27.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Pandemi COVID-19 Dorong Industri di Asia Adopsi Blockchain

DuniaFintech.com – Berbagai negara di wilayah Asia telah menemukan cara dalam mengadopsi blockchain di masa pandemi. Lansiran Nikkei Asian Review menyebutkan, ancaman pencurian data, peretasan serta aktivitas kriminal di jagat maya melatar belakangi fenomena tersebut.

Meningkatnya adopsi blockchain di wilayah Asia juga disebutkan oleh The Business Research Company. Dijelaskan juga, pasar dunia ditaksir mencapai USD 15,88 miliar pada tahun 2023.

Tomohiro Maruyama, senior manager firma riset dan analisis pasar, PricewaterhouseCoopers (PwC) membenarkan jika pandemi melatar-belakangi transformasi berskala besar penggunaan blockchain dalam memerangi penipuan.

Melalui internet, Maruyama mengimbau berbagai perusahaan di Asia untuk mengadopsi blockchain untuk mengamankan data, bisnis dan pertemuan. Ia menekankan kepada setiap pelaku industri untuk melakukan hal tersebut.

“Blockchain muncul sebagai solusi untuk memerangi pemalsuan digital, mendorong bisnis untuk mengadopsi teknologinya,”

Kenta Akutsu, CEO startup Jepang LasTrust mengungkapkan bahwa perusahaannya menerima banyak pertanyaan sejak merebaknya wabah. Ia menjelaskan bahwa pihaknya meluncurkan layanan blockchain pada bulan September yang disebut CloudCerts.

Layanan tersebut memberikan sertifikat digital ke universitas, transkrip akademik, dan ijazah kelulusan agar dapat digunakan para alumni perguruan tinggi yang hendak mencari pekerjaan.

Baca juga:

Negara Asia yang Adopsi Blockchain

Di Singapura, perusahaan manufaktur agrikultur Agrocorp International menjalin kemitraan dengan penyedia hasil pertanian Amerika Serikat, Cargill, startup blockchain Singapura Dltledgers beserta sejumlah perusahaan logistik untuk memantau rantai pasokan pertanian yang terganggu selama pembatasan aktivitas.

Menurut perusahaan, teknologi blockchain mempersingkat waktu penyelesaian untuk transaksi komersialnya dari satu bulan menjadi lima hari.

Di Tiongkok, layanan perawatan kesehatan online Xiang Hu Bao, yang juga merupakan bagian dari Alibaba Group, memperkenalkan kebijakan yang membayar hingga 100.000 yuan ($ 14.000) jika terjadi kematian akibat virus COVID-19. Dengan memanfaatkan blockchain, diharapkan kebijakan tersebut mampu menyasar berbagai pihak yang membutuhkan.

DuniaFintech/Fauzan

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU