32.1 C
Jakarta
Sabtu, 20 April, 2024

Berita Fintech Indonesia: IFSoc Tepis Isu Investasi pada Fintech di Indonesia Mulai Redup

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini mengulas tentang masih tingginya minat investasi di industri fintech Indonesia.

Menurut pandangan Indonesia Fintech Society (IFSoc), ada babak baru industri startup fintech pada tahun 2023 mendatang.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari medcom.id, Rabu (28/12/2022).

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Akulaku akan Dapat Suntikan Dana dari Investor Jepang

Berita Fintech Indonesia: Kritisi Isu Mulai Redupnya Fintech

Dalam hal ini, IFSoc mengkritisi isu mulai redupnya investasi di fintech di Indonesia. Adapun investasi atau ekonomi digital sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global maupun domestik.

Tahun 2022 memang dunia menghadapi ketidakpastian serta inflasi tinggi. Oleh sebab itu, wajar jika berpengaruh terhadap investasi.

“Maka wajar bila kemudian akan ada perlambatan di dalam investasi,” ucap Steering Committee IFSoc, Hendri Saparini, dalam Catatan Akhir Tahun Fintech dan Ekonomi Digital.

Namun, pendanaan fintech Indonesia di 2022 tercatat tetap tumbuh. Kendati ada situasi ekonomi yang kurang menguntungkan ketidakpastian, pendanaan fintech di Indonesia masih cukup bagus.

Adapun nilai pendanaan startup fintech Indonesia pada 2022 naik 8,4 persen (yoy) dengan nilai USD1,42 triliun, dengan jumlah deals yang menurun.

Rata-rata pendanaan tersebut naik dari USS22,9 juta per deal (2021) menjadi USD34,6 juta per deal (2022).

“Kekhawatiran akan ada peristiwa perlambatan investasi di sisi teknologi di Indonesia tidak terjadi,” jelasnya.

Untuk diketahui, ketidakpastian ekonomi dunia memang akan mendorong investor global lebih selektif dalam mendanai startup fintech dan juga akan lebih fokus pada profitabilitas dibandingkan pertumbuhan.

Oleh sebab itu, di satu sisi ini yang harus diterima karena memang itu terjadi di berbagai negara, tetapi di sisi lain, hal yang positif adalah akan mendorong perusahaan rintisan untuk melakukan penyesuaian, seperti downsizing, dan kemudian mengefisienkan pengeluaran, mempersiapkan kas untuk memperpanjang bisnis, dan akan lebih fokus pada lini bisnis dengan unit ekonomi yang lebih baik.

Perubahan ini menjadi titik balik agar iklim persaingan perusahaan rintisan dapat menjadi lebih sehat.

“Kami melihat apa yang terjadi saat ini justru bagus, karena secara domestik ini akan mendorong adanya perubahan arah dari investasi yang ada di startup Indonesia,” ulasnya.

Pada 2023 nanti, investasi di startup fintech akan masih cukup menarik meski ekonomi global melambat.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi global 2022 masih cukup baik maupun domestik. Bahkan, menurut IFSoc, pertumbuhan Indonesia sampai 5 persen itu masih bisa tercapai.

Adapun pasar untuk investasi di sektor fintech, berkaca pada sektor konsumsi masyarakat maupun perusahaan-perusahaan sudah menunjukkan pulih tumbuh menjadi 5,7 persen. 

Demikian halnya di sektor produksi, banyak industri yang ini sudah menggeliat dengan tren investasi yang cukup bagus.

“2023, investasi akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah konsumsi rumah tangga. Kami kami meyakini tahun depan investasi di startup fintech masih cukup baik. Yang dibutuhkan perusahaan adalah adanya penyesuaian terhadap model bisnis secara komersial berdasarkan lini bisnis dengan unit ekonomi yang lebih baik,” tutur Hendri.

berita fintech indonesia

Kemungkinan “Bakar Uang” Tetap Berlangsung 

Menurut Committee Chairman IFSoc, Rudiantara, dirinya melihat kemungkinan “bakar uang” untuk promosi akan tetap berlangsung dari perusahaan startup fintech.

Meski demikian, imbuhnya, jumlahnya sudah menurun jauh. Hal itu tampak dari promosi beberapa platform aplikasi yang sudah sangat berkurang, sejalan dengan kondisi dari investor secara global maupun dalam negeri.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kunci Utama Aktivitas Fintech Menurut OJK

Saat ini, investor fokus kepada investasi yang bukan lagi mengejar pertumbuhan, tapi juga keberlanjutan yang profitabilitasnya makin jelas.

Adapun orientasi investor sudah kepada cash flow, EBITDA positif, kalau bisa profit. Oleh sebab itu, terlihat pada 2022, meskipun jumlah dealsnya lebih sedikit daripada 2021, tetapi jumlah absolute dana yang diinvestasikan masih lebih besar di 2022 ini.

“Ini terjadi pada startup yang seri pendanaannya lebih tinggi karena keberlanjutannya sudah terlihat positif. Sehingga investor menyuntikkan lagi uangnya. Makin tinggi serinya, valuasi startup juga semakin besar,” ungkapnya.

Berita Fintech Indonesia: Peluang Perbankan Kolaborasi dengan Fintech

Di lain sisi, sepanjang tahun 2022, kolaborasi penyaluran dana perbankan melalui fintech lending terus meningkat dan mendominasi.

Hal itu terbukti dari proporsi outstanding pinjaman fintech lending kategori lender perbankan dalam negeri mencapai kontribusi tertinggi 46% pada bulan Oktober 2022.

Kontribusi tersebut naik dari bulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 44%. Menurut Steering Committee IFSOC Dyah N.K Makhijani, peningkatan penyaluran ini pun didorong melalui ketentuan PBI No. 23/2021 tentang Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), yang mewajibkan Bank untuk memenuhi RPIM paling sedikit sebesar 20% pada tahun 2022.

“Kolaborasi antara perbankan dan fintech telah berdampak baik dengan menghasilkan lending yang tinggi,” sebutnya.

Ia menerangkan, dalam upaya mendorong perkembangan sektor keuangan digital, selama 2022, sudah diterbitkan dua peraturan UU PPSK dan POJK 22/2022 yang diharapkan bisa mempermudah inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan kolaborasi dengan penyertaan modal Bank terhadap Fintech.

Berdasarkan Pasal 4 huruf (b) POJK 22/2022 itu disebutkan bahwa Bank Umum dapat melakukan penyertaan modal pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan seperti perusahaan yang memanfaatkan penggunaan teknologi informasi untuk menghasilkan produk keuangan sebagai bisnis utama.

Dalam hal ini, IFSOC mengapresiasi upaya pemerintah dan OJK terkait pembuatan peraturan yang memfasilitasi kemudahan sinergi antara bank dengan fintech yang diharapkan akan membuka peluang kolaborasi lebih luas.

“Upaya ini akan meningkatkan penetrasi layanan keuangan ke seluruh segmen masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan, kolaborasi antara perbankan dan fintech merupakan hal yang baik untuk kepentingan masyarakat di tanah air.

Sekian ulasan tentang berita fintech Indonesia yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Julo Resmi Diperkuat Mantan Eksekutif Grab dan Tokopedia

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE