31.7 C
Jakarta
Kamis, 26 Desember, 2024

GoTo Segera Melantai di Bursa, Nasibnya Bakal Tragis Seperti Bukalapak?

JAKARTA, duniafintech.com – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia atau BEI. Kini, perusahaan tersebut diketahui tengah memulai rangkaian penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO).

Sebagai informasi, perseroan gabungan antara Gojek dan Tokopedia ini akan menyusul langkah Bukalapak untuk menjadi startup lokal yang melantai di BEI. Seperti diketahui, Bukalapak sudah lebih dulu melakukan IPO, tepatnya pada Agustus 2021 silam.

Terkait hal itu, fenomena tren startup melantai di bursa memang sedang menjamur di Indonesia. Bukan hanya GoTo dan Tokopedia, Grab (startup asal Singapura) yang juga punya operasi besar di tanah air, juga ikut melangkahkan kaki untuk melantai di bursa.

Akan tetapi, kondisi Grab agak berbeda sebab IPO yang mereka lakukan adalah di Wall Street alias bursa efek di Amerika Serikat. Untuk itu, Grab akan menyerap modal dari para investor saham di “Negeri Paman Sam”.

Namun, kisah IPO startup lokal di bursa efek terbilang cukup tragis. Misalnya saja IPO Bukalapak sebagai perusahaan startup pertama yang melantai di bursa efek. Saat ini, saham emiten BUKA malah anjlok sangat dalam ketimbang nilainya sewaktu IPO.

Pada tahun lalu, Bukalapak melakukan IPO dengan melepas sebanyak 25,76 miliar saham atau sebanyak 25%. Adapun harga saham yang ditawarkan dalam IPO ini adalah sebesar Rp750 sampai dengan Rp850 per saham.

Adapun dari aksi korporasi itu, startup unicorn asli Indonesia ini menargetkan meraup dana senilai Rp21,9 triliun. Akan tetapi, yang terjadi sekarang ini adalah saham Bukalapak berada di level Rp268 per lembar saham. Angka itu sudah turun sebanyak 582 poin dari harga IPO atau mencapai 68,4%.

Lantas, apakah nasib GoTo bakal tragis seperti Bukalapak?

Mengutip laporan Detik.com, Senin (21/3/2022), merujuk pada prospektus perusahaan, GoTo pun berencana untuk menawarkan sebanyak-banyaknya 52 miliar saham seri A. Jumlah itu diketahui hanya mewakili sekitar 4,35% modal yang disetor penuh ke perusahaan. Saham GoTo sendiri ditawarkan dengan harga Rp316 sampai dengan Rp346 per saham.

Sementara itu, untuk target dana yang diraih dari IPO ini sebesar-besarnya, yakni mencapai Rp17,99 triliun. Target IPO GoTo inimemang lebih kecil ketimbang Bukalapak, baik secara jumlah nominalnya maupun jumlah persentase saham yang dilepas.

Lalu, ditinjau dari kinerja perusahaan, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia ini pun masih mencatatkan rugi bersih senilai Rp11,58 triliun per September 2021. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 lalu, nilai kerugian dengan kode saham GoTo ini meningkat, dari awalnya hanya senilai Rp10,43 triliun.

Di samping itu, disebutkan juga dalam prospektus awal tersebut bahwa GoTo punya total aset sebesar Rp158,17 triliun per akhir September 2021, sedangkan pendapatannya menyentuh angka Rp3,40 triliun atau naik dari periode yang sama pada tahun 2020 lalu sebesar Rp2,34 triliun.

Argha Jonatan Karo Karo selaku founder sekaligus owner dari Creative Trading System menyatakan, nasib saham GoTo tampaknya tidak akan seburuk kisah tragis Bukalapak sewaktu IPO. Sang trader profesional ini menyebut, masih ada secercah harapan bagi saham GoTo berada di level yang stabil setelah IPO, setidaknya dalam jangka waktu pendek.

Dalam pandangannya, saham GoTo bakal dijaga nilainya dalam beberapa waktu ke depan, setidaknya hingga rencana penawaran internasional (IPO) di lantai bursa sejumlah negara dapat dilakukan.

“Saya cukup yakin GoTo akan dijaga, dari sisi bisnisnya, pertumbuhannya, juga harganya, kalau bisa ditingkatkan,” katanya di channel YouTube “Creative Trading”.

Adapun GoTo berencana untuk melakukan pencatatan saham ganda di bursa efek luar negeri atau dual listing usai melantai di BEI. Namun, masih belum diketahui pasti waktu pelaksanaannya.

Rencananya, seperti tersurat dalam prospektusnya, GoTo bakal mencatatkan saham di New York Stock Exchange (NYSE), National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ), Hong Kong Stock Exchange (HKSE), Singapore Stock Exchange (SGX) atau London Stock Exchange (LSE).

Senada, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, juga mengatakan bahwa GoTo pastinya bakal menjaga valuasi sahamnya, terlebih jika sudah jelas perusahaan menyatakan ingin melakukan dual listing.

Ia berpandangan, GoTo pasti bakal menjaga citra terhadap nilai sahamnya. Jika saham turun dan terus-menerus anjlok, sambungnya, hal itu bakal menjadi sentimen negatif untuk penawaran internasional.

“Enggak pas-lah kalau ada rencana dual listing, tapi saham di sini drop. Orang sana kan bakal ngeliat, ‘Wah, itu di dalam negeri aja drop, gimana di luar?’. Jelas, perusahaan akan jaga performance-nya untuk dual listing,” tuturnya.

GoTo pun, imbuhnya, bakal menjalankan skema stabilisasi harga saham usai IPO dengan melakukan intervensi harga saham melalui skema greenshoe (opsi penjatahan lebih). Lewat prospektusnya, GoTo sendiri menetapkan sampai dengan sebanyak-banyaknya 15% dari jumlah saham yang ditawarkan pada saat IPO atau 7,8 miliar saham, yang akan diambil dari saham treasuri (treasury) untuk langkah stabilisasi harga saham. Saham ini diberikan kepada penjamin emisi PT CGS-CIMB Niaga Indonesia.

“Dia sudah ada greenshoe juga untuk stabilitas harga. Tinggal kami lihat, seperti apa efeknya,” tandasnya.

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU