JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim dalam waktu dua tahun setelah pandemi berhasil menurunkan rasio utang. Terbukti rasio utang mencapai 37,91 persen di tahun ini.
Sri Mulyani mengatakan rasio utang Indonesia mencapai 40,7 persen di tahun 2021, mengalami penurunan menjadi 37,91 persen di tahun 2022. Menurutnya hanya sedikit negara yang berhasil menurunkan rasio utang pemerintah di tahun ke-3 setelah pandemi.
“Capaian ini menunjukkan momentum pemulihan ekonomi Indonesia masih cukup kuat,” kata Sri Mulyani.
Baca juga: Penambahan Modal BUMN, Erick: Jangan Dibilang Utang Lagiย
Terbukti, dia mencontohkan tercermin dari indeks penjualan retail yang tumbuh cukup solid. PMI kembali menguat sebesar 51,7 persen pada bulan Agustus 2022. Sementara konsumsi listrik turut melonjak, khusus sektor bisnis tumbuh 25,9 persen, sedangkan sektor industri mengalami pertumbuhan 16,2 persen.
“Artinya, kegiatan ekonomi dari sisi produksi terus tumbuh,” kata Sri Mulyani.
Menurutnya akibat pemulihan ekonomi ini, angka kemiskinan Indonesia mengalami penurunan dari puncak akibat pandemi yaitu sebanyak 10,14 persen di tahun 2021 menjadi 9,54 persen di tahun 2022. Pemerintah juga menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, sehigga angka pengangguran mengalami penurunan dari 6,26 persen di tahun 2021 menjadi 5,83 persen di tahun 2022.
Baca juga: Luhut: Kita Salah Satu Negara yang Punya Utang Terkecil di Dunia
Untuk itu, disiplin konsolidasi fiskal harus tetap dilakukan sehingga tahun 2023 defisit APBN bisa kembali dibawah 3 persen agar APBN pun tetap terjaga kekuatan dan kesehatannya serta dapat berperan optimal sebagai shock absorbe.
“Semoga capaian-capaian positif ini akan terus berlanjut ke depannya,” kata Sri Mulyani.
Dia menilai dengan pencapaian-pencapaian tersebut, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang cepat dan tinggi untuk pemulihannya selama masa pandemi. Pada tahun 2021, PDB riil Indonesia telah mencapai 1,6 persen diatas level prapandemi. Kemudiam di semester pertama tahun 2022 bahkan jauh lebih tinggi lagi, yaitu 7,1 persen.
“Ini merupakan posisi tertinggi ketiga di antara negara G20 dan ASEAN,” kata Sri Mulyani.
Kendati demikian, dia menilai pengelolaan fiskal yang pruden dan hati-hati selama krisis pandemi berlanjut juga berdampak pada akumulasi defisit fiskal 2020-2021 yang masig tergolong moderat yaitu 10,7 persen.
“Namun efektif mendorong pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Baca juga: Tol Serang-Panimbang Pakai Utang China, Luhut: Jangan Mubazir!