang.
Untuk memperkuat perlindungan anak, Kementerian Sosial pun menyerukan Gerakan Sosial untuk menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan (MIBAJ) yang baru saja diluncurkan. Peluncuran ini bertepatan dengan perayaan Hari Anak Universal yang jatuh tepat pada 20 November 2017. Gerakan ini juga menjadi salah satu upaya implikasi PP Nomor 44/2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak untuk Memperkuat Kesejehteraan dan Perlindungan Anak yang sepekan lalu baru diterbitkan.
Selain itu, kontribusi dari berbagai elemen masyarakat lainnya juga diperlukan untuk membantu masalah anak jalanan. Inilah yang coba dilakukan oleh Rumah Mimpi. Rumah Mimpi adalah organisasi sosial (nirlaba) yang bergerak di bidang pendidikan. Rumah Mimpi dibentuk pada tanggal 10 Mei 2011 oleh sekelompok anak muda di kota Bandung yang yang ingin berbuat sesuatu atas rasa prihatin terhadap anak-anak jalanan yang tidak bisa mendapatkan pendidikan dan keterampilan.
Bekerja sama dengan Seniman Bangun Pagi, awal berdirinya Rumah Mimpi bertempat di Monumen Perjuangan pada bulan Mei 2011. Anak-anak yang pertama kali belajar di Rumah Mimpi adalah anak-anak jalanan dari Leuwi Panjang yang tengah belajar musik pada Seniman Bangun Pagi.
Rumah Mimpi berfokus pada memberikan pendampingan serta pendidikan berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak jalanan khususnya. Pendampingan bimbingan kepada anak-anak ditujukan agar di masa depan anak jalanan mempunyai kesempatan untuk gidup lebih baik. Rumah Mimpi mengajak masyarakat dari berbagai macam lapisan, latar belakang pekerjaan dan disiplin ilmu, baik personal ataupun komunitas untuk turut serta membangun anak-anak Indonesia menjadi lebih baik.
Setidaknya, ada empat bentuk partisipasi masyarakat dalam program-program Rumah Mimpi. Partisipasi pertama adalah menjadi pengajar. Rumah Mimpi mengajak masyarakat meluangkan waktu untuk berbagi ilmu, keterampilan, dan inspirasi kepada adik- adik Rumah Mimpi. Rumah Mimpi terbuka untuk menerima pengajar dari berbagai macam latar belakang. Minimal, pengajar tersebut bisa meluangkan waktu satu jam dalam seminggu untuk berbagi inspirasi, memberikan ilmu pengetahuan, dan keterampilan.
Cara kedua adalah kerjasama komunitas. Rumah Mimpi mengajak komunitas yang memiliki tujuan sama untuk memberikan manfaat lebih terhadap sekitar. Rumah Mimpi telah beberapa kali melakukan kerjasama dengan komunitas lain dalam membantu mendidik adik-adik dan memberikan pendidikan bagi mereka. Kerjasama ini dapat berupa membuat suatu program bersama.
Bentuk partisipasi masyarakat berikutnya adalah donasi alat tulis. Rumah Mimpi menerima donasi berupa buku, alat tulis dan lain-lain. Di samping donasi alat tulis, masyarakat juga bisa memberikan donasi dalam bentuk uang. Selama ini, Rumah mimpi bekerja dengan bantuan para donatur untuk membantu keberlangsungan kegiatan belajar, berbagi, dan berkarya.
Selain kegiatan rutin, Rumah Mimpi juga beberapa kali menggelar kegiatan lainnya, seperti mengunjungi Museum KAA (Konferensi Asia Afrika), belajar di Cibeunying Park dan sebagainya.Apa yang dilakukan oleh Rumah Mimpi bisa berarti besar bagi anak jalanan. Siapapun berhak untuk belajar, baik formal dan nonformal, karena pendidikan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia. Namun mendapatkan pendidikan yang layak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan layak karena kesulitan membeli buku atau karena biaya pendidikan yang mahal, khususnya bagi anak-anak kurang mampu, seperti anak-anak jalanan.
Baca juga:Â duniafintech.com/bank-sentral-dunia-akan-melirik-mata-uang-digital-tahun-depan
Source: rumahmimpi.org
Written by: Sebastian Atmodjo