28.2 C
Jakarta
Minggu, 22 Desember, 2024

Prediksi Serangan Siber 2021, Ini Kata Fortinet

DuniaFintech.com Serangan siber menjadi fokus utama dunia industri dimana kegiatan tersebut lebih banyak mengandalkan internet. Hal tersebut pun turut meningkatkan kenaikan jumlah serangan siber. Pusat Operasi keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) saja mencatat ada 88.414.296 serangan siber di Indonesia yang terjadi sejak 1 Januari hingga 12 April 2020. Lalu bagaimana prediksi serangan siber 2021?

Prediksi serangan siber 2021 dikupas oleh Fortinet. Terkait prediksi serangan siber 2021, Fortinet mengungkapkan strategi yang diantisipasi oleh tim dari penjahat siber dalam waktu dekat, bersama dengan rekomendasi yang dapat membantu persiapan untuk melindungi organisasi dari serangan yang akan datang.

Di bawah ini adalah beberapa highlight FortiGuard Labs tentang lanskap ancaman serangan siber untuk tahun 2021.

Baca juga:

The Intelligent Edge Menjadi Peluang Sasaran

Selama beberapa tahun terakhir, perimeter jaringan tradisional telah diganti dengan berbagai lingkungan edge, WAN, multi-cloud, pusat data, pekerja jarak jauh, IoT, dan lainnya, masing-masing dengan risiko uniknya.

Salah satu keuntungan paling signifikan bagi penjahat siber dalam semua ini adalah bahwa sementara semua sisi ini saling berhubungan, banyak organisasi telah mengorbankan visibilitas terpusat dan kontrol terpadu demi kinerja dan transformasi digital.

Akibatnya, penjahat siber ingin mengembangkan serangan mereka dengan menargetkan lingkungan ini dan akan berupaya memanfaatkan kecepatan dan kemungkinan skala yang dimungkinkan 5G.

  • Trojan Berkembang Untuk Menargetkan Edge: Penjahat siber menjadikan end-users sebagai batu loncatan di masa mendatang. Contohnya serangan ke jaringan perusahaan diluncurkan dari jaringan rumah pekerja jarak jauh sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
  • Serangan Edge-enabled Swarm: Berkompromi dan memanfaatkan perangkat berkemampuan 5G akan membuka peluang untuk ancaman yang lebih canggih. Teknologi swarm sendiri membutuhkan sejumlah besar kekuatan pemrosesan untuk memungkinkan swarm bots individu secara efisien berbagi informasi di swarm bots. Hal ini memungkinkan mereka untuk dengan cepat menemukan, berbagi, dan menghubungkan kerentanan, dan kemudian mengubah metode serangan mereka untuk mengeksploitasi apa yang mereka temukan dengan lebih baik.
  • Rekayasa Sosial Bisa Menjadi Lebih Cerdas: Perangkat pintar atau sistem home-based lainnya yang berinteraksi dengan pengguna, tidak lagi hanya menjadi target serangan, tetapi juga akan menjadi saluran untuk serangan yang lebih dalam.
  • Ransoming OT Edge Bisa Menjadi Realita Baru: Ransomware terus berkembang, dan seiring sistem IT semakin menyatu dengan sistem operasional technology (OT), terutama infrastruktur kritis, akan ada lebih banyak data, perangkat, dan sayangnya, nyawa sebagai risiko. Pemerasan, pencemaran nama baik, dan perusakan sudah menjadi alat perdagangan ransomware. Kedepannya, nyawa manusia akan terancam ketika perangkat lapangan dan sensor di edge OT, yang meliputi infrastruktur kritis, semakin menjadi sasaran para penjahat dunia maya

Inovasi dalam Kinerja Komputasi Juga Akan Menjadi Target

Jenis serangan lain yang menargetkan perkembangan kinerja komputasi dan inovasi konektivitas khusus untuk keuntungan penjahat dunia maya juga akan segera terjadi. Serangan-serangan ini akan memungkinkan musuh untuk menutupi wilayah baru dan akan menantang para pembela untuk maju dari kurva penjahat dunia maya.

  • Advanced Cryptomining: Kekuatan pemrosesan penting jika penjahat siber ingin meningkatkan skala serangan di masa depan dengan kemampuan ML dan AI. Akhirnya, dengan mengorbankan perangkat edge untuk kekuatan pemrosesan mereka, penjahat siber akan dapat memproses data dalam jumlah besar dan mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana dan kapan perangkat edge digunakan.
  • Menyebarkan Serangan dari Luar Angkasa: Konektivitas sistem satelit dan telekomunikasi secara keseluruhan dapat menjadi target yang menarik bagi penjahat siber. Ketika sistem komunikasi baru berskala dan mulai lebih mengandalkan jaringan sistem berbasis satelit, penjahat siber dapat menargetkan konvergensi ini dan mengikuti pengejaran. Akibatnya, merusak stasiun pangkalan satelit dan kemudian menyebarkan malware tersebut melalui jaringan berbasis satelit.
  • Ancaman Komputasi Kuantum: Dari perspektif keamanan siber, komputasi kuantum dapat menciptakan risiko baru ketika pada akhirnya mampu menantang keefektifan enkripsi di masa depan. Kekuatan komputasi yang sangat besar dari komputer kuantum dapat membuat beberapa algoritma enkripsi asimetris dapat dipecahkan. Akibatnya, organisasi perlu bersiap untuk beralih ke algoritma kripto yang tahan kuantum dengan menggunakan prinsip kelincahan kripto, untuk memastikan perlindungan informasi saat ini dan masa depan.

(DuniaFintech/ Dinda Luvita)

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU