JAKARTA, duniafintech.com – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengecam terhadap pernyataan beberapa Menteri yang mengeluarkan pernyataan Indonesia akan terkena dampak resesi global.
Menurut Said beberapa menteri bidang perekonomian mengeluarkan narasi terkait resesi ekonomi global dan ekonomi gelap sebagai bentuk provokasi sehingga membuat rakyat menjadi takut. Padahal menurutnya resesi hanya terjadi di wilayah negara-negara Eropa dan Amerika.
“Kami minta menteri jangan takut-takutin rakyat. Jangan menjadi provokator 2023 ekonomi gelap dan akan jadi resesi global,” kata Said.
Baca juga: Mendag Ajak HIPMI Tangkal Resesi Ekonomi Global
Dia menilai narasi resesi global yang dibangun oleh para menteri ekonomi akan dimanfaatkan oleh para ‘pengusaha hitam’ untuk melakukan PHK terhadap karyawan. Dia menduga para ‘pengusaha hitam’ tidak mau menaikan upah dengan alasan kondisi ekonomi Indonesia akan dipengaruhi adanya resesi global.
Selain itu, para ‘pengusaha hitam’ memanfaatkan narasi resesi global dengan memanfaatkan rekrut karyawan outsourcing.
Padahal, dia menambahkan resesi hanya terjadi di negara belahan Eropa dan Indonesia tidak akan terpengaruh dengan adanya resesi. Sebab, ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas 5,1 persen, bahkan ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan tetap tumbuh di atas 5 persen.
“Resesi memang betul di Eropa tapi tidak sampai ke Indonesia. Jadi yang resesi itu apa ? ini pengusaha-pengusaha memanfaatkan jargon-jargon resesi,” kata Said.
Berdasarkan catatan duniafintech.com, terkait isu resesi global bukan hanya dilayangkan oleh para menteri tetapi Presiden Joko Widodo juga menyampaikan isu resesi global yang terjadi di belahan negara lain.
Baca juga: Tingkatkan Pariwisata Nasional, Menteri Erick Minta Masyarakat Kurangi Wisata Luar Negeri
Selain Menteri, berikut beberapa pernyataan Presiden Jokowi terkait resesi global:
Jokowi: Tahun Depan Sekali Saya Sampaikan Akan Gelap
Jokowi mengungkapkan di sejumlah negara saat ini mengalami angka inflasi yang sangat tinggi, sehingga akibatnya banyak negara ketakutan mengalami peningkatan inflasi yang cenderung tinggi.
Menurutnya biasanya negara-negara mengalami angka inflasi mencapai 1 sampai 8 persen, sekarang angka inflasi bisa mencapai 10 persen. Bahkan ada negara yang mencapai 80 persen angka inflasi. Terlebih lagi pengaruh kondisi perang antara Ukraina dengan Rusia yang ikut mempengaruhi resesi dunia.
Selain itu, krisis finansial yang dialami Inggris. Hal itu sangat berpengaruh terhadap nilai tukar di semua negara mengalami pelemahan depresiasi termasuk Indonesia.
“Tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap. Kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi,” kata Jokowi.
Jokowi: Ada 60 Negara Alami Kejatuhan Ekonomi
Jokowi mengungkapkan berdasarkan data dari Bank Dunia dan IMF terdapat kurang lebih negara akan mengalami kejatuhan ekonomi. Namun yang sudah terdata pasti sebanyak 40 negara yang akan mengalami krisis ekonomi.
Menurutnya hal itu disebabkan akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina, sehingga mengakibatkan banyak negara yang menghadapi lonjakan harga energi dan pangan sehingga membuat inflasi meroket.
Belum lagi, penerapan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan. Akibatnya pelaku pasar menjadi panik akibat inflasi Amerika Serikat kembali melonjak ke angka 8,6 persen (yoy).
“Bank Dunia, IMF menyampaikan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, ada 40 negara yang pasti,” ungkap Jokowi.
Baca juga:ย Menteri Erick: HIPMI Kolaborasi dengan UMKM Dorong Indonesia jadi Ekonomi Terbesar Dunia
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com