JAKARTA, duniafintech.com – Semakin banyak pendukung kripto yang datang berbondong-bondong ke resor pantai di Bali untuk mewujudkan fantasi mereka tentang utopia aset digital. Bali disebut sebagai pusat kripto.
Menurut laporan Financial Times (FT), Bali telah menjadi tujuan utama bagi para penggemar kripto dunia.
Laporan tersebut menggambarkan pengalaman pengusaha blockchain Rusia berusia 33 tahun Ilia Maksimenka, yang pindah ke Indonesia pada 2020 setelah pecahnya Covid-19.
Baca juga: Kripto, Metaverse dan NFT Diyakini Akan Ubah Dunia, Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Ambil Peluang
Maksimenka mengatakan mudah untuk bertemu dengan orang internasional yang berpikiran sama di Bali, menyebut wilayah itu sebagai “pusat kripto.” Dia juga mencatat gaya hidup murah dibandingkan dengan sarang teknologi lainnya.
“Ketika Anda datang ke Bali, Anda mungkin memiliki kehidupan 10 kali lebih murah daripada di California. Tetapi Anda memiliki tingkat kenyamanan yang sama dan kualitas makanan yang jauh lebih tinggi. Orang-orang lebih suka datang ke sini dan menjalani kehidupan tropis,” ujar Maksimenka dikutip dari Crypto Globe.
Emilio Canessa, seorang warga Italia yang bekerja untuk bisnis blockchain Dfinity, mengatakan itu menjadi bagian normal dari kehidupan Bali untuk melihat Lamborghini diparkir.
Dia mengatakan kepada FT orang-orang mulai menyebut pulau itu sebagai “Silicon Bali”. Merujuk pada wilayah Silicon Valley di Amerika Serikat.
Dari data yang dihimpun, pengguna kripto di Bali telah melonjak menjadi 37.660, naik dari hanya 808 pada awal 2021. Sehingga daerah ini dijuluki pusat kripto.
Pengusaha Kripto dari 15 Negara Ngumpul di Bali
Harga kripto seperti bitcoin dan terra luna melorot tajam bulan ini. Di tengah kondisi ini, pemimpin crypto dari 15 negara menghadiri konferensi blockchain Everpoint di Bali, pada 6 – 7 Mei lalu.
Konferensi tersebut dalam rangka memperingati ulang tahun kedua blockchain dan komunitas Everscale. Selain itu, menandakan ekspansi jaringan ke pasar Asia.
Pembicara panel dan tamu yang hadir dalam konferensi Everpoint membahas beberapa masalah paling mendesak di industri ini, termasuk masa depan blockchain dan kripto di Indonesia, Decentralized Autonomous Organization atau DAO, serta potensi di balik mata uang digital bank sentral (CBDC) dan stablecoin.
Baca juga: Viral Ajakan UAS untuk Boikot, Pengaruhi Sektor Pariwisata Singapura?
“Acara ini menandai langkah signifikan bagi Bali dan Indonesia, karena merupakan acara kripto internasional terbesar yang diadakan di sana sejak awal Covid-19,” demikian dikutip dari keterangan pers Everscale.
Tanah Air dinilai menjadi lokasi menarik untuk pengembang teknologi dan pengusaha kripto dari seluruh dunia. Saat ini, sudah ada 18 bursa kripto yang beroperasi secara resmi di Indonesia. Selain itu, ada beberapa yang sedang dalam proses perizinan.
Konferensi Everpoint dihadiri oleh para pemimpin industri dari seluruh dunia. Pembicaranya seperti Founder masamune.io Aditya Uozumi, CEO x0swap.com Andry Suhaili, Founder IndoCoin Nusantara trust Ltd Henri Morgan Napitupulu, Founder coinstore.com Irvan Tisnabudi, MX Global Founder Fadzli Shah Bin Anuar.
Selain itu, CEO Pi Union Capital Kevin R Smith, CEO pertukaran ZBX.com David Pulis, Co-founder WARP Capital Sergey Dzhurinsky, Wakil Presiden Senior Grup Asuransi Qatar Zehan Teoh, dan Moonstruck CTO Pavle Batuta.
Kemudian, Direktur Investasi Algalon Capital Alexey Antonov, Xangle CBDO Bo (Young Sik) KIM, Pendiri Minergate Vladimir Maslyakov, Pemimpin Redaksi Cointelegraph Kristina Lucrezia Corner, dan Vasiliy Smekalov dari ever.fund GP.
Salah satu yang dibahas yakni terkait masalah utama yang dihadapi kripto di seluruh dunia. Tantangan yang dimaksud yaitu kerangka peraturan yang berubah di berbagai negara.
“Indonesia mulai memantapkan dirinya sebagai surga kripto,” demikian dikutip dari keterangan pers.
Baca juga: Kripto Ambruk: Sandiaga Uno Ingatkan Soal Alokasi Investasi, Ini Penjelasannya
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada