26.3 C
Jakarta
Rabu, 24 April, 2024

OJK Rilis Blueprint Transformasi Digital Perbankan, Apa Gunanya?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan ini bertujuan agar perbankan nasional lebih memiliki daya tahan, berdaya saing, dan kontributif.

“Peluncuran cetak biru ini merupakan gambaran yang lebih konkret atas berbagai inisiatif dan komitmen OJK dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada perbankan,” katanya pada Grand Launching Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan di Jakarta, Selasa (26/10).

Heru menjelaskan, ramalan Bill Gates terkait eksistensi bank yang akan mulai pudar tampaknya mulai menunjukan buktinya. Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi finansial yang semakin pesat.

Oleh karena itu, sambungnya, pemerintah mendorong agar perbankan nasional beralih ke pasar digital agar tetap dapat memiliki peranan penting dalam sektor keuangan nasional dan menjawab kebutuhan pasar.

“Pernyataan Bill Gates dalam dua dasawarsa terakhir sekarang akan jadi kenyataan dengan hadirnya disrupsi teknologi yang memunculkan pemain baru di keuangan seperti fintech yang memberikan layanan yang ditawarkan bank tanpa perlu kehadiran secara fisik,” tuturnya.

Lima Fokus Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan

Heru memaparkan, cetak biru ini berfokus pada lima elemen pengembangan digitalisasi perbankan. Pertama, data yang mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data.

Kedua, teknologi yang mencakup tata kelola teknologi informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi. Ketiga, manajemen risiko teknologi informasi yang mencakup pula keamanan siber bank umum dan alih daya (outsourcing).

Keempat, kolaborasi yang mencakup platform sharing, kerjasama bank dalam ekosistem digital. Kelima, tatanan institusi yang mencakup dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya.

“Kelima elemen tersebut merupakan langkah strategis untuk mendorong perbankan dalam menciptakan inovasi produk dan layanan keuangan yang dapat memenuhi ekspektasi konsumen dan berorientasi pada konsumen,” ujarnya.

Dia menuturkan, cetak biru ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek meliputi studi terkait perbankan masa depan, kondisi digitalisasi perbankan, international standards, best practices industri perbankan, masukan stakeholder, dan harmonisasi dengan kebijakan/regulasi otoritas terkait.

Cetak biru ini mengedepankan aspek Balance dan Technology Neutral. Aspek Balance ditujukan untuk menyeimbangkan upaya mendorong inovasi perbankan dengan tetap memperhatikan aspek prudensial untuk menjaga agar kinerja perbankan dalam kondisi terjaga (safe and sound banking).

Sementara aspek Technology Neutral diterapkan untuk lebih fleksibel dalam penerapan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang.

Tiga Karakteristik Dasar Cetak Biru

Selain itu, cetak biru ini juga mengedepankan tiga karakteristik mendasar. Pertama, menganut konsep principle based. Cetak Biru ini memberikan aturan dalam bentuk prinsip-prinsip umum (guiding principle) untuk memberikan ruang bagi industri untuk berkembang.

Kedua, lebih kepada pendekatan facilitative. Cetak Biru disusun untuk memfasilitasi dan mendorong inovasi digital tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.

Ketiga, living document. Cetak Biru bersifat dinamis dan akan akan terus diperbaharui untuk mengekomodir berbagai perkembangan yang terjadi pada perbankan.

Adapun, sebelum meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, komitmen OJK dalam mendorong transformasi digital perbankan dituangkan dalam beberapa kebijakan seperti Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia 2021-2025 (MPSJKI) Pilar 3.

Lalu, Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025 (RP2I) Pilar 2 yang telah mengarahkan perbankan untuk melakukan akselerasi transformasi digital dengan tetap menerapkan tata kelola dan manajemen risiko teknologi informasi yang memadai.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE