26.1 C
Jakarta
Sabtu, 14 Desember, 2024

Dampak Silicon Valley Bank Bangkrut bagi Indonesia tidak Signifikan, Ini Alasannya

JAKARTA, duniafintech.com – Dampak Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut dinilai akan berimbas terhadap pasar keuangan global, termasuk di Indonesia.

Adapun saat ini, sejumlah negara mulai mengkhawatirkan efek domino yang mungkin akan menyerang perekonomian bangsa.

Salah satu lembaga perbankan ternama di Amerika Serikat itu membuat klien usaha kecil dan perusahaan rintisan (startup) semakin waspada.

Sebagai informasi, nama Silicon Valley Bank tidak terlalu terkenal jika dibandingkan dengan bank-bank besar yang lebih lama berdiri.

Diketahui, SVB bertengger di posisi ke-16 bank terbesar di Amerika Serikat. Akan tetapi, bank yang merugi dan membutuhkan Rp 38 triliun saham untuk menopang neraca keuangan ini sudah beroperasi di 29 kantor dan tersebar di 10 negara.

Bukan hanya Pemutusan Hubungan Kerja/PHK yang bakal dialami staf internalnya, berikut ini adalah dampak berantai Silicon Valley Bank bangkrut, seperti dinukil dari Tempo.co.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Silicon Valley Bank Ambruk, Begini Tanggapan IFSoc Terkait Fintech

Dampak Silicon Valley Bank Bangkrut

Jurnalis Techcrunch, Mary Ann Azevedo dan Natasha Mascarenhas, menilai bahwa gejala ledakan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang menyerang Silicon Valley Bank telah diperkirakan.

Sayangnya, keputusan lembaga tersebut ditutup jauh lebih cepat, tidak diantisipasi oleh banyak orang. Imbas dari peristiwa itu akan sangat parah, menyebar, dan berpotensi menciptakan bencana lebih besar.

Menurut data yang dihimpun oleh Techcrunch dan Reuters, ada sejumlah efek yang terlihat saat ini usai pernyataan kolaps Silicon Valley Bank, yakni sebagai berikut:

  1. Seorang investor dari kalangan jasa keuangan berbasis teknologi (fintech) yang tidak diketahui namanya telah memindahkan lebih dari US$ 80 juta pada Kamis, 9 Maret 2023.
  2. Salah satu pendiri dan CEO Rippling Parker Conrad membuat cuitan di Twitter bahwa perusahaannya mempercepat peralihan pendanaan ke JPMorgan Chase pada Jumat, 10 Maret 2023.
  3. Berbeda dengan perusahaan lainnya, Ryan Falvey dari Restive Ventures meminta seluruh fintech untuk tetap tenang.
  4. Trace Finance memindahkan US$ 100 juta ke rekening giro baru termasuk Rocket.chat, Rentbrella, Mercado Bitcoin, Gringo, dan The Coffee pada Kamis, 9 Maret 2023.
  5. Bank-bank di Amerika Serikat kehilangan nilai pasar saham lebih dari US$ 100 miliar dan US$ bank di Eropa selama dua hari menjelang kebangkrutan Silicon Valley Bank.
  6. CEO Better.com Vishal Garg menyebutkan bahwa kemungkinan besar perusahaannya akan melawan ancaman lebih banyak PHK di masa depan. Tanpa pembiayaan ekuitas atau suntikan dana dan rendahnya kepercayaan dari pihak kreditur, maka semakin meningkatkan peluang untuk mempertimbangkan permohonan penutupan serupa dengan Silicon Valley Bank di akhir 2023 atau awal 2024.

Menurut Direktur Celios, Bhima Yudhistira, Silicon Valley Bank cukup membuat ekosistem startup terganggu.

SVB selama ini berperan sebagai deposito, pemberi kredit atau pembiayaan, dan investasi. 

Adapun dari segi investasi, sinyal pendanaan dari banyak investor mulai diputus.

Dampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank bagi Indonesia

Lantas, apa dampak dari ambruknya SVB bagi Indonesia?

Dikatakan mantan Menteri Keuangan, Muhammad Chatib Basri, dampak dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat terhadap Indonesia tidak terlalu banyak bagi sektor keuangan tanah air.

“Karena exposure kita kecil,” katanya, baru-baru ini.

Ia pun meyakini bahwa sektor keuangan Indonesia masih bagus dan relatif stabil. Pakar ekonomi itu mengakui bahwa dampak bangkrutnya SVB memang ada guncangan di pasar keuangan.

“Tapi efeknya secara relatif sih masih akan cukup baik (bagi Indonesia),”  jelasnya.

Sebelumnya, SVB mengalami keruntuhan secara mendadak sejak Jumat, 10 Maret 2023. 

Kebangkrutan bank andalan perusahaan rintisan teknologi itu menjadi kegagalan bank terbesar sejak 2008 sebagai imbas dari kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).

Bank itu beroperasi sejak 1983 dan melayani urusan perbankan bagi para perusahan teknologi.

SVB melayani pembiayaan setengah dari perusahaan teknologi dan asuransi kesehatan yang didukung oleh pemerintah AS.

Dengan demikian, SVB termasuk dalam 20 bank komersial Amerika teratas dengan aset hingga US$ 209 miliar pada akhir tahun lalu. 

Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi pasar global sepekan terakhir harus diwaspadai imbas bangkrutnya SVB. Ia bilang, jangan sampai perbankan Indonesia terkena dampak.

“Yang harus kita waspadai sekarang adalah kondisi pasar global yang seperti terjadi dalam weekend terakhir, penutupan Silicon Valley Bank yang relatif kecil, bank regional, dengan aset hanya US$ 200 miliar,” ucapnya.

Baca juga: Jokowi: Bangkrut Silicon Valley Bank Bentuk Kegentingan Ekonomi Global

Ia pun menuturkan, bank itu memang sangat kecil untuk ukuran AS. Namun, kendati kecil, imbuh Sri Mulyani, SVB telah menimbulkan guncangan yang sangat signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS.

“Oleh karena itu, pemerintah Amerika yang tadinya tidak melakukan bailout, kemudian memutuskan melakukan bailout, menjamin seluruh deposito dari SVB,” tuturnya.

Dalam pandangannya, peristiwa yang menimpa Silicon Valley Bank adalah suatu pelajaran yang perlu dilihat bahwa bank kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik.

Kronologi Ambruknya SVB

Sebelumnya, melangsir CNBC Indonesia, ambruknya Silicon Valley Bank (SVB) pada pekan lalu menjadi kabar menggemparkan bagi industri keuangan dan perbankan global, khususnya di Amerika Serikat (AS).

Kolapsnya bank yang berbasis di Santa Clara tersebut menjadi guncangan finansial terbesar di AS sejak 2008.

Kejatuhan tersebut terjadi setelah kenaikan suku bunga membawa periode yang penuh gejolak karena startup teknologi yang pernah terbang tinggi telah merusak hampir setiap kelas aset dari pasar uang hingga valas.

Sebagai salah satu bank terbesar di Negeri Paman Sam, dampak sistemik dari kejatuhan bank yang fokus pada pembiayaan perusahaan rintisan dan teknologi tersebut seakan tak terhindarkan.

Saham bank, baik besar maupun kecil, telah rontok hingga ratusan miliar dolar AS sejak runtuhnya SVB karena kekhawatiran gelombang kejutan di pasar keuangan global.

Berikut peristiwa kunci kejatuhan SVB yang hanya berlangsung dalam 48 jam, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (15/3/2023).

Dampak Silicon Valley Bank Bangkrut

8 Maret 2023

SVB mengatakan berniat untuk mengumpulkan US$ 2,25 miliar untuk meningkatkan struktur keuangannya setelah menjual portofolio obligasi negara AS dan sekuritas yang didukung hipotek dengan kerugian US$ 1,8 miliar.

9 Maret 2023

Deposan SVB menarik uang mereka dari bank atas saran perusahaan modal ventura yang menyebabkan penarikan deposito sebesar US$ 42 miliar pada hari itu.

10 Maret 2023

Regulator California menutup Silicon Valley Bank dan menunjuk Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) sebagai penerima untuk mengendalikan perusahaan induknya.

11 Maret 2023

Menurut email kepada staf yang dilihat oleh Reuters, karyawan Silicon Valley Bank ditawari 45 hari kerja dengan 1,5 kali gaji oleh regulator FDIC.

12 Maret 2023

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Keuangan AS, Federal Reserve dan FDIC mengatakan deposan akan memiliki akses ke semua uang mereka mulai Senin, 13 Maret. Mereka menambahkan bahwa tidak ada kerugian yang terkait dengan resolusi Silicon Valley Bank yang akan ditanggung oleh pembayar pajak.

13 Maret 2023

Perusahaan induk yang sudah tidak beroperasi mengatakan sedang merencanakan untuk mengeksplorasi alternatif strategis untuk bisnisnya dan menunjuk William Kosturos sebagai chief restructuring officer.

Presiden Joe Biden berjanji akan mengambil tindakan untuk memastikan keamanan sistem perbankan AS.

Baca juga: OJK Pastikan Penutupan Silicon Valley Bank tidak Berdampak terhadap Perbankan Indonesia

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU