Survey Visa mengungkapkan bahwa sebanyak 85% konsumen di Asia Tenggara mengadopsi pembayaran tanpa uang tunai atau cashless.
Dari hasil survey Singapura (98%), Malaysia (96%) dan Indonesia (93%) memimpin adopsi pembayaran tanpa uang tunai atau cashless di Asia Tenggara. Negara-negara seperti Vietnam, Filipina, dan Thailand masih mengejar ketinggalan dengan tingkat adopsi rata-rata 88 persen.
Sedangkan, pembayaran tanpa uang tunai masih baru lahir di Myanmar dan Kamboja dengan masing-masing hanya 64 dan 40 persen konsumen yang menggunakannya.
Transaksi Cashless Meningkat Saat Pandemi
Sebagaimana laporan dari Fintechnews.sg, studi Visa 2021 juga menungkapkan 46% konsumen di Asia Tenggara sudah melakukan hal ini semenjak pandemi. Beberapa konsumen tersebut berada di Indonesia, Vietnam dan Thailand.
Pandemi telah memainkan peran penting dalam mempercepat adopsi pembayaran tanpa uang tunai.ย Studi ini menemukan transisi menuju masyarakat tanpa uang tunai menjadi lebih cepat tiga hingga lima tahun.
Ini juga karena orang-orang tidak ingin kontak langsung untuk mencegah COVID-19. Selain itu, banjirnya e-commerce juga membuat orang-orang semakin banyak menggunakan cashless.
Pandemi membuka jalan bagi kebiasaan baru dengan belanja online konsumen di wilayah ini.ย Belanja online telah berkembang pesat terutama di Thailand. Sebanyak 65 persen konsumen Thailand berbelanja online untuk pertama kalinya melalui aplikasi atau situs web.ย Lebih dari separuh konsumen di Indonesia dan Filipina juga menjadi pembeli online pertama kali.Mereka juga mempercayai bahwa belanja tanpa uang tunai juga bisa meningkatkan keamanan.
Sementara itu, pembayaran tagihan dan pembelian di supermarket diharapkan menjadi kategori pertama yang sepenuhnya non-tunai.
Konsumen Memiliki Banyak Pilihan Cashless
Karena jumlah metode pembayaran digital mendapatkan daya tarik di seluruh Asia Tenggara, konsumen kini memiliki banyak pilihan. Oleh karena itu, preferensi pembayaran konsumen terdiversifikasi, menciptakan lanskap pembayaran regional yang terfragmentasi.
Misalnya, kartu nirsentuh paling banyak di Singapura. Kemungkinan karena penerimaan yang luas di kalangan pedagang.ย Sebaliknya, dompet online memimpin di Indonesia karena banyak perusahaan payment gateway dan e-commerceย seperti GoPay dan Ovo.
Secara keseluruhan, e-wallet (11%) dan kartu tanpa kontak (10%) adalah metode pembayaran digital yang paling banyak digunakan.
Indonesia Lebih Sukai E-Wallet
Indonesia lebih menyukai penggunaan E-wallet, sama halnya seperti di Vietnam dan Myanmar. Sedangkan kartu tetap menjadi pilihan favorit untuk pembayaran di Singapura dan Thailand.
Konsumen lebih menyukai e-wallet karena kecepatan transaksi dan kenyamanan yang mereka tawarkan.ย Sementara itu, kartu lebih disukai karena lebih diterima secara luas oleh pedagang.ย
Namun, narasi ini tidak mungkin berlanjut karena lebih banyak pedagang yang menerima e-wallet yang lebih mudah dan lebih efisien.
Melihat Potensi E-Commerce dan Payment Gateway
Duniafintech menganilisa, ternyata, dari survey Visa memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki literasi keuangan yang besar. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh Pandemi.
Maka tidak heran, OVO sebagai pendatang baru dan bisa menjadi startup Unicorn selanjutnya. Bahkan, tidak menutupkemungkinan nantinya akan ada banyak perusahaan-perusahaan startup di Indonesia yang tumbuh lebih baik.
Bahkan, startup P2P Lending Kredivo saja, dengan PeDe ingin mengambil langkah untuk berekspansi dari Indonesia. Induk perusahaan mereka FinAccel akan menggalang dana dari IPO di Nasdaq.
Namun, hendaknya para pemain fintech ini dapat bersaing secara sehat dan dapat mematuhi regulasi. Sehingga, bisa dapat meningkatkan literasi keuangan orang di Indonesia. Juga bisa mengharumkan nama Indonesia di industri fintech.
Penulis : Kontributor
Editor : Gemal A.N. Panggabean
Cek di sini untuk mengetahui daftar fintech berizin di Indonesia.