JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai dengan adanya pembentukan Holding dan Subholding PT PLN (Persero), seluruh utang PLN akan mengalami penurunan yang signifikan.
Erick mengungkapkan tujuan adanya transformasi organisasi PLN dilakukan sebagai bentuk transformasi dari sisi keuangan yang telah lebih dulu dijalankan oleh PLN.
Diperkirakan hutang PLN sebelumnya sebanyak Rp500 triliun, dengan adanya transformasi tersebut hutangnya mengalami penurunan menjadi Rp407 triliun.
“Keuangan ini menjadi penting. Tidak mungkin kita bicara investasi kalau PLN tidak sehat,” kata Erick.
Baca juga: PLN dan Pertamina Dinilai Bangkrut karena Banyak Utang, Menteri BUMN Erick Thohir: Tidak
Transformasi organisasi ini diharapkan mampu menciptakan organisasi yang ringkas, lincah,, dinamis, dan profesional untuk mencapai visi sebagai perusahaan energi berbasis teknologi masa depan, dengan slogan The New PLN 4.0 Unleashing Energy and Beyond.
Melalui pembentukan holding dan subholding, Erick berharap PLN holding dapat fokus dalam meningkatkan layanan pelanggan, khususnya untuk memastikan listrik hadir ke seluruh pelosok Tanah Air.
“Tugas PLN harus melayani sepenuhnya untuk masyarakat. Tetapi tidak boleh menutup mata terhadap hadirnya eco lifestyle dan green energy,” kata Erick.
Baca juga: Cara Bayar Tagihan PLN lewat BCA, Mudah dan Praktis Loh!
Dengan struktur baru ini, PLN akan didukung entitas subholding, yakni:
1. Subholding Energi Primer (PT PLN Energi Primer Indonesia), yang melayani pasokan energi primer untuk kebutuhan pembangkit listrik PLN. Subholding ini akan menggabungkan berbagai tim energi primer yang saat ini tersebar untuk membangun rantai pasokan batubara, gas dan BBM, serta bahan bakar biomassa yang tangguh dan hemat biaya.
2. Subholding Pembangkitan (PT PLN Nusantara Power & PT PLN Indonesia Power). PT Nusantara Power akan mengelola pembangkit dengan kapasitas 18,4 Gigawatt, dan PT Indonesia Power akan mengelola pembangkit dengan kapasitas 20,6 GW. Subholding ini akan menjadi perusahaan pembangkit listrik berkapasitas terbesar nomor satu dan nomor dua di Asia Tenggara.
Dua perusahaan ini juga akan memiliki anak usaha bersama yang fokus pada pembangkit panas bumi (Geothermal Co) dengan kapasitas 0,6 GW dan pembangkit energi baru terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin dan tenaga hidro (New Energy Co) berkapasitas 3,8 GW. Hal ini merupakan bagian dari upaya PLN dalam melakukan transisi energi.
3. Subholding Beyond kWh (PT PLN ICON Plus), yang akan memimpin transformasi produk layanan PLN dan peningkatan pengalaman pelanggan sehingga bisa mendorong penjualan non listrik. Subholding ini memiliki tiga klaster bisnis, yaitu kelistrikan, layanan konektivitas dan layanan IT PLN.
PLN ICON Plus juga diharapkan dapat meningkatkan peluang aliansi strategis, khususnya di bidang teknologi dan pendanaan, serta melakukan manuver bisnis yang lebih lincah untuk mendukung PLN sebagai induk usaha.
Sebagai informasi, proses transisi organisasi PLN akan dilakukan secara bertahap dengan target end-state efektif 1 Januari 2023. Melalui pembentukan holding dan subholding, aset- aset PLN yang sebelumnya tersebar dan tersekat akan diintegrasikan dan difokuskan sehingga lebih berbasis pada fungsi.
Rantai pengambilan keputusan yang sebelumnya panjang dan kompleks akan diringkas, sehingga bisa lebih responsif untuk mengubah tantangan menjadi peluang.
Baca juga: Dirjen PLN Kemendag Tersangka Kasus Minyak Goreng, Punya Utang Rp248 Juta
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com