JAKARTA, duniafintech.com – Pergerakan dollar sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB).
Tetapi membukukan kenaikan untuk minggu ini karena investor memperkirakan Federal Reserve (Fed) AS akan tetap agresif ketika menaikkan suku bunga minggu depan, sementara untuk yuan China melemah melewati ambang batas utama 7 per dolar.
Dollar sebagian besar menahan sedikit kenaikannya menyusul data AS yang menunjukkan sentimen konsumen meningkat secara moderat pada September.Â
Data awal University of Michigan untuk September untuk indeks keseluruhan pada sentimen konsumen datang di 59,5, naik dari 58,6 di bulan sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan pembacaan awal 60,0 pada September.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, turun tipis 0,1 persen pada Jumat (16/9/2022) menjadi 109,68.Â
Indeks mencapai tertinggi dua dekade di 110,79 awal bulan ini. Untuk minggu ini naik 0,6 persen, dan naik sekitar 15 persen untuk sejauh tahun ini.
“Keyakinan bahwa kita sangat dekat dengan puncak dolar, sangat dekat dengan puncak imbal hasil, … semakin didorong kembali. Kami melihat banyak calls dolar bullish yang kuat,” kata Analis Pasar Senior Oanda, Edward Moya, di New York, dikutip dari Antara.Â
“Posisi itu mungkin akan sangat tercermin pasca-FOMC minggu depan.”
Investor memperkirakan peluang tinggi kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan minggu depan dan beberapa peluang kenaikan 100 basis poin.
Di pasar kripto, ether, token yang digunakan dalam jaringan Ethereum, mencapai level terendah sejak akhir Juli, dan terakhir turun 2,8 persen. Bitcoin terakhir turun 0,47 persen menjadi 19.598,00 dolar AS.
Baca juga:Â Berita Bitcoin Hari Ini: BTC-ETH Merosot, Simak Pergerakan Harganya
Sebelumnya, dolar yang meningkat mendorong yuan di pasar internasional melewati ambang kritis 7 per dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun semalam.
Yuan di pasar domestik juga menembus level kunci segera setelah pasar dibuka pada Jumat (16/9/2022). Data menunjukkan ekonomi China secara mengejutkan tangguh pada Agustus, dengan output pabrik dan penjualan ritel tumbuh lebih kuat dari yang diharapkan. Tapi kemerosotan properti yang semakin dalam membebani prospek.
Sterling jatuh terhadap dolar ke level terendah baru 37 tahun di 1,1351 dolar dan terakhir turun 0,5 persen pada 1,1416 dolar, sementara euro naik 0,1 persen pada 1,0008 dolar.
Penjualan ritel Inggris turun jauh lebih dari yang diharapkan pada Agustus, sebagai tanda lain bahwa ekonomi sedang meluncur ke dalam resesi karena krisis biaya hidup menekan pengeluaran rumah tangga.
Baca juga:Â Intip Kurs Dolar ke Rupiah Hari Ini, Cek Sebelum Tukar Valas
Sementara The Fed menjadi pusat perhatian minggu depan, Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Inggris (BOE) juga diperkirakan akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter.
Dollar melemah 0,4 persen terhadap yen di 142,87, tetapi naik 0,2 persen untuk minggu ini dalam kenaikan minggu kelima berturut-turut.
Tiga sumber yang akrab dengan pemikiran BOJ mengatakan bank sentral tidak berniat menaikkan suku bunga atau mengubah panduan kebijakan dovish-nya untuk menopang yen.
“Dengan risiko The Fed yang mungkin bisa mencapai poin penuh pada Rabu (21/9/2022) dan dengan liburan Jepang pada Senin (19/9/2022) … Anda mungkin akan melihat sedikit lebih banyak kesabaran dalam memutuskan kapan harus bergerak,” kata Moya. “Setiap intervensi sekarang dapat dihancurkan oleh keputusan Fed”.
Baca juga:Â Call Center BCA 24 Jam: Kemudahan Dalam Layanan Perbankan
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada