JAKARTA, duniafintech.com – Data menunjukkan harga Bitcoin (BTC) sudah anjlok hingga di bawah level US$19.000 pada Minggu (19/6/2022). Terungkap, ternyata ini penyebab harga Bitcoin dan aset kripto lainnya anjlok gila-gilaan.
Harga Bitcoin saat ini memperpanjang penurunan 12 minggu di tengah sentimen ekonomi makro yang lemah dan risiko penularan dari dalam pasar kripto (cryptocurrency).
Melansir Bisnis.com, perusahaan peminjaman kripto, Celsius Network awal pekan ini menghentikan semua penarikan dengan alasan kondisi pasar yang ekstrem, menimbulkan pertanyaan tentang likuiditas perusahaan.
Sementara itu, perusahaan dana lindung nilai kripto terkemuka, Three Arrows menghadapi setidaknya US$400 juta dalam likuidasi dan bergegas untuk menurunkan tingkat jaminannya dengan menjual posisi kunci pada Rabu pagi (15/6/2022).
Baca juga: Binance vs Indodax Dua Platform Jual Beli Kripto Raksasa, Manakah yang Lebih Baik?
Melansir CoinDesk, Minggu (19/6/2022), Bitcoin jatuh tepat di atas level US$22.000 waktu AS, pada Selasa (14/6/2022). Namun, harga Bitcoin saat ini bertengger pada level US$18.319.
Penurunan semakin cepat pada Rabu pagi, dengan cryptocurrency meluncur di bawah US$21.000, jatuh untuk hari kedelapan berturut-turut dan kehilangan 30 persen selama seminggu terakhir.
Baca juga: Ramalannya Terbukti, Ini Trader Kripto yang Berhasil Ramal Harga Bitcoin Jatuh
Aset yang diperdagangkan mencapai US$20.168 pada Rabu (15/6/2022), level yang sebelumnya terlihat pada pertengahan 2020. Sentimen Bitcoin saat ini di kalangan investor tetap bearish.
Analis pasar FxPro Alex Kuptsikevich mengatakan, kekhawatiran seputar pengetatan tajam kebijakan moneter membebani pasar keuangan dan mengalir ke mata uang kripto melalui pengaruhnya terhadap investor institusi besar.
“Tidak mengherankan bahwa bitcoin dan ether menyeret seluruh pasar cryptocurrency ke bawah dalam lingkungan seperti itu,” kata Alex dalam emailnya kepada CoinDesk.
Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada Mei 2022 menunjukkan inflasi di negara tersebut mencapai 8,6 persen (year-on-year/yoy), 0,3 poin persentase lebih tinggi dari tingkat yang diharapkan yakni 8,3 persen.
Data mengirim pasar global ke bawah awal pekan ini, lantaran investor memprediksi kenaikan suku bunga lebih lanjut karena Federal Reserve (The Fed) mencoba mengendalikan harga.
Penurunan harga ekuitas terjadi karena para pedagang mengharapkan perusahaan melaporkan pendapatan dan belanja konsumen yang lebih rendah.
Beberapa pengamat memperkirakan tindakan bank sentral akan berdampak lebih jauh pada harga Bitcoin. Direktur eksekutif di crypto hedge fund ARK36 Mikkel Morch mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menjadi aset makro global.
Dia berharap pihak terkait akan bereaksi negatif sekarang ketika investor menyadari bahwa bank sentral belum bereaksi seagresif yang mereka perlukan untuk mengendalikan inflasi.
“Lingkungan ekonomi global menjadi sangat sulit untuk dinavigasi bagi investor yang terlibat di semua jenis pasar, jadi tidak mengherankan bahwa Bitcoin juga menghadapi tekanan ke bawah yang meningkat,” kata Morch.
Baca juga: Bursa Kripto Tak Kunjung Diluncurkan, Bappebti Ungkap Alasan Ini
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada