26.1 C
Jakarta
Minggu, 19 Mei, 2024

Berita Ekonomi Hari Ini: Kadin Dukung BI Tahan Suku Bunga, Ini Sektor yang Sangat Terbantu

JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini mengulas terkait keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen.

Hal itu pun mendapat dukungan dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Menurut Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid, inflasi yang rendah dengan suku bunga yang tetap akan bermanfaat mengurangi beban di dunia usaha. 

Berikut ini berita ekonomi hari ini selengkapnya, seperti dikutip dari Bisnis.com.

Baca juga: Tips Investasi Emas dan Daftar Platform yang Direkomendasikan

Berita Ekonomi Hari Ini: Dongkrak Konsumsi Masyarakat

Kondisi tersebut dinilai dapat mendongkrak konsumsi di masyarakat. Sektor usaha perumahan, industri kendaraan, hingga pariwisata akan sangat terbantu dengan ketetapan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen selama tujuh bulan berturut-turut. 

“Karena ada kepastian suku bunga tidak meningkat,” ujar Arsjad saat dihubungi, Selasa (25/7/2023). 

Selain memberikan kepastian suku bunga yang stagnan, pengusaha melihat kebijakan Perry Warjiyo dan jajarannya bakal berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah. 

Hal itu dianggap menguntungkan para industri yang membutuhkan bahan baku impor. 

“Kami semua tahu bahwa lebih dari 70 persen impor Indonesia berupa bahan baku industri,” tuturnya. 

Di sisi lain, Kadin berharap konsistensi BI untuk mempertahankan suku bunga acuan tersebut dapat memberikan dampak terhadap suku bunga kredit perbankan secepatnya. 

Para pengusaha menunggu-nunggu suku bunga kredit perbankan bisa turun. “Ini diperlukan untuk mengurangi beban bunga dunia usaha,” imbuhnya. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini membeberkan alasan mereka mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen selama tujuh bulan berturut-turut. 

Menurutnya, keputusan tersebut telah konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3 +/- 1 persen di tahun 2023 dan 2,5 +/- 1 persen pada 2024. 

Kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah, terutama untuk mengendalikan inflasi barang impor. 

Adapun insentif likuiditas makroprudensial diperkuat untuk mendorong kredit atau pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Selain itu, Perry menyebut upaya digitalisasi sistem pembayaran juga didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital. 

“Bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Perry. 

Berita Ekonomi Hari Ini: Kemendag Siapkan Strategi Ini Hadapi Hilirisasi Komoditas Unggulan

Sebelumnya, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Juni 2023 mengalami pelemahan 5,08 persen month to month (mtm), dan turun 21,18 persen secara year on year (yoy). 

Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, Kemendag, Marolop Nainggolan menuturkan bahwa strategi ekspor lebih diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan iklim usaha yang kondusif. Penetrasi pasar untuk produk hasil hilirisasi, kata dia lebih diutamakan ke negara-negara yang menjadi pasar ekspor nontradisional. 

Ia pun mengakui, bahwa pelemahan ekspor terbesar terjadi di negara-negara traditional market seperti Eropa Utara, Eropa Timur dan Karibia. Kendati demikian, sejumlah kawasan tujuan ekspor, justru mengalami pertumbuhan signifikan seperti ekspor ke Asia Tengah naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen dan Asia Barat naik 11,35 persen secara bulanan. 

Baca juga: Pinjol Cepat Cair yang Direkomendasikan saat Ini, Simak Daftarnya

Berita Ekonomi Hari Ini

Dikatakannya, lima mitra dagang Indonesia dengan sumbangsih pertumbuhan ekspor tertinggi selama paruh pertama 2023 yakni Kamboja, Meksiko, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Spanyol.  

“Ini menjadi bukti, pasar non tradisional merupakan pasar potensial bagi perluasan dan pengembangan ekspor nonmigas Indonesia di tengah perlambatan perekonomian global,” kata Marolop, dikutip pada Selasa (25/7/2023).

Lebih jauh, ia pun menyebut bahwa peningkatan akses pasar ekspor dilakukan melalui perjanjian perdagangan dan misi dagang. Seiring itu, peningkatan literasi digital UMKM menjadi fokus Kemendag untuk mendongkrak jumlah eksportir baru. 

Perlambatan Kinerja Ekspor dan Impor

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku cukup waswas terhadap perlambatan kinerja ekspor dan impor yang terjadi. Pasalnya, pelemahan ekspor dikhawatirkan akan berdampak pada realisasi dan target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. 

Sebagai gambaran, pada semester I/2023 pendapatan negara dari bea keluar mengalami kontraksi sebesar 77 persen (yoy) dibanding periode yang sama pada 2022 atau anjlok dari Rp23,1 triliun menjadi Rp5,3 triliun. 

Penurunan pendapatan dari bea keluar tersebut utamanya disebabkan oleh harga komoditas ekspor utama seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara lebih rendah di tahun ini. Di sisi lain, volume ekspor komoditas tambang seperti tembaga dan bauksit juga terjadi sebagai imbas dari hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang dicanangkan pemerintah.

Baca juga: Asuransi Mobil Online Terbaik: Keuntungan dan Rekomendasinya

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU