JAKARTA, duniafintech.com – Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat terdapat beberapa wilayah daerah yang menjadi penyumbang angka inflasi di tanah air.
Adapun terkait wilayah penyumbang inflasi tersebut terjadi imbas kenaikan harga bahan bakar minyak jenis bensin dan solar, tarif angkutan dalam kota, serta tarif angkutan antar kota. Kota penyumbang tertinggi adalah Bukittinggi sebesar 1,87 persen.
Ketua BPS Margo Yuwono mencatat inflasi tertinggi berada di kota Bukittinggi yaitu sebesar 1,87 persen. Hal itu disebabkan karena kenaikan harga bensin yang menyumbang 0,81 persen, kemudian harga beras memberikan 0,35 persen, angkutan dalam kota menyumbang 0,18 persen dan angkutan antar kota menyumbang 0,09 persen.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Bikin Angka Inflasi Melambung
Sedangkan penyumbang angka inflasi terendah yaitu di wilayah kota Merauke yaitu menyumbang angka inflasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan dua kota yang mengalami deflasi yaitu berada di kota Manokwari sebesar 0,64 persen dan Timika sebesar 0,59 persen.
Secara keseluruhan, Margo mencatat dalam 90 kota di bulan September sebesar 1,17 persen. Hal itu terjadi akibat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). Artinya, inflasi September mencapai 5,95 persen secara tahunan atau year on year. Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak.
“Penyumbang inflasi kenaikan bensin, tarif angkutan dalam kota, solar, tarif angkutan antar kota. Inflasi tahun kalender mencapai 4,84 persen, inflasi tahun ke tahun 5,95 persen,” kata Margo.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat sebesar 4,69 persen (yoy) seiring dengan meningkatnya inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang sebesar 6,84 persen (yoy) dan inflasi inti yang menjadi 3,04 persen (yoy).
Baca juga: Terdampak Inflasi, Intip Kurs Dollar ke Rupiah Hari Ini
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tekanan inflasi IGJ diperkirakan mengalami peningkatan dikarenakan adanya penyesuaian harga BBM subsidi di tengah masih tingginya harga energi dan pangan global. Dia menambahkan hal itu juga berdampak terhadap inflasi kelompok pangan bergejolak menurun menjadi 8,93 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi.
“Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat akibat dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan,” kata Perry.
Dia mengatakan berbagai perkembangan tersebut diperkirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebih batas atas sasaran 3,0±1%. Oleh karena itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia.
Baca juga: Berita Bitcoin Hari Ini: Usai Laporan Inflasi AS, Kripto Perkasa Lagi!
“Sinergi baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023,” kata Perry.
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com