27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Cara Terbaik Menata Perusahaan? Simak Tren yang Wajib Dipertimbangkan Berikut!

duniafintech.com – Untuk bersaing dan mencapai kesuksesan dalam dunia yang serba digital, perusahaan-perusahaan perlu menetapkan fokus baru untuk mengimbangi “nilai” yang selalu dikejar dalam persaingan dan pencapaian kesuksesan dengan “nilai-nilai” sesuai  harapan pelanggan dan karyawan mereka. Accenture Technology Vision pun telah memprediksi tren teknologi utama yang dapat Anda aplikasikan sebagai cara terbaik menata perusahaan.

Sebelum Memikirkan Cara Terbaik Menata Perusahaan, Pikirkan Terlebih Dahulu Hal Ini : Dapatkah perusahan Anda bertahan melewati bentrokan Teknologi (tech-clash)?

Tech-clash merupakan bentrokan antara model bisnis dan teknologi yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Namun demikian, tech-clash adalah tantangan yang bisa diatasi melalui lima tren utama yang harus dipertimbangkan sebagai cara terbaik menata perusahaan.

Sebagai cara terbaik menata perusahaan lima tren utama berikut ini harus dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan selama tiga tahun ke depan untuk meredakan bentrokan teknologi tersebut dan mewujudkan bentuk-bentuk nilai bisnis baru.

Baca juga :

Pentingnya Personalisasi Pengalaman.

Organisasi-organisasi perlu merancang personalisasi pengalaman yang memperkuat kegiatan dan pilihan seseorang. Hal ini dapat mengubah para pengguna yang pasif menjadi aktif dengan transformasi pengalaman-pengalaman satu arah, yang dapat membuat orang merasa tidak memiliki kendali atas pilihan yang ada dan tidak terlibat menjadi sebuah kolaborasi yang sebenarnya. Lima dari enam eksekutif bisnis dan TI yang disurvei (85%), di Indonesia (92%), percaya bahwa kesuksesan persaingan dalam dekade baru ini menuntut organisasi-organisasi untuk meningkatkan hubungannya dengan para pelanggan, menjadikan mereka sebagai mitra.

AI dan Saya.

Kecerdasan Buatan (AI) harus memberikan kontribusi pada cara manusia melakukan pekerjaan mereka, bukan hanya menjadi pendukung otomatisasi. Sejalan dengan tumbuhnya kemampuan AI, perusahaan-perusahaan harus memikirkan kembali pekerjaan yang mereka lakukan untuk menjadikan AI sebagai bagian generatif dari proses kerja tersebut, dengan kepercayaan dan transparansi sebagai intinya. Saat ini, hanya 37% organisasi, 47% di Indonesia, yang melaporkan penggunaan desain inklusif atau prinsip desain yang berpusat pada manusia untuk mendukung kolaborasi antara manusia dan mesin.

Dilema Kecerdasan.

Asumsi-asumsi tentang siapa yang merupakan pemilik dari suatu produk sedang ditantang di dunia yang memasuki situasi “stagnan dalam tahap beta.” Sewaktu perusahaan-perusahaan berusaha memperkenalkan generasi produk baru yang digerakkan oleh pengalaman digital, penanganan untuk hal baru ini menjadi sangat penting dalam mendukung kesuksesan. Hampir tiga perempat (74%) eksekutif, sedang di Indonesia 82%, melaporkan bahwa produk dan layanan yang terhubung dengan organisasi mereka akan memiliki pembaharuan dalam jumlah yang lebih banyak atau jauh lebih banyak selama tiga tahun ke depan.

Robot di Alam Terbuka.

Robotika tidak lagi terkurung di dalam gudang atau pabrik. Dengan 5G yang siap untuk secara signifikan mempercepat pertumbuhan tren, setiap perusahaan harus memikirkan kembali masa depannya melalui lensa robotika. Pandangan eksekutif tentang bagaimana karyawan mereka akan merangkul robotika terpecah: 45% mengatakan bahwa karyawan mereka akan merasa tertantang dalam mencari cara untuk bekerja sama dengan robot, sementara 55% meyakini bahwa karyawan mereka akan dengan mudah menemukan cara untuk bekerja sama dengan robot. Di Indonesia berbeda, karena (82%) yakin bahwa industri mereka membutuhkan robot di alam terbuka. 

DNA Inovasi.

Perusahaan-perusahaan memiliki akses ke sejumlah besar teknologi disruptif yang belum pernah ada sebelumnya, seperti buku besar terdistribusi (distributed ledger), AI, extended reality, dan komputasi kuantum. Untuk mengelola semuanya, organisasi-organisasi perlu membuat DNA inovasi unik mereka sendiri sambil berkembang dengan kecepatan yang dituntut oleh pasar saat ini. Tiga perempat (76%), di Indonesia 83%, eksekutif percaya bahwa kebutuhan untuk inovasi belum pernah setinggi ini. Oleh karena itu, untuk melakukannya dengan “benar”, dibutuhkan cara-cara baru untuk berinovasi dengan mitra ekosistem dan organisasi dari pihak ketiga.

Seperti itulah lima tren utama yang dikemukakan Accenture Technology Vision. Accenture sendiri merupakan perusahaan layanan profesional global terkemuka, yang menyediakan berbagai layanan dan solusi strategi, konsultasi, digital, teknologi dan operasi bisnis. Selama 20 tahun, Accenture telah melihat seluruh lanskap perusahaan secara sistematis untuk mengidentifikasi kemunculan tren-tren teknologi yang memiliki potensi terbesar untuk mengganggu bisnis dan industri.

(DuniaFintech/ Dinda Luvita)

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU