JAKARTA, duniafintech.com – Estimasi biaya laparoskopi di rumah sakit memang terbilang cukup menguras kantong, bahkan bisa mencapai puluhan juta.
Laparoskopi sendiri adalah tindakan medis berupa pembedahan kecil yang bertujuan membantu dokter menentukan diagnosis penyakit atau mendukung proses penyembuhan.
Istilah ini memang cukup asing bagi masyarakat awam sehingga saat diberi tahu soal ini, biasanya yang terbayang adalah tindakan bedah skala besar dengan biaya laparoskopi yang besar pula.
Apa Itu Laparoskopi?
Laparoskopi adalah prosedur bedah kecil yang memungkinkan dokter bedah mengakses bagian dalam perut dan panggul pasien tanpa harus membuat sayatan besar. Laparoskopi juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau operasi invasif minimal.
Lewat prosedur ini, pasien tidak perlu menjalani operasi dengan sayatan besar yang biasanya dilakukan dalam bedah konvensional. Mengingat sayatannya cukup kecil, alat laparoskop yang dimasukkan dalam tubuh pasien juga berukuran kecil, mirip sebuah tabung kecil dengan cahaya dan kamera di ujungnya.
Kamera itu berfungsi merekam seluruh organ dalam perut atau panggul pasien yang sedang menjalani bedah laparoskopi. Dokter bedah juga dapat mengamati kondisi dalam tubuh pasien dengan lebih jelas tanpa harus melakukan operasi besar.
Laparoskopi pun dapat dilakukan untuk mengambil biopsi atau sampel jaringan organ tertentu di dalam perut. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk pemeriksaan organ hati, empedu, pankreas, perut, dan panggul.
Melalui cara ini, dokter dapat mendeteksi adanya tumor atau cairan pada rongga perut, penyakit hati, dan penyakit lain yang berkaitan dengan organ pada bagian tersebut. Laparoskopi juga menjadi opsi bagi pasien yang ingin menjalani pemulihan lebih cepat karena sayatannya terbilang kecil dan meminimalkan perdarahan pasca operasi.
Keuntungan dan Efek Samping Bedah Laparoskopi
Inilah beberapa manfaat dari tindakan bedah invasif minimal laparoskopi ini:
* Luka sayatan yang lebih kecil, yaitu sekitar 5—10 mm sebagai jalan masuk laparoskop.
* Pemulihan yang lebih cepat, perawatan di Rumah Sakit akan lebih singkat, sekitar 1—2 hari sehingga pasien dapat kembali beraktivitas dengan cepat.
*Â Rasa sakit lebih minimal.
*Â Mencegah timbulnya jaringan parut atau bekas luka pada kulit.
Seperti tindakan pembedahan pada umumnya, laparoskopi juga punya risiko efek samping. Adapun sekitar 1—2 persen pasien yang menjalani bedah laparoskopi mengalami komplikasi ringan, misalnya saja infeksi, mual, muntah, dan memar. Risiko efek samping lainnya, antara lain:
*Â Reaksi aleri pasien terhadap obat bius.
*Â Kerusakan pembuluh nadi besar.
*Â Penggumpalan di dalam pembuluh darah.
*Â Kerusakan pada organ, seperti usus atau kandung kemih.
*Â Masuknya karbondioksida ke dalam pembuluh darah sebagai efek samping dari penggunaan gas.
Nah, sebagai bagian dari layanan kepada pasien, dokter akan menjelaskan poin-poin penting terkait tindakan medis yang dijalani pasien. Namun, jangan ragu juga untuk berdiskusi dengan dokter sebelum mengambil keputusan untuk tindakan bedah apa pun.
Prosedur Bedah Laparoskopi
Sebagai upaya memasukkan tabung laparoskop, dokter harus membuat sayatan kecil sebesar 5—10 mm di dinding perut pasien dengan sebelumnya memberikan anestesi lokal pada area sayatan. Bisa saja dokter juga membuat sayatan lebih dari satu untuk memasukkan alat bantuan lainnya.
Tahapan ini dapat berlangsung selama 30 menit—1,5 jam, bergantung kondisi pasien. Setelah sayatan dibuat, selanjutnya dokter harus memompa gas ke dalam rongga perut pasien dengan alat medis yang menyerupai jarum yang bernama kanula.
Gas itu akan membuat rongga perut terisi udara sehingga dinding perut tidak menempel dengan organ-organ di dalamnya dan bisa dilihat dengan jelas oleh dokter. Kemudian, tabung laparoskop dimasukkan.
Dengan kamera yang terpasang pada ujung tabung laparoskop, dokter spesialis bisa memantau kondisi dalam tubuh pasien melalui layar. Tujuan dari proses ini adalah untuk melihat kondisi organ internal dan mengambil sampel jaringan yang akan dimanfaatkan untuk membantu diagnosis.
Di samping itu, dokter pun dapat memanfaatkannya untuk mengangkat tumor kista dan terkadang laser dipasangkan pada tabung laparoskop untuk mendukung proses operasi. Setelah proses operasi selesai, maka alat laparoskop akan ditarik keluar dan gas yang tadinya dipompa akan dikeluarkan. Sayatan kecil yang dibuat di awal juga akan ditutup kembali.
Karena prosedurnya tidak membuat luka yang besar pada pasien, maka pasien bisa pulang pada hari yang sama. Tentunya, dengan tetap melanjutkan pengobatan dan perawatan di rumah.
Persiapan Bedah Laparoskopi
Laparoskopi akan dilakukan oleh dokter spesialis bedah dan dokter spesialis anestesi. Tindakan pembedahan tersebut diutamakan ketika pemeriksaan secara non invasif tidak memberikan dampak yang signifikan dalam menemukan diagnosis yang akurat atau paling tidak, cukup meyakinkan. Pemeriksaan non invasif ini meliputi cek kondisi fisik, USG, CT Scan, dan MRI.
Adapun beberapa masalah kesehatan yang bisa dideteksi dengan laparoskopi, di antaranya infeksi bakteri pada saluran genital wanita bagian atas, kista ovarium, kehamilan ektopik, endometriosis, radang usus buntu, fibroid, hingga infertilitas pada wanita.
Nah, sebelum memulai bedah laparoskopi, pasien akan diminta untuk buang air kecil terlebih dulu dengan tujuan mengosongkan kandung kemih. Kemudian, pasien tetap diberikan asupan cairan dan obat penenang melalui infus. Dokter pun bakal mengambil sampel darah pasien.
Beberapa pemeriksaan pendukung juga akan dilakukan, seperti elektrokardiogram (EKG), foto rontgen, pemeriksaan fungsi paru-paru, dan lainnya. Jenis tes yang tambahan ini akan disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan pasien. Dokter spesialis anestesi kemudian akan membius pasien sampai tertidur.
Selanjutnya, langkah-langkah berikut ini akan dilakukan.
*Â Memangkas bulu kemaluan.
*Â Membersihkan bagian perut yang akan disayat dengan larutan antiseptik khusus.
*Â Memasang alat bantu pernapasan melalui tenggorokan.
*Â Kateter juga mungkin akan dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui saluran kencing (uretra).
*Â Pada pasien perempuan, dokter akan melakukan pemeriksaan panggul terlebih dulu sebelum memasukkan tabung tipis yang disebut kanula ke dalam rahim melalui vagina. Kanula tersebut digunakan untuk menggerakkan atau menggeser rahim dan kandung telur, agar tidak menghalangi pengamatan dokter ke rongga perut pada waktu pemeriksaan.
Yang Harus Dilakukan sebelum, saat, dan sesudah Bedah Laparoskopi
Adapun sebelum melakukan bedah laparoskopi, biasanya pasien diminta untuk berpuasa dalam kurun waktu tertentu. Dikutip dari situs Rumah Sakit Awal Bros, pasien diminta menjalani puasa minimal enam jam sebelum bedah laparoskopi dilakukan.
Nah, sebelum melakukan laparoskopi, ada baiknya pasien berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, termasuk mendiskusikan faktor-faktor risiko dan risiko komplikasi. Pastikan juga untuk mengabari dokter soal pengobatan yang sedang dijalani sehingga dokter bisa menyarankan jenis obat-obatan yang perlu dihentikan untuk sementara dan bisa dilanjutkan.
Pasien bisa juga diminta untuk melakukan cek darah, cek urine, cek rekam jantung (EKG), serta cek rontgen. Di beberapa kasus, dibutuhkan pemeriksaan USG, CT Scan, atau MRI terlebih dulu. Tentunya, kalau ada pemeriksaan tambahan seperti ini, akan dikenakan biaya tambahan termasuk untuk biaya EKG, biaya cek darah, biaya USG, dan sebagainya.
Setelah menjalani pembedahan, pasien harus menjalani masa pemulihan di ruang rawat selama beberapa jam atau lebih lama jika diperlukan. Di masa-masa pemulihan ini, dokter akan memeriksa tekanan darah, suhu tubuh, kadar oksigen, dan irama jantung pasien.
Kalau kondisi dinyatakan stabil maka pasien diizinkan untuk pulang dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, untuk mempercepat penyembuhan luka bedah, pasien diminta menghindari aktivitas berat selama sepekan ke depan.
Baca juga:
Apakah Bisa Hamil setelah Laparoskopi?
Keuntungan atau manfaat melakukan laparoskopi, salah satunya adalah untuk mengatasi infertilitas pada wanita. Bedah laparoskopi ini disebut dapat meningkatkan peluang untuk hamil dua kali lipat. Bagi kamu yang sedang dalam program hamil, laparoskopi membantu mengatasi masalah endometrium pada indung telur.
Pembedahan tersebut dilakukan dengan menghilangkan pertumbuhan endometrium yang mengganggu kualitas sel telur pada wanita. Dalam program kehamilan, bedah laparoskopi juga bisa membantu mengatasi beberapa masalah kesuburan, misalnya fibroid, penumpukan jaringan parut, saluran tuba yang tersumbat, dan juga kelainan lain pada sistem reproduksi.
Apabila kamu sedang menjalani program kehamilan maka sebaiknya kamu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menjalani pengobatan yang terbaik.
Baca juga:
Estimasi Biaya Laparoskopi di Rumah Sakit
Di bawah ini adalah rincian biaya bedah laparoskopi di beberapa rumah sakit dan dokter. Penting diingat, biaya bedah laparoskopi yang ditampilkan berikut ini dapat berubah sewaktu-waktu.
1. Rumah Sakit dan biayanya
*Â Mayapada Hospital Jakarta Selatan: Mulai dari Rp23.140.000
*Â Mayapada Hospital Tangerang: Mulai dari Rp22.011.000
*Â RS Stella Maris Makassar: Mulai dari Rp9.070.000
*Â RS Imelda Pekerja Indonesia Medan: Mulai dari Rp14.000.000
*Â RS Premier Bintaro Tangsel: Mulai dari Rp12.600.000.
2. Dokter dan biaya konsultasinya
*Â dr. Hanifah Erlin Dharmayanti, Sp.OG di RS Mitra Keluarga Waru Sidoarjo: Mulai dari Rp220.000
*Â dr. Felicia Sugiarto, Sp.OG di Mayapadai Hospital Jakarta Selatan: Mulai dari Rp300.000
*Â dr. M. Luky Satria Syahbana, Sp.OG-KFER di Mayapada Hospital Jaksel: Mulai dari Rp300.000
*Â dr. Noviyanto, Sp.OG: Mulai dari Rp250.000
*Â dr. Arie Sutanto, Sp.OG (K) di RS Telogorejo Semarang: Mulai dari Rp160.000
*Â dr. Hedy Tan, MARS, MOG, Sp.OG di RS Imelda Pekerja Indonesia Medan: Mulai dari Rp100.000
*Â dr. Henky Mohammad Masteryanto, Sp.OG di RS Manyar Medical Centre Surabaya: Mulai dari Rp200.000
*Â dr. Herry Wahyudi, Sp.OG di RS Bella Bekasi Timur: Mulai dari Rp175.000
*Â dr. Wenny Ningsih, Sp.OG di Mayapada Hospital Tangerang: Mulai dari Rp250.000.
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Laparoskopi?
BPJS Kesehatan apakah menanggung biaya laparoskopi? Jawabannya, bisa. Dalam prinsipnya, semua biaya operasi untuk tujuan pengobatan atau penanganan medis darurat bisa ditanggung BPJS Kesehatan.
Hal itu sebagaimana diatur dalam pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 28 Tahun 2014. Berikut ini biaya bedah atau operasi yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan:
1. Operasi Jantung
2. Operasi Caesar
3. Operasi Kista
4. Operasi Miom
5. Operasi Tumor
6. Operasi Odontektomi
7. Operasi Bedah Mulut
8. Operasi Usus Buntu
9. Operasi Batu Empedu
10. Operasi Mata
11. Operasi Bedah Vaskuler
12. Operasi Amandel
13. Operasi Katarak
14. Operasi Hernia atau turun berok
15. Operasi Kanker
16. Operasi Kelenjar Getah Bening
17. Operasi Pencabutan Pen
18. Operasi Penggantian Sendi Lutut
19. Operasi Timektomi
20. Operasi Urologi
Baca juga:Â Daftar Biaya Operasi Kista di Indonesia Terlengkap
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Editor: Rahmat Fitranto