JAKARTA, duniafintech.com – Perusahaan pengelola dana (hedge fund) kripto terkemuka yakni Three Arrows Capital resmi dinyatakan gagal bayar pinjaman atau utang senilai lebih dari US$ 670 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun (asumsi kurs Rp 14.825/US$) oleh broker aset digital Voyager Digital pada Senin pagi waktu setempat.
Voyager menyatakan bahwa Three Arrows Capital atau 3AC gagal membayar kembali pinjaman atau utang kripto sebesar US$ 350 juta (Rp 5,19 triliun) dalam stablecoin USD Coin (USDC) dan sebanyak 15.250 Bitcoin yang dipatok dolar AS dengan nilainya sekitar US$ 323 juta (Rp 4,79 triliun), berdasarkan harga hari ini.
Melansir CNBC Indonesia, krisis solvabilitas 3AC terjadi setelah berminggu-minggu gejolak di pasar kripto, yang menyebabkan nilai kripto tergerus hingga miliar dolar AS. Sehigga timbul utang kripto tersebut.
Bitcoin dan Ethereum, keduanya diperdagangkan sedikit lebih rendah dalam 24 jam terakhir dan masih jauh dari harga tertinggi sepanjang masanya.Â
Kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan kini mencapai US$ 950 miliar, turun dari sekitar US$ 3 triliun pada puncaknya di November 2021.
Voyager mengatakan akan mengejar pemulihan dari 3AC. Untuk sementara, Voyager menekankan bahwa platform akan terus beroperasi dan memenuhi pesanan serta penarikan pelanggan.
Baca juga:Â Segera Siapkan Regulasi Investasi Kripto, Zulkifli Hasan Bilang Biar Lebih Aman
Jaminan itu kemungkinan merupakan upaya untuk menahan ketakutan akan penularan melalui ekosistem kripto yang lebih luas.
“Kami bekerja dengan rajin dan cepat untuk memperkuat neraca kami dan mengejar opsi sehingga kami dapat terus memenuhi permintaan likuiditas pelanggan,” kata CEO Voyager, Stephen Ehrlich, dikutip dari CNBC International.
Pada Jumat pekan lalu, Voyager mengatakan memiliki sekitar US$ 137 juta dolar AS dan memiliki aset kripto. Voyager juga mencatat bahwa mereka memiliki akses ke uang tunai sebesar US$ 200 juta dan mendapatkan revolver USDC, serta mendapatkan revolver 15.000 bitcoin (US$ 318 juta) dari Alameda Ventures.
Pekan lalu, Alameda (perusahaan perdagangan kuantitatif pendiri FTX, Sam Bankman-Fried) berkomitmen memberikan bantuan dana sebesar US$ 500 juta kepada Voyager Digital. Voyager telah menarik setidaknya sekitar US$ 75 juta dari kredit itu.
“Default 3AC tidak menyebabkan kerjasama antara Alameda dengan Voyager memudar,” kata pernyataan itu.
Namun setelah berita ini terpublikasi, pihak dari 3AC tidak mengonfirmasi permintaan CNBC International.
Bagaimana Three Arrows Capital bisa default?
Three Arrows Capital didirikan pada tahun 2012 oleh Zhu Su dan Kyle Davies. Zhu dikenal karena pandangannya yang sangat bullish tentang Bitcoin.
Dia mengatakan pada tahun lalu bahwa cryptocurrency terbesar di dunia tersebut bisa bernilai US$ 2,5 juta per koin. Tetapi pada Mei lalu, ketika pasar kripto mulai runtuh, Zhu mengatakan di Twitter bahwa “tesis harga supercycle-nya salah”.
Permulaan dari apa yang disebut ‘crypto winter’ telah merugikan proyek dan perusahaan mata uang digital secara keseluruhan.
Masalah Three Arrow Capital tampaknya dimulai pada awal bulan ini, setelah Zhu men-tweet pesan yang agak samar bahwa perusahaan sedang “dalam proses berkomunikasi dengan pihak terkait” dan “berkomitmen penuh untuk menyelesaikan masalah ini”.
Namun hingga kini, tidak ada tindak lanjut tentang apa masalah spesifiknya. Tetapi, Financial Times melaporkan setelah tweet Zhu bahwa perusahaan pemberi pinjaman kripto yang berbasis di AS yakni BlockFi dan Genesis juga telah melikuidasi beberapa posisinya di 3AC. 3AC telah meminjam dari BlockFi tetapi tidak dapat memenuhi margin call.
Margin call adalah suatu istiliah yang terjadi saat broker akan memberitahukan pemegang posisi untuk melakukan penambahan modal atas dasar transaksi margin.
Hal yang mengerikan akan terjadi apabila sang pemegang posisi tidak mampu membayar margin call tersebut. Apabila tidak mampu menyetorkan dana dalam kurun waktu tertentu, sang broker akan melakukan penutupan terhadap seluruh posisi yang dimiliki oleh perseroan baik melakukan penjualan pada posisi long (forced sell) ataupun pembelian pada posisi short.
Banyak rumor yang mengatakan bahwa krisis solvabilitas yang terjadi di 3AC tak hanya karena hedge fund tersebut gagal memenuhi margin call-nya, tetapi 3AC juga sempat memiliki eksposur ke koin digital buatan Terra Lab Forms, yakni Terra Luna (LUNA).
Setelah harga LUNA terjatuh, maka 3AC mulai goyah dan juga mulai bermasalah dalam memenuhi kewajibannya kepada broker-broker yang juga menjadi krediturnya.
“Situasi Terra-Luna membuat kami sangat lengah,” kata salah satu pendiri 3AC, Davies kepada Wall Street Journal dalam sebuah wawancara pada awal bulan ini.
Krisis Three Arrows Capital Bakal Meluas?
Three Arrows Capital masih menghadapi krisis kredit yang diperburuk oleh berlanjutnya tekanan pada harga mata uang kripto.
Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam upaya untuk mengendalikan inflasi yang merajalela, yang telah menghilangkan tren bullish di aset berisiko pada tahun ini.
3AC, salah satu perusahaan hedge fund kripto terbesar telah meminjam sejumlah besar uang dari berbagai perusahaan dan berinvestasi di sejumlah proyek aset digital yang berbeda. Hal ini telah memicu kekhawatiran bahwa risiko yang dialami oleh 3AC dapat menular ke seluruh industri di kripto.
“Masalahnya adalah nilai aset [3AC] mereka juga telah menurun secara besar-besaran, jadi secara keseluruhan, bukan pertanda baik,” kata Vijay Ayyar, vice president pengembangan perusahaan dan internasional di perusahaan pertukaran kripto Luno, dilansir dari CNBC International.
“Yang harus dilihat adalah apakah ada pemain besar yang tersisa juga terpapar, yang dapat menyebabkan penularan lebih lanjut,” tambah Ayyar.
Risiko penularan memang sudah ada tanda-tandanya, di mana beberapa perusahaan terkait kripto menghadapi krisis likuiditas karena kemerosotan pasar.
Pada awal bulan ini, perusahaan pemberi pinjaman kripto yakni Celsius Network, yang menjanjikan imbal hasil (yield) dan return yang tinggi kepada penggunanya, terpaksa menghentikan penarikan untuk pelanggan, dengan alasan “kondisi pasar yang ekstrem.”
Sementara perusahaan pemberi utang kripto lainnya yakni Babel Finance, mengatakan pada bulan ini bahwa mereka “menghadapi tekanan likuiditas yang tidak biasa” dan juga menghentikan penarikan dana oleh pelanggannya.
Baca juga:Â Bahaya! Penambang Kripto Dibidik Para Hacker, Kenali 3 Modus Serangan Ini
Baca juga:Â BPJS Jadi Syarat Jual Beli Tanah, ATR/BPN: Tak Pengaruhi Skema Perdagangan