34.3 C
Jakarta
Jumat, 10 Mei, 2024

Berita Ekonomi Hari Ini: Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga 5,75%

JAKARTA, duniafintech.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Juni 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Perry mengungkapkan keputusan mempertahankan BI Rate merupakan konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023. Dia menjelaskan kebijakan tersebut diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar terus dilanjutkan untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dan tetap mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan,” kata Perry.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Bank Indonesia Catat Posisi Utang Luar Negeri Alami Penurunan

Sementara itu, Perry menyinggung terkait pertumbuhan ekonomi global. Menurutnya pertumbuhan ekonomi global diprakirakan sebesar 2,7% (yoy) dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang mereda.

“Sehingga mendorong kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke depan. Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, sedangkan di Jepang masih longgar,” kata Perry.

Terkait negara Tiongkok, Perry menilai pertumbuhan ekonomi juga tidak sekuat prakiraan di tengah inflasi yang rendah sehingga mendorong pelonggaran kebijakan moneter. Pemulihan ekonomi di negara berkembang lain, seperti India, tetap kuat didorong oleh permintaan domestik dan ekspor jasa.

Baca juga: Bank Indonesia Catat Penyaluran Kredit dalam Kondisi Lesu

Kondisi ekonomi di negara maju dan berkembang tersebut mendorong nilai tukar dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara maju, tetapi menguat terhadap mata uang negara berkembang.

“Perkembangan tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan terhadap ketahanan eksternal di negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Perry.

Perry juga menyinggung mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh permintaan domestik dan positifnya kinerja ekspor. Dia menilai kenaikan konsumsi rumah tangga berlanjut didorong oleh terus naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, dan terkendalinya inflasi.

“Investasi juga tetap kuat terutama investasi nonbangunan sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi. Kinerja pariwisata juga membaik sejalan dengan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara,” kata Perry.

Baca juga: Bank Indonesia Optimistis Angka Inflasi akan Terkendali hingga Akhir Tahun 2023

Hal itu dibuktikan berdasarkan hasil survei Bank Indonesia tentang keyakinan konsumen yang meningkat dan penjualan eceran yang tumbuh positif, serta indikator dini Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang masih berada di zona ekspansi. Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergitas stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan,” kata Perry.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU