duniafintech.com – Donasi bisa disalurkan dalam suatu kondisi yang dialami oleh target sasaran. Donasi dapat pula ditujukan untuk memberdayakan masyarakat guna mendorong kemandirian masyarakat itu sendiri. Kedua cara ini dilakoni oleh Sinergi Foundation.
Sinergi Foundation (SF) adalah lembaga independen milik publik yang menaruh perhatian terhadap pengembangan kreativitas dan inovasi sosial berbasis wakaf produktif dan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Dengan sinergi antar segenap elemen peduli guna meningkatkan kapasitas serta memperluas jangkauan pengabdian, SF berkomitmen meretas jalan bersama melalui pendayagunaan sumberdaya lokal. Tujuannya adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri, produktif, dan berkarakter.
Pada 14 Oktober 2002, embrio Yayasan Semai Sinergi Umat didirikan oleh Prof. Dr. Miftah Faridl yang sekaligus menjadi Ketua Dewan Pembina. Dalam kiprahnya di tengah masyarakat, embrio Yayasan Semai Sinergi Umat telah memunculkan beragam aktivitas program pemberdayaan yang inspiratif di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan santuan (charity). Hal Ini tercermin antara lain dengan lahirnya Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC), Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM), SF Rescue, Sinergi dan Advokasi Bebas Rentenir, Ternakita, Beasiswa Pemimpin Bangsa (BPB), MyTeacher dan lain sebagainya.
Seiring perkembangan lembaga, per tanggal 17 Februari 2011, embrio Yayasan Semai Sinergi Umat berubah menjadi Yayasan Semai Sinergi Umat (Sinergi Foundation). Perubahan tersebut secara formal diputuskan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU โ 5622.AH.01.05 Tahun 2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Pasal 1 dan Pasal 5, yaitu Perubahan Nama menjadi Yayasan Semai Sinergi Umat atau Sinergi Foundation.
Secara garis besar, SF menjalankan program-program di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, dan sosial bisnis. Sementara itu, bentuk layanan SF terdiri atas donasi online, jemput donasi, dan kalkulator zakat. Masyarakat dapat memanfaatkan layanan-layanan tersebut guna mendukung berbagai program SF.
Untuk donasi online, misalnya, masyarakat bisa menyalurkan dana kepada program tertentu. Salah satu program tersebut yang sedang berjalan adalah pengobatan Muhamad Najaya. Bocah berusia sembilan tahun ini awalnya menderita penyakit stomatitis atau istilah yang familiarnya yaitu sariawan. Sekilas penyakit ini tampak biasa, bisa diobati dengan obat yang dijual umum atau banyak minum air putih. Namun ada yang unik, sariawan ini bagi seseorang bisa menjadi penyakit yang membahayakan.
Pada bulan Oktober 2016 lalu, Muhamad Najaya diserang oleh penyakit sariawan di bibir. Penyakit yang diderita Najaya semakin parah. Tampak bercak-bercak nanah di sekililing bibirnya yang disertai rasa gatal. Perlahan, bibir Najaya mulai habis dan gusi semakin membengkak. Gigi Najaya juga mulai tanggal satu demi satu hingga tidak menyisakan satu gigi pun. Saat itu, orang tuanya langsung membawa Najaya ke rumah sakit dan dokter memutuskan untuk melakukan operasi terhadap sisa bibir dan juga gusi Najaya.
Operasi berhasil dan Najaya sehat, meski tidak memiliki bibir dan juga gigi lagi. Namun, tak lama berselang muncul sebuah lubang di langit-langit mulut Najaya yang mengakibatkan apapun yang dia makan sebagian akan keluar kembali melalui hidungnya. Orangtua Najaya memutuskan untuk melakukan operasi lagi untuk menambal lubang tersebut. Tapi, lubang yang baru muncul di sisi lain. Hingga akhirnya saat ini dokter belum mengambil tindakan lanjut karena akan memeriksa terlebih dahulu. Setiap minggu, Najaya harus ke rumah sakit dan menghabiskan biaya perawatan sebesar Rp800 ribu. Sementara itu, ayah Najaya hanya seorang pekerja serabutan yang tidak memiliki penghasilan tetap. Ibunya pun tidak bekerja.
Source: sinergifoundation.org
Written by: Sebastian Atmodjo