30.3 C
Jakarta
Senin, 18 November, 2024

Resesi Ekonomi Global Menghantui, Pemerintah Siapkan Strategi

JAKARTA, duniafintech.com – Kabut gelap resesi ekonomi global akan segera menghantui di berbagai belahan negara di dunia, termasuk Indonesia.

Resesi ekonomi dikabarkan mengancam banyak negara seperti China, Korea Selatan bahkan Indonesia juga dibayang-bayangi ancaman resesi ekonomi global.

Ancaman resesi ekonomi global, bahkan dalam sepekan lalu membuat Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya menjadi 4,75 persen untuk menjaga pertumbuhan ekonomi terhadap tekanan inflasi yang sangat tinggi dan meningkatnya kepastian pasar keuangan global. Apalagi ditambah utang negara mengalami kenaikan hingga lebih Rp4.700 triliun.

Lantas bagaimana dampak resesi ekonomi global dan utang pemerintah yang mengalami peningkatan terhadap perekonomian masyarakat.

Baca juga: Tips Hadapi Resesi Ekonomi yang Mengancam di Tahun 2023

Efek Resesi Ekonomi Global Ekspor Indonesia Merosot Ancam PHK Massal?

Terjadinya resesi ekonomi global akan berdampak terhadap ekspor Indonesia, apalagi ekspor memiliki kontribusi sebesar 23 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika terjadi kemerosotan ekspor akibat resesi maka angka PDB Indonesia juga akan mengalami penurunan.

Ketika angka ekspor mengalami penurunan, tentunya beban operasional perusahaan juga akan bertambah dan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Untuk mengurangi beban tersebut, perusahaan akan mengambil langkah singkat untuk mempertahankan jalannya perusahaan untuk tetap stabil.

Dampak resesi ekonomi global dan cara singkat yang dilakukan perusahaan yaitu dengan pemotongan gaji dan bahkan melakukan PHK massal. Saat terjadinya PHK massal, maka daya beli masyarakat akan menjadi semakin rendah dan pengeluaran hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.

“Jadi daya beli masyarakat akan terpukul karena pendapatan berkurang. Ini berisiko meningkatkan angka kemiskinan,” kata Direktur Eksekutif of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah.

Baca juga: Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Tetap Yakin Ingin Cicil Rumah?

resesi ekonomi global

Resesi Ekonomi Global Ancam Kredit Perbankan Jadi Macet?

Resesi ekonomi global dikhawatirkan akan membawa dampak terhadap kredit perbankan menjadi macet dan juga berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah dan investor.

Saat resesi ekonomi terjadi maka sektor perbankan menjadi salah satu yang rentan dan menurunnya laba dari pendapatan kredit dan ancaman naiknya NPL pasca relaksasi kredit berakhir. Hal itu dikarenakan tidak semua debitur mampu melunasi kewajibannya meski perbankan sudah memberikan keringanan pelunasan.

Meski diperkirakan resesi ekonomi global akan mempengaruhi kredit macet, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan ancaman resesi global tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja penyaluran kredit perbankan.

Menurutnya tidak berpengaruh terhadap resesi ekonomi dikarenakan terdapat beberapa sektor potensial yang mampu mendongkrak kinerja kredit. Salah satunya adalah sektor konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebab, konsumsi akan selalu dibutuhkan karena masyarakat membutuhkan makanan dan pakaian.

“Sektor konsumsi akan selalu dibutuhkan karena 260 juta masyarakat. Itu akan selalu ada kebutuhan,” kata Jahja.

Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,00 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan kenaikan suku bunga acuan juga akan berdampak terhadap suku bunga kredit perbankan baik kredit kendaraan dan properti. Untuk itu, Bank Indonesia memperpanjang pembiayaan pelonggaran kredit di sektor properti dan kendaraan.

Dia menambahkan dengan melanjutkan pelonggaran Loan to Value atau Financing to Value (LTV/FTV) kredit atau pembiayaan properti menjadi paling 100 persen untuk semua jenis properti seperti rumah tapak dan rumah susun serta ruko atau rukan.

“Bagi bank yang memenuhi NPL/NPF tertentu untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko berlaku efektif 1 Januari 2023 sampai dengan 31 Desember 2023,” tambah Perry.

Dia menuturkan perlu melanjutkan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru.

“Hal itu diperlukan untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko berlaku efektif 1 Januari 2023 sampai dengan 31 Desember 2023,” kata Perry.

Resesi Ekonomi Bikin Utang Negara Meningkat

Bank Dunia menilai resesi ekonomi yang disebabkan pandemi mengakibatkan utang global mengalami peningkatan. Hal itu dirasakan oleh Indonesia, dimana utang Indonesia mengalami peningkatan lebih dari Rp4.700 triliun.

Kepala Ekonomi Bank Dunia Indonesia dan Timor Leste Habib Rab menilai beban utang yang terlalu tinggi tidak memberikan pemerintah banyak pilihan dalam mengelola inflasi. Kenaikan komoditas internasional akan langsung ditujukan ke masyarakat.

Terkait resesi, untuk itu Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya tumbuh 2,9 persen tahun ini. Pertumbuhan tersebut mengalami penurunan secara signifikan jika dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi global tahun 2021 sebesar 5,7 persen.

“Kinerja ekonomi global di tahun depan akan bergerak flat dan tidak ada rebound,” kata Rab.

Baca juga: Harga BBM Naik, Kinerja Penjualan Eceran Tetap Tumbuh 5,4 Persen

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU